Untuk pertama kali kelinci jersey wooly menyabet gelar best in show pada kontes nasional.
Scott Rodriguez saksama mengamati 12 finalis kelinci hias itu. Sesekali juri asal Kolorado, Amerika Serikat, itu membelai bulu para kelinci jawara. Berselang 30 menit, Scott menunjuk JW yang bercorak black otter (dasar hitam dengan putih di perut, red) sebagai best in show. Kelinci jenis minirex milik Sukarto, pehobi dari Sukabumi, Jawa Barat, menjadi jawara kedua.
Pemilik jersey wooly, Akbari Wahyu Febrika, tampak gembira. Harap mahfum, Akbari tak menyangka kelinci berbobot 1,3 kg itu menjadi pemenang di kontes kelinci tingkat nasional yang dinilai oleh juri internasional dari American Rabbit Breeder Association (ARBA) pada 31 Agustus 2013 itu. “Baru pertama kali ras jersey wooly meraih gelar terbaik di lomba. Biasanya didominasi oleh english angora, nolland loop, dan netherland dwarf,” katanya.

Tangkaran sendiri
Jersey wooly bernama Bimbimbab itu memang tampil memukau. Ia merebut dua gelar best of breed dari dua juri berbeda, Scott dan Chris Zemny. Kelinci itu mendekati sosok sempurna sesuai standar ARBA. “Tubuhnya bulat dan padat berisi. Bentuk kepalanya pendek dan tegak. Sebaran bulu bawah (wool) dengan rambut (guard hair) merata. Selain itu, ujung-ujung rambut lebih panjang dan secara halus melapisi bagian wool yang menimbulkan efek mengilap,” kata Scott.
Menurut Akbar, jersey wooly berumur 4,5 bulan itu merupakan hasil tangkaran sendiri. “Indukanya didatangkan dari penangkar asal Amerika Serikat, Brian Caudill. Dia salah satu penangkar jersey wooly ternama dunia,” kata alumnus Universitas Padjadjaran itu. Induk seharga US$350 setara Rp3-juta pada November 2012 itu memenuhi standar ARBA. Pertama kali jantan broken black atau putih dengan corak kehitaman indukan itu disilangkan dengan betina jersey wooly berwarna hitam.
Persilangan itu menghasilkan 3 anakan, salah satunya Bimbimbab, sang jawara. Pria 33 tahun itu juga telaten merawat sang kelinci supaya tumbuh baik. Ia memberi pakan 50—70 gram pelet berkadar serat 20—25%. Selain itu Akbari juga memberi rumput hay atau jerami impor kering sebagai pakan pendamping. “Pelet diberikan sekali saja dalam sehari, tapi persediaan hay harus selalu ada,” katanya.
Selain itu agar bulu jersey wooly mengilap dan tidak gimbal, Akbari rutin menggroming. Selain itu Akbari menyiapkan ruang berpendingin udara berkekuatan 0,5 PK bersuhu 20—210C. Pendingin udara itu menyala 11 jam per hari terutama pada siang hari. Untuk menjaga vitalitas dan menghindari stres, Akbari memberikan sang kelinci ekstrak pepaya dan minyak ikan beraroma jeruk. “Supaya tetap fit,” kata suami drh Iga Ismaya itu.
Terbalik
Kontes yang berlangsung di Mal Alam Sutera, Kota Tangerang Selatan, Banten, diikuti 154 kelinci hias dari pehobi asal Medan, Provinsi Sumatera Utara, Bandung, Sukabumi, dan Cirebon (Jawa Barat), serta Yogyakarta. “Kontestan paling banyak dari jenis jersey wooly mencapai 47 ekor,” ujar Zainal Arifin, panitia kontes. Itu lantaran popularitas jersey wooly tengah menanjak di kalangan pehobi kelinci hias. Kontes yang diselenggarakan oleh Indonesian Rabbitry Society itu terdiri atas 2 kategori.

Kategori A penilaian dilakukan oleh Scott Rodriguez, sedangkan kategori B dinilai oleh Chris Zemny. Penjurian di kategori B yang dipimpin oleh Chris juri asal Kalifornia, Amerika Serikat, mendaulat minirex milik Sukarto sebagai BIS. Kelinci jersey wooly milik Akbari terpilih best reserve in show (BRIS). Chris menilai minirex itu memiliki tubuh bagus dengan bulu halus yang indah. “Itu seperti hasil ternak kami di Kalifornia,” kata Chris yang memberikan nilai 95 dan jersey wooly 93 dari rentang nilai 1—100.
Nama Sukarto berkibar di kontes lantaran dari 21 kelinci yang dibawa, memboyong 6 best of breed dan 5 best opposite sex of breed. “Kelinci-kelinci milik Sukarto selalu jadi pesaing terberat,” ujar Ridwan Setiawan, pehobi kelinci. Netherland dwarf koleksi Ridwan Setiawan meraih best in breed dan mengungguli kelinci milik Sukarto di kategori A. Menurut Sukarto tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada kelinci-kelincinya. “Kuncinya sering dibelai dan kandangnya jauh dari kebisingan,” kata Sukarto. (Nurul Aldha Mauliddina Siregar).