Trubus.id— Masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyebut kopi excelsa dengan sebutan kopi nangka. Pasalnya, aroma kopi beras atau green beans excelsa seperti nangka dengan warna kekuningan.
Kopi excelsa terkenal dengan cita rasa masam. Penikmat kopi baru kerap salah menebak, karena cita rasa excelsa yang masam mirip dengan arabika. Namun, pencicip kopi profesional pasti bisa membedakan antara excelsa dan arabika.
Peribahasa latin menyebutkan, De gustibus non est disputandum (Tidak ada yang patut diperdebatkan menyangkut selera). Demikian pula soal selera konsumen. Namun, konsumen lokal di Kabupaten Banyuwangi dan Pulau Madura, Jawa Timur, menggandrungi cita rasa excelsa.
Para penggemar menjadikan excelsa sebagai bahan campuran house blend atau kopi campur. Pengolah kopi kerap mencampur antara robusta dan excelsa dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1. Komposisi robusta lebih dominan.
Meskipun robusta dominan, rasa masam pada excelsa amat berpengaruh pada cita rasa menjadikan campuran kopi itu menjadi unik. Harap mafhum, cita rasa robusta dominan pahit meskipun pengolahan dengan cara natural atau full wash.
Penambahan kopi excelsa membuat cita rasa kopi terasa makin mewah seperti arabika. Namun, rasa masam yang kuat menyebabkan excelsa kurang cocok dijadikan bahan dasar aneka minuman kopi kekinian seperti kopi susu gula aren, latte, dan capucino.
Harga jual kopi excelsa relatif tinggi. Posisi harga excelsa di atas robusta dan di bawah harga arabika. Harga jual kopi beras (buah kopi kupas kulit) excelsa minimal Rp30.000 per kg. Harga itu lebih tinggi dibandingkan dengan harga kopi robusta yang berkisar Rp20.000— Rp25.000 per kg kopi beras.
Rendemen excelsa relatif rendah dibandingkan dengan robusta. Dari 100 kg ceri hanya menghasilkan 15—16 kg kopi beras. Adapun robusta, dari 100 kg kopi ceri bisa menghasikan 24—25 kg kopi beras.