Friday, May 2, 2025

Kunci Sukses Budidaya Jamur Merang: Media Tanam dan Fermentasi

Rekomendasi

Setia Hadi Purnomo kecewa saat jamur merangnya tumbuh menyerupai kembang kol. “Gara-garanya saya menggunakan media tanam yang tidak terfermentasi dengan sempurna,” ujar pekebun jamur asal Depok, Jawa Barat.

Kondisi jamur yang abnormal sangat dihindari oleh para pekebun. Tak hanya Hadi, Dedy Sujerman dari Purwakarta juga pernah mengalaminya.

Produktivitas jamur Dedy sempat turun hingga 50 persen akibat media tanam yang belum matang. Ia menggunakan kompos dari limbah aren yang belum difermentasi sempurna.

Meski demikian, pengalaman itu tidak membuat Hadi dan Dedy menyerah. Mereka justru memperbaiki teknik budidaya hingga hasil panen kembali meningkat.

Kini, dengan kumbung berukuran 6 x 4 meter, Dedy mampu menghasilkan 230 kilogram jamur merang per musim tanam selama 40 hari. Jamur hasil panennya juga tampak mulus dan berkualitas baik.

Menurut mereka, pengomposan dan pasteurisasi media tanam adalah kunci utama budidaya jamur merang. Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan Dr. Iwan Saskiawan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Ia menjelaskan bahwa pengomposan memotong rantai karbohidrat panjang dalam media tanam menjadi rantai pendek. Rantai pendek inilah yang dibutuhkan jamur merang untuk metabolisme optimal.

Dr. Ir. Rostaman dari Universitas Jenderal Soedirman menyebut, media tanam yang keras seperti serbuk gergaji sulit ditembus miselium jamur. Karena itu, pengomposan diperlukan untuk melembutkan media.

Setia Hadi mencampur 40—50 kg kapur dan 100—150 kg dedak ke dalam 1 ton media kapas untuk pengomposan. Campuran tersebut disusun setinggi 0,5 meter di atas tanah bersih.

Tumpukan media itu kemudian ditutup terpal berpori kecil selama tiga hari. Setelah dibalik, ditutup kembali selama empat hari agar fermentasi berjalan sempurna.

Jika menggunakan jerami, proses pengomposan memakan waktu sepuluh hari. Sementara dengan limbah aren, hanya butuh enam hari dengan satu kali pembalikan.

Dedy mengaduk limbah aren, dedak, kapas, dan kapur lalu menumpuknya setinggi 1,5 meter. Kompos dinyatakan matang jika suhunya mencapai minimal 60°C di pertengahan proses.

Suhu kemudian akan turun perlahan hingga 35°C sebagai tanda akhir fermentasi. Musim kemarau menjadi waktu terbaik karena suhu harian mencapai 37°C dan mendukung pengomposan cepat.

Saat musim hujan, waktu pengomposan bertambah 1—2 hari karena suhu lebih rendah, yakni 25–30°C. Penambahan kapur sebesar 2% dari jumlah normal dapat membantu meningkatkan suhu dan menetralkan pH.

Setelah kompos matang, dilakukan pasteurisasi media dan kumbung. Tujuannya untuk membunuh organisme pesaing seperti benih jamur liar.

Media tanam kemudian disusun dalam rak setinggi 26–40 cm. Uap panas dialirkan ke kumbung tertutup hingga suhu mencapai 60–70°C.

Kondisi itu biasanya tercapai setelah delapan jam pemanasan. Saat musim hujan, waktu pemanasan bisa lebih lama.

Setelah delapan jam, aliran uap dihentikan dan suhu dalam kumbung dibiarkan turun. Kumbung didiamkan selama sehari hingga suhu stabil di kisaran 32–35°C, suhu ideal untuk budidaya jamur merang.

Jika media tanam matang, benih jamur akan tumbuh sempurna. Ditambah perawatan dan konstruksi kumbung yang baik, hasil panen pun optimal.

Jamur merang tidak memerlukan sinar matahari langsung. Cukup cahaya temaram dalam kumbung dengan kelembapan 80–90%, jamur Volvariella volvacea bisa tumbuh dengan baik.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

SKPT Morotai Diresmikan sebagai Simbol Pertumbuhan Ekonomi Pesisir

Trubus.id - Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, meresmikan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai di Maluku...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img