Trubus.id— Peternak sapi perah di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Muhammad Hilal Ferdiansyah, membudidayakan sapi perah secara organik. Ia memodifikasi kandang dan menambahkan lahan umbaran agar sapi leluasa bergerak.
Pakan berupa hijauan hasil budidaya organik. Sapi-sapi milik Hilal tanpa tali di hidung. “Sejak mengikuti program sapi perah organik, banyak manfaat yang saya dapatkan seperti sapi lebih sehat, susu lebih banyak, dan biaya perawatan lebih hemat,” tutur alumnus Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, itu.
Setelah 9 bulan melakukan konversi dari peternakan konvensional ke organic, Hilal merasakan manfaat itu. Sebelum mengikuti program sapi perah organik, ia biasanya menghabiskan Rp36.000 per hari per ekor untuk biaya pakan sapi.
“Sekarang hanya sekitar Rp30.000 karena saya tidak membeli pupuk dan pestisida kimia untuk membudidayakan hijauan,” tutur bungsu dari tiga bersaudara itu.
Ia menggunakan pupuk organik berupa kompos dan biourine. Untuk perawatan luka pada sapi, Hilal juga tidak menggunakan obat-obatan kimia. Ia menggunakan ekoenzim buatan sendiri. Baca juga Rambu Beternak Sapi Organik.
Puncak produksi susu sapi Hilal juga meningkat menjadi 24 liter per hari, sebelumnya hanya 21 liter/hari. Harga jual susu organik juga lebih mahal dibandingkan dengan susu konvensional. “Harga susu organik saat ini Rp10.000 per liter, sedangkan konvensional Rp7.000 per liter,” tutur pemuda kelahiran 20 juli 1999 itu.
Ia menyetor susu ke Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan. Keruan saja pendapatan Hilal pun meningkat 14,2% menjadi Rp240.000 per hari. Hilal merupakan salah satu peternak anggota KPSP Setia Kawan yang mengikuti program sapi perah organik.
Program itu berawal dari pilot project Market Driven Organic Dairy Production in Indonesia (MDOD) kerja sama Denmark dengan Indonesia. Proyek itu berjalan atas kerja sama berbagai pihak seperti Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Ministry of Foreign Affairs of Denmark, Danida Market Development Partnerships, PT Indolakto, ARLA, KPSP Setia Kawan, SEGES Innovation, Bina Swadaya Konsultan, dan Mazaraat Cheese.
Menurut Sekretaris Eksekutif Bina Swadaya, Emilia Setyowati, program sapi perah organik merupakan program dari hulu sampai hilir. “Artinya kita tidak hanya mencetak produsen atau peternak, tetapi juga menciptakan pasar agar produk terserap,” tutur Emilia.
Peran Bina Swadaya Konsultan dalam program itu sebagai pendamping dan memberi pelatihan kepada para peternak untuk memelihara sapi agar menghasilkan susu organik yang berkualitas.