Wednesday, September 11, 2024

Lalat Buah Dikambinghitamkan

Rekomendasi
- Advertisement -

Pengumuman itu datang dari Biro Karantina Tumbuhan dan Satwa Taiwan (BAPHIQ). Isinya 13 komoditas hortikultura asal Indonesia dilarang masuk ke Taiwan. Empat di antaranya sayuran, yakni cabai, mentimun, paprika, dan tomat. Selebihnya buah-buahan seperti apel dan alpukat. Sepanjang 2002 devisa yang ditangguk dari ekspor ke-13 komoditas itu mencapai US$1,3-juta.

Paprika menyumbang nilai cukup besar dan volumenya terus berkembang. Hingga medio Agustus 2003, nilai ekspor paprika mencapai Rp1,5-miliar. Sayang, tahun ini kemungkinan besar devisa itu berhenti mengalir. Penyebabnya, “Indonesia dianggap mempunyai 3 spesies lalat buah yang belum ada di Taiwan,” ujar Dirjen Bina Produksi Hortikultura Dr Soemarno. Ketiga lalat buah yang dimaksud doktor alumnus Iowa State University itu adalah Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. zonata.

Bor

Ketiga makhluk supermini itu anggota famili Trypetidae. Nama itu pinjaman dari bahasa Yunani yang berarti gurdi atau bor. Sebuah nama yang pas bila merujuk pada ovipositor panjang yang dimiliki kaum betina lalat buah. Fungsinya untuk menusukkan telur ke buah paprika atau jaringan tanaman yang lunak. Pada paprika ovipositor ditusukkan dekat tangkai buah. Bekas tusukan seperti lubang jarum yang menghitam.

Sosok mereka khas. Abdomen terdiri atas 5 ruas dan berkepala besar. Umumnya bersayap lebar dengan bercak hitam yang membentuk pola menarik. Larvanya mampu melenting dengan melingkarkan tubuh dan meloncat. Inilah sosok ketiga lalat itu.

Bactrocera carambolae

Penyebaran lalat belimbing—demikian julukannya—relatif luas, antara lain di Thailand, Malaysia, India, dan Brazil. Di Indonesia ia ditemukan di Jawa, Lombok, dan Sumbawa. Dari Indonesia lalat itu dibawa oleh pelancong yang membawa buah tropis hingga ke Suriname. Warna tubuh kuning, hitam, atau paduan keduanya.

Bactrocera papayae

Lalat asli Asia Tenggara yang menyebar di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Maluku). Pada Oktober 1995 ia ditemukan di Cairns, Queensland. Pemerintah setempat menggelontorkan AU$35-miliar untuk mengeradikasi B. conformis—nama lain B. papayae. Ia bersifat polifagus alias mempunyai banyak tanaman inang mencapai 193 tanaman yang terdiri atas 114 genus.

Bactrocera zonata

Ia berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara yang menyebar di Afrika Utara, Mesir, dan Israel. Seperti kerabatnya, B zonata juga polifagus dengan 50 tanaman inang. Selain paprika, ia ancaman bagi pekebun jambu, jeruk, dan mangga. Penampilan larva langsing, panjang 10 mm. Sang larva mampu membuat terowongan dalam jaringan tanaman.

Menurut peneliti hama paprika Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Tonny K Moekasan, ketiga hama itu tidak ditemukan menyerang paprika. Ia melakukan penelitian di dalam greenhouse paprika di Cisarua, Bandung, pada November—Desember 2003. Yang terperangkap dengan metil eugenol justru Bactrocera dorsalis. Dalam satu botol bekas air minuman yang diberi eugenol terperangkap 4—5 ekor.

Hama itu biasanya menyerang cabai. “Kulit paprika itu tebal. Saya belum pernah menemukan paprika yang terserang. Lagi pula paprika bukan tanaman inang utama,” ujar alumnus Universitas Bandung Raya itu. Keberadaan hama itu lantaran di sekeliling greenhouse tumbuh tanaman buah seperti pepaya dan pisang—keduanya tanaman inang.

Tonny, menduga keputusan Taiwan melarang paprika Indonesia lebih bersifat politis. Hal sama diungkapkan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura Departemen Pertanian, Daryanto. Jika itu benar, ketiga lalat buah sekadar kambing hitam. (Sardi Duryatmo)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kembangkan Produk Hilir, Warga di Medan Bikin Aneka Sambal Cabai Berpadu Andaliman

Trubus.id–Warga Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, Richard, berinovasi  membuat aneka sambal cabai dengan campuran andaliman. Sambal Gerilya atau nama...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img