Kunjungan khusus komunitas pencinta ikan hias asal Filipina ke penangkar di Jakarta dan sekitarnya.
Maligayang pagdating, selamat datang bagi 25 orang yang antusias mengunjungi para penangkar ikan hias di Jakarta. Mereka anggota Philipines Arwana and Lou Han Society (PALHS) yang tengah studi banding perkembangan ikan hias di Indonesia. Menurut ketua komunitas itu, Marge Hermoso, perkembangan ikan hias di Filipina sangat bagus. Banyak orang memelihara ikan hias seperti koi, arwana, cupang, dan lou han.
Mayoritas pasokan ikan hias di Filipina berasal dari negara tetangga seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Belum ada pehobi yang membudidayakan ikan hias di negara beribukota Manila itu. Musababnya, “Kualitas air sangat buruk karena tercemar limbah,” kata Marge. Perempuan asal Manila itu mengatakan, penggunaan filter air pun tidak membantu. Harap mafhum budidaya ikan hias memerlukan air bermutu.
Cari pasokan
Para pehobi memelihara ikan di akuarium berbagai ukuran. Sebetulnya ada beberapa orang yang berhasil membudidayakan ikan hias seperti arwana. Contohnya pendiri PALHS, Ernesto Ramos Jr. Ia memiliki aneka jenis arwana dari seluruh dunia seperti Australia dan Indonesia. Meski berhasil membudidayakan arwana, Ramos belum tertarik melego produknya karena keuntungannya tipis. “Saya memelihara ikan hanya untuk melampiaskan hobi,” kata Ramos.
Menurut Marge pasar ikan hias di Filipina terus bertumbuh. Melalui komunitas, ia dan rekan mempopulerkan hobi ikan hias ke seantero Filipina. Mereka membuat kontes ikan hias berskala nasional setiap tahun yang diikuti ratusan ikan seperti arwana, cupang, dan lou han. Bahkan, pehobi dari luar negeri turut menghadiri kontes adu elok ikan hias itu. Anggota komunitas ribuan orang dan tersebar hampir di seluruh Filipina.
Marge dan rekan anggota komunitas kerap bepergian ke luar negeri seperti Singapura dan Thailand untuk mempelajari teknik budidaya ikan hias sekaligus menyaksikan perkembangan ikan hias negeri jiran. “Jika memungkinkan kami pun membeli ikan hias selama kunjungan,” kata Marge. Pada 2—6 Juni 2017 Marge dan rekan mengunjungi tempat budidaya arwana, lou han, dan kelinci di Jakarta. Mereka juga mengunjungi pasar ikan di Jakarta.
Salah satu anggota PALHS, Arnold del Rosario, mengatakan senang mengikuti tur itu untuk mendapat pasokan arwana dari sumbernya langsung. Ia importir arwana terbesar di Filipina. Selama ini pasokan arwana Arnold berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Marge menuturkan budidaya ikan hias di Filipina baru saja dimulai. “Perlu waktu relatif lama untuk dapat beternak ikan di Filipina,” katanya. Pada 2018 ia dan kawan berencana mengunjungi farm ikan hias di Malaysia dan Taiwan. Harapannya menemukan teknik baru beternak ikan hias.
Pasar anyar
Menurut wakil ketua PALSH, Chris Soon, kualitas ikan hias produksi Indonesia relatif sama dengan ikan hias Thailand. Pria 44 tahun itu mengatakan negeri Gajah Putih sedikit unggul di pemasaran ekspor. “Kebanyakan ikan hias di Filipina seperti lou han, cupang, dan ikan predator berasal dari Thailand. Namun, untuk arwana Indonesia masih unggul,” kata Chris kepada Trubus.
Menurut pehobi sejak 1997 itu peternak Filipina nyaris tidak ada ceruk pasar untuk ekspor. “Pasar hanya di dalam negeri, tidak ada penangkar besar. Itulah sebabnya agak sulit berkembang,” kata Chris. Senada dengan Chris, menurut anggota PALHS lainnya Randell Sy, Filipina masih konsumtif, untuk pemasaran terbatas hanya dalam negeri. “Semoga dengan terbentuknya komunitas, makin besar jaringan dan pasar pun terbuka,” kata pria pehobi pari air tawar itu.
Pemilik Citra Arwana Indonesia, Sriyadi, menyambut baik kedatangan komunitas pehobi ikan hias asal Filipina. Pria yang juga kerap menjadi juri nasional kontes arwana itu mengatakan, banyak anggota PALHS yang tertarik dengan arwana hasil tangkarannya. Namun, belum ada yang bertransaksi. Menurut Sriyadi permintaan arwana dari luar negeri memang tinggi. Nyatanya 50% pemasaran arwana ke luar negeri atau ekspor.
“Permintan arwana dari Filipina cukup tinggi, saya pun kerap mengekspor ikan ke Manila,” kata Sriyadi. Menurut Manajer Operasional PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, Wawan Hernawan, menerima terbuka kunjungan PALHS. “Semoga dengan kunjungan ini pangsa pasar ikan hias baru terbuka,” kata Wawan. Senada dengan Wawan, pemilik peternakan kelinci Quraish Rabbit Iqbal, Muhammad Iqbal Harraz, senang atas kunjungan PALHS.
Sebab, para anggota PALHS memiliki beragam hobi, salah satunya kelinci. Salah satunya Jaime, yang baru mengimpor 108 ekor kelinci dari Amerika Serikat. Menurut Iqbal saat kunjungan ada juga yang tertarik dengan kelinci tangkarannya jenis californian, rex, dan minirex. “Sayang, saat ini kami belum bisa melayani karena masih dalam tahap proses evaluasi penangkaran.
Selain itu Iqbal masih mengutamakan permintaan rekan di daerah. Pemilik Rabittry sejak 2009 itu mengatakan, lewat kunjungan PALHS makin terbina jaringan antarpenangkar. Tujuannya agar memudahkan bertukar informasi mengenai proses penangkaran, khususnya untuk ras-ras kelinci yang belum ada di tanahair (Muhamad Fajar Ramadhan/Peliput: Riefza Vebriansyah)