Pengidap Attention Deficit Disorder (ADD) atau autisme kategori rendah kondisinya terus membaik setelah rutin mengonsumsi madu itama.
Vito mengalami masalah serius, sulit berkonsentrasi sehingga membuat kemampuan membacanya lebih lambat daripada teman lain. “Pihak keluarga dan sekolah sampai mencurigai anak kami juga menderita disleksia,” ujar Andreas Yudistantra, ayah Vito. Ia kemudian membelikan alat bantu berupa kacamata khusus untuk penderita disleksia. Namun, setelah sekian lama dipakai tidak ada perubahan yang terjadi. Guru harus sabar mengingatkan Vito untuk mulai berkonsentrasi saat proses belajar-mengajar dimulai.
Ia memerlukan waktu lama sampai kondisi pikirannya siap menerima pelajaran. Itu membuatnya sering kehabisan waktu belajar di sekolah, pelajaran yang diserapnya juga sangat terbatas. Kalau sudah demikian, keluarga membantu memberikan pelajaran tambahan di rumah. Namun, lagi-lagi Vito masih kesulitan menyerap pelajaran. Akibatnya, saat ujian semester, Vito hanya dapat menjawab kurang dari 10 soal dari total 20 pertanyaan.
Tujuh psikiater
Pihak keluarga tidak diam menghadapi kesulitan Vito. Berbagai cara telah dilakukan untuk membantu memperbaiki kondisi buah hati, seperti membawa ke psikolog dan psikiater di Jakarta. “Dari 3 psikiater dan 4 psikolog yang sudah dikunjungi sebagian besar menyatakan bahwa Vito mengidap gangguan konsentrasi yang dalam istilah psikologi dikenal dengan ADD atau Attention Deficit Disorder,” ujar Andreas.
Secercah harapan kesembuhan muncul setelah Andreas memperoleh informasi dari psikiater ke-7 yang didatangi. Ia mengatakan bahwa sejatinya Vito termasuk anak yang cerdas, kesulitan konsentrasi yang disebabkan gangguan pada jaringan saraf dapat diperbaiki dengan memperbaiki nutrisi disertai terapi motorik. Dokter Dito Anurogo di Serpong, Kota Tangerang Selatang, Provinsi Banten, menyatakan ADD adalah kondisi paling ringan dari gejala autisme.
Ia mengatakan pemicu ADD bisa juga dari gangguan perkembangan jaringan saraf otak serta sebagian hasil riset lain menghubungkan dengan kemungkinan akibat genetik dan keturunan. Dokter alumnus Universitas Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah, itu mengatakan, gejala paling mudah diamati adalah ketidakmampuan untuk memberikan perhatian.
“Akibatnya anak-anak mengalami kesulitan mendengarkan pembicara, mengikuti petunjuk, dan menyelesaikan tugas yang diperintahkan,” lanjut Dito. Para penderita ADD juga sering terlihat melamun. Selain itu mereka cenderung menghindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi berkelanjutan.
Madu solusinya
Andreas mulai mencari informasi dari berbagai literatur tentang obat herbal untuk menyembuhkan Vito. Ia enggan memberikan obat kimia kepada buah hatinya. Beberapa literatur yang dibaca menunjukkan perbaikan jaringan saraf terjadi dengan pemberian asupan makanan perangsang regenerasi sel penyusunnya, di antaranya madu. Itulah sebabnya alumnus Universitas Merdeka, Malang, Jawa Timur, itu memutuskan memilih madu sebagai tumpuan harapan penyembuhan Vito.
Namun, ternyata upaya menemukan madu yang benar-benar memiliki khasiat penyembuhan pun sulit. Andreas mengenal madu klanceng Heterotrigona itama pada September 2014 saat berkunjung ke sahabatnya sekaligus rekan bisnis sarang walet di daerah Serpong, Tangerang Selatan. Sang sahabat menyuguhkan minuman dingin berwarna kecokelatan. Itulah madu itama yang dicampur dengan air es.
“Rasanya sedikit masam dan menyegarkan. Setelah diberitahu minuman itu campurannya madu yang diambil langsung dari sarang trigona serta memiliki berbagai khasiat penyembuhan, saya merasa yakin telah menemukan madu yang saya inginkan untuk Vito,” ujar Andreas. Saat pulang, sang sahabat membawakan botol madu itama untuk Andreas. Perbaikan kondisi Vito mulai terlihat setelah 3 bulan mengonsumsi madu itama. Anderas memberi 1—2 sendok makan setiap pagi dan sore.
Total jenderal 3 liter madu habis selama 3 bulan itu. Vito juga menyukai citarasanya yang masam manis. Perubahan perilaku pertama terlihat saat anak yang saat ini duduk di kelas 3 sekolah dasar itu mempunyai inisiatif untuk belajar sendiri. Ia mulai proses belajarnya dengan cepat tanpa memerlukan waktu memusatkan perhatian seperti dahulu. Saat berlatih mengerjakan soal-soal menjelang ujian semester pun hasilnya jauh berbeda dengan sebelum mengonsumsi madu itama.
Nutrisi beragam
Andreas mengatakan bahwa perubahan Vito sangat signifikan. “Dulu Vito mudah sekali menyerah saat menjumpai soal-soal yang sedikit rumit. Namun, sekarang dia dapat menyelesaikan dengan baik dan jawabannya tepat,” ujar Andreas dengan semringah. Nilai hasil ujian semester pun naik drastis dari yang sebelumnya banyak nilai 6 menjadi kebanyakan nilainya 8 dan 9. Kepercayaan diri Vito meningkat dan saat ini menjadi lebih mandiri.
Sekarang ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler renang untuk meningkatkan kemampuan motorisnya. Andreas meyakini semua itu adalah khasiat madu itama lantaran ia tidak memberikan suplemen selain madu kepada keluarganya. Sampai kini Andreas masih rutin memberikan madu itama kepada Vito untuk memaksimalkan perkembangan kesembuhannya. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga merasakan menjaga kebugaran tubuh.
“Setelah mengonsumsi secara teratur, daya tahan tubuh meningkat, masa penyembuhan dari kondisi sakit juga lebih cepat daripada menggunakan obat kimia,” ujar ayah 3 anak itu. Lantaran itulah Andreas memutuskan memelihara trigona itama dengan memiliki 3 log untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut K. Vaishali dari School of Chemical and Biotechnology, Sastra University, Tamilnadu, India, dalam jurnal World Applied Sciences, madu trigona mengandung nutrisi lebih beragam daripada madu lebah bersengat.
Nutrisi itu antara lain vitamin B-1, B-2, B-3, B-5, B-6, dan C. Selain itu madu trigona juga mengandung mineral natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), alumunium (Al), besi (Fe), fosfor, dan kalium (K). Berbagai enzim, asam amino, dan senyawa antioksidan terdapat pula dalam madu trigona. Terkait dengan khasiat madu sebagai pembantu penyembuhan ADD, dr Zainal Gani, dokter sekaligus herbalis dari Malang, Jawa Timur, mengatakan senyawa antioksidan dan asam amino pada madu berperan penting dalam regenerasi sel.
“Cara kerjanya tidak secara langsung, tapi sinergis. Antioksidan menghambat perkembangan radikal bebas yang berpotensi merusak sistem sel pembentuk jaringan saraf. Asam amino memberi nutrisi kepada otak untuk meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan kecerdasan. Dengan demikian perbaikan sel menjadi lebih cepat tanpa adanya agen pengganggu dan dibantu perbaikan kualitas otak dari dalam,” kata Gani. (Muhammad Hernawan Nugroho)