Wednesday, December 11, 2024

Matahari

Rekomendasi
- Advertisement -
Bunga matahari hasilkan biji yang berpotensi untuk pangan, pakan, dan industri kosmetik.
Bunga matahari hasilkan biji yang berpotensi untuk pangan, pakan, dan industri kosmetik.

Di permukaan waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, bermunculan pulau-pulau kecil; terutama pada puncak musim kemarau.  “Mari kita tanami bunga matahari,” kata Prof Otto Soemarwoto, guru besar Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran.  Kami setuju. Namun, sampai Otto wafat, taman bunga matahari tidak pernah terwujud. Pertama, sulit mencari bibit. Kedua, lahan terpencil. Tidak realistis, sukar dikelola.

Tahun 2016 sudah tiba. Aktivis lingkungan lain, Nirwono Joga, mengajukan beberapa alternatif lahan untuk membuka “Kampung Mentari” sebagai sentra-sentra perkebunan bunga matahari.  Sekali lagi saya  mendukung.  Bukan berperahu motor memilih pulau-pulau yang timbul tenggelam di danau Cirata, tetapi mencari bibit untuk ditanam di kebun percontohan. Misalnya di kebun organik, Cikarang, Kabupaten Bekasi, yang mengembangkan bunga matahari kerdil atau dwarf sunflower – tinggi berkisar 40—60 cm.
 
Tren swafoto
Pada waktu kecil, ibu menanam bunga matahari di kebun belakang sekolah.  Luasnya hanya sekitar 200 meter persegi, sehingga populasi sekitar 200 tanaman.  Yang teringat pada saya adalah limbah tanaman bunga itu.  Rata-rata tingginya sekitar dua meter. Lebih besar dan lebih sukar dikelola.  Padahal, panenan biji bunganya tidak seberapa.  Secara ekonomis, waktu itu bunga matahari tidak terlalu menjanjikan.

Namun, pada akhir 2015 kemarin, lahan bunga, kebun bunga atau ladang bunga memberi harapan lain.  Banyak orang datang untuk berswafoto atau selfie.  Bergaya di antara kuntum, bahkan tiduran di hamparan bunga amarilis yang mekar di Wonosari, Yogyakarta.  Beritanya ke mana-mana, sampai menimbulkan keprihatinan nasional.  Maklum, diserbu oleh para remaja, kaum alay – yang tak terbendung, sehingga taman yang indah itu rusak binasa.

Di kampung kelahiran ibu saya, Kota Batu, Jawa Timur, bunga matahari semakin bergengsi.  Para remaja yang datang untuk berswafoto cukup terkendali, selain tempatnya juga tersembunyi, terpelihara, di tengah-tengah peternakan kuda.  Pengunjung kebun itu diwajibkan membayar karcis masuk, kecuali beberapa hari terakhir setelah bunga-bunga berkurang kecantikannya.

Kebun bunga memang menjadi tren di berbagai kota. Di Lembang, Jawa Barat, ada kebun begonia, dengan tiket Rp10.000 per orang pada akhir pekan.  Di Jember, Jawa Timur, ada wisata kebun bunga krisan. Kita boleh memetik sendiri dengan membayar Rp1.500 per kuntum. Di Bali, di Sumatera Utara, di Tomohon, Sulawesi Utara juga terdapat wisata bunga yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah.

Baik swasta maupun pemerintah, di dalam dan di luar negeri mulai diuntungkan oleh bunga. Walikota Bandung, Ridwan Kamil, membuka beberapa taman pustaka bunga seperti di Cilaki dan Cihideung. Walikota Surabaya, Tri Risma Harini, membuka sejumlah taman kota, seperti Taman Bungkul  yang menjadi kebanggaan warga. Adapun Nirwono Joga, membantu walikota Kholiq Arif membuka taman anggrek di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Harapan
Yang menjadi tren dunia, adalah bunga matahari Helyantus annuus dengan berbagai varietasnya.  Di Jepang ada taman bunga matahari seluas 23 hektare (dengan populasi 70.000 tanaman per hektare)  yang menyajikan 1,5 juta kuntum setiap musim.  Tiket masuk untuk orang dewasa 650 yen setara Rp75.000 dan anak 300 yen, boleh memetik maksimal 5 kuntum.  Di Shenshen, Tiongkok, juga ada taman serupa. Demikian pula di Thailand, Inggris, dan Amerika Serikat.

Belum lama ini bahkan seorang pria yang ditinggal mati istrinya, bertekad menanam bunga matahari di kanan-kiri jalan desa sepanjang 7 kilometer.  Untung semua tetangga merelakan dan setuju menyewakan tanahnya untuk ditanami.  Setelah panen, biji bunga matahari dijual dalam kantong-kantong berhias foto istrinya. Hasilnya disumbangkan untuk penanggulangan kanker.  Itulah penyakit  yang telah menewaskan istrinya.

Untuk apakah biji bunga matahari?  Kita mengenalnya sebagai camilan atau kuaci.  Namun, ada juga yang dijual grosir sebagai makanan burung. Padahal, dalam jumlah yang memadai, biji bunga matahari bisa diolah menjadi minyak yang khasiatnya setara dengan minyak zaitun.  Di Indonesia pun sudah lama dikenal minyak bunga matahari.  Itulah yang diharapkan ibu ketika menanamnya di Batu lebih dari 50 tahun lalu.

Minyak bunga matahari dengan kandungan vitamin E yang tinggi berfungsi melindungi kulit dan menghambat penuaan.  Peranan untama minyak bunga matahari memang untuk kosmetik, pencegah radang dan antibakteri.  Lebih dari itu, ia baik untuk kesehatan kardiovaskular – menolong jantung, dengan menurunkan kolesterol jahat.

Bangsa Indian kulit merah sudah menanam bunga matahari sebagai tanaman kesehatan sejak dua ribu tahun silam.
Berdasarkan kegunaannya, memang ada bunga matahari yang ditanam sebagai pakan ternak.  Selain itu ada tiga kelompok budidaya lainnya yaitu untuk diambil minyaknya; sebagai tanaman hias; dan untuk dipanen biji atau kuaci. Tentu baik bila ada penyuluhan terpadu, menyangkut khasiat dan pemanfaatan bunga matahari, mulai dari daun, batang, akar, bunga, maupun pengolahan pascapanen.

Sejak masuk ke Eropa, pada abad ke-16, biji bunga tanaman anggota famili Asteraceae itu mulai menjadi campuran salad, dan ditaburkan ke roti.  Maklumlah, bunga matahari termasuk tanaman pangan bagi bangsa Indian Inca. Sekarang, ternyata panenan bertambah dengan maraknya swafoto dan wisata bunga.

Eka Budianta
Eka Budianta

Impor
Sekarang, penawaran bibit bunga matahari di tokopedia maupun di lapangan mulai marak. Biji bunga matahari besar Helyanthus giganteus, seperti stella, buttercream , dan matahari titan dari Amerika dibanderol Rp10.000 per butir; dijual dalam amplop seharga Rp100.000 berisi 10 butir. Adapun biji bunga matahari lokal masih bertengger di angka Rp700—Rp1.000 per butir.

Untuk biji bunga yang dikonsumsi, diimpor dari Tiongkok dengan harga US$1.600 –US$ 1.700 per ton. Setiap tahun paling sedikit Indonesia mendatangkan 15.000 ton biji bunga matahari untuk memenuhi industri kuaci. Perkebunan bunga matahari lokal di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, didirikan sejak 2003.  Namun, penggunaan santan dari biji bunga matahari di sana sudah dikenal sejak 1985.

Dengan memanfaatkan bibit unggul setiap hektare kebun bunga matahari bisa menghasilkan  1.600 kg.  Untuk kepentingan herbal, harga olahan 1 kg biji bunga matahari dipatok Rp100.000. Bila hal itu tercapai, penghasilan satu hektare lahan diharapkan mencapai Rp160-juta. Sementara ini  lahan itu tersebar di beberapa tempat. Di seluruh dunia, kebun bunga matahari tercatat hanya sedikit di atas 15.000 hektare.

Lebih dari 4.000 hektare berada di Rusia, selebihnya  di Argentina,  Spanyol, Perancis, Amerika Serikat, dan Turki. Di seluruh Asia total luas lahan matahari 3.000 hektare.  Tidak mengherankan kalau dua tahun terakhir ada usaha membuat kebun besar, baik untuk produksi, maupun untuk wisata. Bagi inovator agribisnis Indonesia, ini adalah tantangan yang patut diperhitungkan dan segera dicoba. (Eka Budianta*)

*) Budayawan, kolumnis majalah Trubus sejak 2001, pengurus Tirto Utomo Foundation dan Mitra Utama Senior Living @ D’Khayangan.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kementan Ungkap Strategi Komunikasi dan Promosi Produk Susu Organik

Trubus.id–Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan  Pemerintah Denmark dalam program...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img