Trubus.id — Mengurangi serangan hama dan penyakit, menghemat pupuk, dan harga jual melon tinggi merupakan keunggulan menanam melon di rumah tanam bambu. Agus Supartoyo mengebunkan melon dalam rumah tanam (greenhouse).
Kini budidaya melon menjadi salah satu sumber pendapatan Agus. Hasil panen melon dalam rumah tanam selalu habis terjual. Apalagi melon milik Agus tergolong eksklusif karena berbeda dengan buah sejenis yang dibudidayakan di lahan terbuka (open field).
Lazimnya melon itu dijual di pasar swalayan. Kinanti dan Dwika dua jenis melon eksklusif yang menghuni kebun Agus. “Saya memilih dua melon itu karena memiliki karakter berbeda. Kinanti memiliki tekstur daging buah renyah, sedangkan Dwika lembut dan juicy,” kata warga Desa Pojokwatu, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, itu.
Rumah tanam bambu
Kedua jenis melon itu merupakan produk unggulan PT Tunas Agro Persada. Warna Kinanti yang kuning emas menarik perhatian pengunjung. Ketika dibelah, daging buah yang jingga menggugah selera siapa pun yang memandangnya.
Penggunaan rumah tanam untuk budidaya melon di Blora merupakan hal baru. Agus salah satu pelopor penanaman melon dalam rumah tanam di sana. Sejak Januari 2022. Total jenderal ia merogoh kocek hingga Rp100 juta untuk membangun rumah tanam seluas 900 m².
Harga itu relatif ekonomis karena rangka rumah tanam berbahan bambu. “Biaya rumah tanam bisa sekitar 4 kali lipat lebih mahal jika menggunakan baja ringan,” kata pria berumur 47 tahun itu.
Dinding rumah tanam menggunakan screen net. Adapun atap memakai plastik ultraviolet (UV) produksi PT Hidup Baru Plasindo. PT Tunas Agro Persada merupakan distributor plastik UV milik PT Hidup Baru Plasindo.
Direktur Pemasaran PT Tunas Agro Persada, Cipto Legowo, mengatakan, plastik UV kreasi PT Hidup Baru Plasindo berkualitas prima karena tahan panas, kuat, dan lentur.
Alasannya plastik UV itu berasal dari biji plastik murni. “Plastik UV itu tidak menggunakan biji plastik daur ulang,” kata Cipto.
Meskipun tebal, plastik daur ulang tidak tahan sinar matahari. Sebaliknya plastik tipis dari biji plastik murni tetap lentur dan tahan sinar matahari. Plastik UV itu juga bening transparan. Bahan baku yang bermutu menjadikan plastik UV kreasi PT Hidup Baru Plasindo pilihan terbaik petani di Indonesia.
Untuk merambatkan sulur melon, Agus pun menggunakan tali plastik bikinan PT Hidup Baru Plasindo. Tali plastik itu juga terbuat dari biji plastik murni sehingga kuat dan tahan lama. Agus menghitung biaya pembuatan rumah tanam bambu kembali setelah setahun.
Biaya investasi awal relatif besar sebanding dengan hasil panen yang lebih maksimal. Apalagi buah yang ditanam merupakan melon eksklusif yang berharga jual lebih tinggi daripada melon biasa. Selain ekonomis, Agus pun bisa menanam melon di lahan sama terus-menerus karena menggunakan polibag.
Lebih hemat
Minimal ia bisa menanam melon 3 kali setahun. Keunggulan menggunakan rumah tanam tentu saja lebih aman dari serangan hama dan penyakit tanaman ketimbang penanaman di luar ruangan.
Menurut pekebun melon di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Sunito, serangan hama dalam rumah tanam hanya 5%. Sementara serangan hama di kebun melon tanpa rumah tanam mencapai 50—90%.
“Biaya pupuk dan pestisida untuk penanaman dalam rumah tanam sekitar Rp500.000,” kata Sunito yang menanam melon di dalam rumah tanam berukuran 12 x 30 m dan berpopulasi 750 tanaman.
Tanpa rumah tanam, ongkos pupuk dan pestisida bisa lebih dari Rp1 juta. Perkenalan Agus dengan budidaya melon dalam rumah tanam bambu tidak lepas dari peran Direktur Pemasaran PT Tunas Agro Persada, Cipto Legowo.
Cipto menyarankan Agus menggunakan bambu agar biaya investasi lebih murah. Cipto mengatakan, “Salah satu komitmen PT Tunas Agro Persada untuk memberikan edukasi kepada petani tentang teknologi terapan sederhana yaitu greenhouse bambu.”
Lebih lanjut Cipto mengatakan, penggunaan rumah tanam salah satu cara menekan serangan penyakit tanaman akibat virus. Meksi begitu pemakaian rumah tanam merupakan pilihan bagi petani. Jika ada modal, lebih baik pakai rumah tanam. Menurut Cipto biaya pembuatan rumah tanam milik Agus ekonomis.
“Jika tidak ekonomis greenhouse bambu tidak berkembang,” kata pria berkaca mata itu.
Menurut produsen rumah tanam bambu asal Magelang, Jawa Tengah, Zaenal Asrofi, pembangunan rumah tanam bambu untuk budidaya melon cenderung bertambah setiap tahun. Hingga kini Zaenal membangun lebih dari 60 rumah tanam bambu di berbagai daerah seperti Bogor, Jawa Barat, Blora (Jawa Tengah), dan Bojonegoro (Jawa Timur).
“Mayoritas rumah tanam bambu itu untuk budidaya melon,” kata pria yang mulai membikin rumah tanam bambu sejak 2019 itu. (Riefza Vebriansyah)