Trubus.id — Penyakit patek atau antraknos menjadi momok bagi pekebun cabai. Penyakit patek biasa terjadi pada musim hujan. Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum capsici, C. acutatum. C. coccodes. Potensi tingkat kehilangan hasil dari serangan penyakit patek mencapai 20–90 persen.
Gejala tanaman terserang penyakit patek adalah muncul bintik-bintik hitam kecil melingkar di permukaan kulit buah. Bintik menyebar ke arah sumbu panjang dan berbentuk elips. Setelah terinfeksi, bintik-bintik menyebar batas mencolok oleh garis luar hitam tebal dan tajam yang menutupi area berwarna hitam atau jerami yang lebih terang.
Untuk mencegah serangan, pekebun bisa memberikan pupuk dengan kandungan fosfor tinggi pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 pascatanam dan menjelang berbunga untuk memperkuat dinding sel tanaman dan buah. Jika telanjur menyerang, cabut tanaman terserang, lalu bakar.
Pencegahan lain yang bisa diupayakan adalah dengan membuang wiwilan atau tunas air, membersihkan gulma, dan menghindari air tergenang. Selain itu, gunakan mulsa plastik, jarak tanam longgar (70 cm), serta pola tanam zig-zag untuk mengurangi kelembapan.
Hama utama cabai lainnya adalah trips. Ciri serangan trips adalah daun tanaman cabai akan mengeriting. Adapun kerusakan tidak langsungnya yakni menjadi vektor atau pembawa virus yang mengakibatkan tanaman sakit.
Serangga mengisap daun hingga tanaman layu, menguning, buahnya kecil-kecil, atau sama sekali tidak berbuah. Cara sederhana untuk mengendalikannya adalah dengan menggunakan 25–50 lembar daun sirsak. Selanjutnya, tumbuk halus daun itu dan campur dengan 5 liter air, lalu endapkan semalam.
Keesokan harinya, saring larutan dengan kain halus. Setiap 1 liter hasil saringan diencerkan dengan 10–15 liter air. Selanjutnya, semprotkan air hasil saringan ke seluruh tanaman. Dengan perlakuan sederhana itu, serangan trips bisa dikendalikan. Saat patek dan trips bisa diatasi, kemungkinan mendapat hasil optimal akan lebih tinggi.
