Trubus.id— Permintaan cumi-cumi (Loligo sp) untuk ekspor amat tinggi. Cumi-cumi dari perairan di Indonesia diakui konsumen mancanegara. Sayangnya, hingga saat ini pasokan masih mengandalkan tangkapan alam. Cumi-cumi belum dibudidayakan.
Menurut dosen di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Mulyono S. Baskoro., M.Sc., perlu upaya penyeimbangan teknologi untuk meningkatkan populasi cumi-cumi di alam.
Ia pun berkreasi membuat teknologi sejenis rumpon buatan agar cumi-cumi bisa berkembang biak. Ia menamai peranti itu atraktor cumi-cumi. Hasilnya memuaskan, ada peningkatan populasi stok cumi-cumi 12—15% dibandingkan dengan perairan tanpa atraktor.
Keberadaan atraktor juga potensial meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Artinya nelayan menangkap sekitar 115 kg cumi-cumi jika tangkapan harian sekitar 100 kg setiap hari setelah mengaplikasikan teknologi itu. Pendapatan nelayan pun meningkat dan stok cumi-cumi di alam bisa terjaga.
“Perlu dijalankan aturan juga, penangkapan cumi-cumi hanya yang berukuran besar dengan ukuran mantel 15 cm agar pasokan terjaga,” kata praktikus budidaya perairan sekaligus dosen Budidaya Perikanan di Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika Syari, S.Pi.,M. Pi.
Menurut Indra teknologi berupa atraktor atau rumpon upaya penyeimbang eksploitasi berlebihan. “Harga di tingkat pengepul mencapai Rp90.000 per kg,” kata Indra yang menguji atraktor di Perairan Tuing, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka dan Belitung itu.
Mulyono mengatakan, prinsip atraktor adalah menarik cumi-cumi agar bertelur pada alat. Kuncinya pada tali kasar (tambang, rami atau tali sabut kelapa) yang tegak/vertikal membuat cumi-cumi tertarik meletakkan telur.
Cumi-cumi tidak menyukai tali datar atau horizontal dan berbahan plastik. Lebih lanjut ia mengatakan pembuatan rangka atraktor bisa memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar seperti bambu, pipa, atau drum bekas.
Menurut Mulyono, atraktor berbahan drum bekas paling direkomendasikan. Pasalnya selain ekonomis atraktor dari drum bekas juga mudah dibuat. Satu atraktor berbahan drum berdiameter 60 cm dengan panjang 90—100 cm menampung 234 kapsul telur.
Satu kapsul telur terdiri atas 4—5 telur atau calon individu. Menurut Mulyono, habitat ideal cumi-cumi di perairan dengan kedalaman 3—7 meter. “Untuk bertelur cumi-cumi mencari perairan lebih dangkal, meskipun bisa hidup di laut lepas,” kata Mulyono.
Lazimnya jika habitat cocok cumi-cumi pun tak enggan untuk bertelur. Selang 3 pekan lazimnya telur menetas. Tiga bulan kemudian cumi-cumi memasuki fase dewasa kelamin dan siap bertelur.