Trubus.id — Pohon merbau memiliki beragam khasiat untuk kesehatan. Masyarakat yang tinggal dekat hutan di kawasan Indonesia timur kerap memanfaatkan batang merbau sebagai obat diare. Mereka mencampur kulit batang merbau yang mengelupas dan buah pinang tua untuk menghentikan diare akut.
Menurut Eko Sutrisno, Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Penerapan Standar Instrumen LHK Kuok dan Eka Novriyanti, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional, pemakaian resep itu untuk obat diare sudah berlangsung sejak lama.
Diduga tanin dalam kulit batang merbau berperan menghentikan diare. Kulit batang merbau juga mengandung antioksidan yang bernilai 6,60–12,10.
Tidak hanya kulit batang merbau yang berkhasiat kesehatan. Daun merbau pun kaya antioksidan. Hasil penelitian mengungkapkan kandungan antioksidan merbau meliputi anthrones, flalonoid, glikosidik flavonoid, fenolik, steroids, tanin, triterpene, dan kumarin.
Sejatinya, flavonoid dan fenolik dalam daun merbau merupakan bentuk pertahanan tanaman dan memberikan warna. Saat dikonsumsi tubuh, kedua senyawa itu menjadi sumber antioksidan serta mengatasi alergi dan arthritis.
Adapun senyawa kumarin berperan sebagai antiinflamasi. Senyawa itu terbentuk pada jaringan tanaman yang mengalami peradangan. Setelah terbentuk, kumarin dan fosfor meregenerasi sel hingga menutup luka. Selain itu, merbau menjadi salah satu solusi dalam upaya mencegah hingga mengatasi hipertensi.
Hal itu karena adanya kandungan kalium dan steroid. Kalium berperan mengatur kadar cairan tubuh ketika proses penarikan-penyaringan oleh ginjal. Sementara itu, steroid berperan mengontrol kandungan garam dalam tubuh. Yang paling menakjubkan, merbau berpotensi sebagai antikanker.
Berdasarkan riset, kandungan flavonoid, fenolik dan saponin yang ditemukan hampir di seluruh organ tanaman merbau mempunyai kemampuan untuk “merusak” metabolisme sel abnormal pada penderita kanker.
Formulasi dan perlakuan yang tepat tentunya dapat digunakan dalam upaya penyembuhan pengidap kanker. Pemanfaatan merbau oleh masyarakat sekitar hutan masih dilakukan secara tradisional.
Mereka memanfaatkan organ tumbuhan merbau secara langsung. Lazimnya, mereka akan menumbuk kulit batang, mengonsumsi biji merbau, dan meminum air rebusan daun merbau.
Secara prinsip, pemanfaatan tumbuhan sebagai obat herbal tentunya harus memperhatikan komposisi dan teknis peramuan agar tidak menimbulkan efek samping dan menerima manfaatnya secara maksimal.
Beberapa hasil riset menyatakan konsumsi merbau yang tidak berimbang dapat menimbulkan alergi dan keracunan. Oleh karena itu, kini upaya optimalisasi pemanfaatan merbau dilakukan dengan sentuhan teknologi. Hal itu dilakukan guna mendapatkan manfaat senyawa alami dan penjaminan higienitas.