Trubus.id–Puncak panen di kebun milik M. Hengki Massie misalnya pada awal Januari. Total panen kebun di Desa Tejamari, Kecamatan Tejamari, Kabupaten Baros, Provinsi Banten itu mencapai 1.730 buah. Ia menuturkan sekitar 1.200 hasil panen model tanam triple—menanam tiga bibit berdekatan membentuk segitiga.
Semua hasil panen itu ludes terjual, “Mereka sudah membidik dari panen raya tahun lalu,” ungkapnya. Total jenderal Hengki menanam 700 pohon durian dan 65% panen. Ia menanam durian Ochee, Musangking, dan Bawor. Umur durian 3—7 tahun.
“Buah daging ochee saat diambil tidak nempel di tangan (tidak pecah), legit, dan tidak berserat. Rasa pahit ada yang tak menonjol dan ada yang tipis, tapi rasa lemaknya itu gurihnya sama manisnya itu kental sekali,” ungkapnya.
Menurut Hengki keunggulan lain durian di kebunnya itu kering, ia menduga karena faktor pemupukan organik. Keruan saja meski harga durian terbilang tinggi, hasil panen di Kebun Durian Tamora itu selalu jadi rebutan. Untuk Ochee ia menjual Rp450—500 ribu per kg, Musangking Rp350 ribu per kg, dan Bawor Rp150 ribu per kg. Ia menuturkan bobot Ochee rata-rata 3 kg—4,6 kg.
Pengunjung datang langsung dari berbagai daerah seperti Batam, Kalimantan, Medan, dan Jakarta. Menurut Hengki konsumennya menyukai durian kering. “Rata-rata hasil pemupukan organik tidak basah, tetap kering,” ujarnya. Untuk panen susulan menurut Hengki sekitar Maret 2025.
Nun di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, Yohanes Yudistira juga menerapkan pemupukan alami. Umur tanaman di kebun jenama Sky Dragon Gate Farm atau Gerbang Naga Langit itu 5,5—6 tahun.
Yohanes menanam Musangking, Blackthorn, Super Tembaga Bangka, Namlung Bangka, dan Bawor. Ia menuturkan musim durian di kebunnya mulai dari Desember dan puncak pada awal Januari. Blackthorn sudah panen 2—3 kali sekitar 50 pohon. Setiap pohon sekitar 30 butir dengan bobot 2—4,8 kg per butir. Ia menjual Rp500—600 ribu per kg.
Konsumen durian premium mayoritas dari Jakarta. Menurut Yohanes panen susulan yakni satu bulan kedepan. Ia mengaku tidak kesulitan menjual. Bahkan rekan Yohanes dari Tiongkok yang berkunjung ke kebun juga menyukai Blackthorn itu.
“Mereka cerita butuh ribuan ton durian dan berapa pun mau ambil, masalahnya kita belum ada,” ujarnya.
Yohanes tengah mengembangkan ribuan pohon durian di lahan seluas 20—30 hektare.
“Untuk jumlah panen per pohon di luar musim biasanya setengah dari panen puncak, tetapi harga tinggi,” ujarnya.
Uniknya ia mengebunkan durian di dataran rendah sekitar 12 meter di atas permukaan laut (m dpl), berkat perawatan intensif dan nutrisi yang cukup kebun durian Naga Langit itu terbukti produktif.
Nun di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Syva Dila Kharisma memanen 400 durian lokal per hari. Saat puncak panen bisa mencapai 1.000 buah.
Risma—sapaan akrab Syva Dila Kharisma—menuturkan, “Musim panen mulai minggu ini ada beberapa jatuhan dan puncak pada Februari—April,” ujarnya.
Untuk durian lokal kebun bernama Durian Garden Songgon itu menyajikan beragam jenis di antaranya Sibanteng berukuran 2,5—4 kg dengan karakter keing, manis legit sedikit pahit, dan warna kuning. Durian lokal lain Kepodang dengan bobot yang sama seperti Sibanteng, berwarna kuning, creamy, dan manis legit. Adapun Siketan lengket, manis legit, dan berwarna putih. Usia durian lokal itu 35—36 tahun, bahkan ada yang mencapai 100 tahun.
Risma menuturkan pemasaran di Durian Garden Songgon itu melalui agen, agrowisata, dan memasok ke toko durian di Bogor, Jawa Barat, Jakarta, dan Surabaya, Jawa Timur. Ia menuturkan saat musim durian pengunjung agrowisata mencapai 60 orang perhari. Untuk harga durian lokal beragam Rp20.000—120.000 per butir.
“Sejak 2023 juga ada permintaan untuk durian internasional seperti musangking dan ochee,” ujarnya. Untuk harga montong Rp65 ribu per kg, musangking Rp260 ribu per kg, dan ochee Rp280 ribu per kg.
Produk lainnya berupa olahan durian seperi pancake dan mochi yang baru dikembangkan. Harga pancake durian Rp30.000 per kotak. Selain itu, Risma juga bermitra dengan 36 koordinator petani untuk pasokan durian, pembibitan, dan jasa konsultasi seperti pendampingan dan perawatan kebun.
Pemasaran bibit sekitar 200 per bulan ke Pulau Jawa, Lampung, dan Bali. Sementara jasa konsultasi beragam mulai dari pendampingan sekala hobi misal menanam di pekarangan hingga skala kebun misal dengan luasan 7 hektare (ha). Dengan semua produk turunan itu turut menambah pendapatan petani.
Menurut pekebun di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Eko Waluyo, musim durian di kebunnya yakni Desember—Februari (pertengahan). Untuk awal panen sekitar 20%. Saat musim panen total untuk durian lokal, bawor, dan musangking sekitar 5.000 butir. “Pada pertengahan musim spek bawor semakin bagus,” ujarnya.
Ia menuturkan sebanyak 50% dari durian lokal. Durian itu seperti Simimang, Sirouf, dan Peanut. Rata-rata ia menjual durian jatuhan. Ada juga penjualan untuk retail seperti ke Bandung, Bogor, Bekasi—semua di Provinsi Jawa Barat dan di Tangerang, Provinsi Banten.
Simimang rasa manis pahit seimbang, warna daging kuning pekat, dan biji kempis. Sementara Sirouf rasa manis pahit seimbang, warna daging kuning, dan biji bernas.
Untuk durian lokal Rp50 ribu—Rp100 ribu per butir. Untuk durian introduksi yang membeli di kebun yakni musangking Rp200—250 ribu per kg dan duri hitam (Rp250—300 ribu per kg). Ia juga menyuplai ke toko mitra dengan permintaan lebih dari 1 ton untuk yang lokal.
Total bisa menjual 1—5 ton per pekan seperti ke Jakarta. Untuk memasok jumlah itu ia bermitra dengan para petani.
Foto: Buah durian dari kebun M. Hengki Massie. (Foto: M. Hengki Massie)
