Trubus.id — Penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur Peronoscleorospora maydis (P. maydis) menjadi momok bagi petani jagung. Omo londo, omo putih, atau hama liyer adalah sebutan kondangnya. Biasanya, jamur ini mulai menyerang saat tanaman berumur 7–40 hari.
Paling sensitif ketika umur mencapai 13 hari setelah tanam. Gejalanya muncul sejak tanaman masih muda. Daun-daun muda yang baru saja membuka mempunyai bercak klorotis berukuran kecil.
Bercak berwarna kuning pucat itu, lalu berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang daun. Makin lama, bercak itu melebar menuju pangkal daun dan akhirnya berklorotis merata.
Gejala tersebut bisa didapati secara lokal di beberapa bagian atau sistemik meluas ke seluruh badan tanaman. Gejala terakhir terjadi bila jamur masuk sampai menyerang titik tumbuh dan menginfeksi seluruh daun yang terbentuk dari sana. Bahkan, sampai masuk ke biji dalam bentuk miselium.
Akibatnya, pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan tidak sempurna. Daun tampak kaku, agak menutup dan lebih tegak. Akar terbentuk kurang sempurna. Tanaman terlihat kerdil dan mudah rebah. Bila yang terinfeksi adalah tanaman muda, jangan berharap keluar buah. Pada tanaman lebih tua masih bisa keluar buah, tetapi kondisinya cacat.
Penyakit bulai, terutama menyerang pertanaman di daerah dataran rendah. Namun, di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut masih bisa ditemukan, tetapi serangannya tak parah. Yang penting iklim mendukung, seperti lembap, panas, dan berembun.
Untuk pembentukan spora dibutuhkan kelembapan sekitar 90% bahkan lebih, serta suhu 25–30°C. Jamur P. maydis biasanya menyerang ganas saat musim hujan tiba. Terutama, awal musim yang jatuh sekitar Oktober– November. Infeksi saat itu terjadi intens.
Medianya berupa air, baik itu air embun, air hujan, maupun air guttasi. Pada malam hari corong daun tanaman muda selalu terisi dengan air guttasi. Media ini akan membantu perkecambahan spora. Waktu yang terjadi antara pukul 03:00–05:00. Namun, ada pula yang menyebutkan pukul 01:00–02:00. Selanjutnya, oleh tiupan angin di pagi hari, spora akan tersebar ke berbagai tempat. Radiusnya bisa sampai 1 km, bergantung pada kecepatan angin. Spora yang menempel pada daun jagung yang basah akan langsung berkecambah dan menginfeksi daun melalui mulut daun, stomata.