Trubus.id – Sungastin, pembudidaya bandeng dari Jepara, Jawa Tengah, sukses memanen 2,5 ton bandeng dari tambak seluas 2 hektare. Meski hanya menjual 2,2 ton, hasil panen ini jauh lebih tinggi dari panen sebelumnya yang hanya mencapai 1,6 ton.
Kenaikan hasil sebesar 56 persen ini meningkatkan omzet Sungastin menjadi Rp40,7 juta, dengan harga jual Rp18.500 per kilogram. Setelah dikurangi ongkos produksi sebesar Rp20,35 juta, ia meraih laba bersih yang sama besar, dua kali lipat dari panen sebelumnya yang hanya menghasilkan Rp9,25 juta.
Selain untung berlipat, masa pemeliharaan bandeng juga lebih singkat, hanya 5,5 bulan dibanding 6–7 bulan sebelumnya. Rahasia Sungastin terletak pada penambahan enzim papain ke dalam pakan, yang mulai diberikan setelah ikan berumur 2–2,5 bulan di tambak.
Sungastin melarutkan 5 gram enzim ke dalam 1 liter air lalu mencampurkannya ke dalam 20 kg pakan. Ia hanya memberi pakan sekali sehari saat siang hari.
Enzim tersebut merupakan hasil riset Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara, dan diberi nama newzime, yang mengandung protease, amilase, dan lipase. Menurut peneliti Erik Sutikno, enzim ini membuat penyerapan nutrisi lebih optimal, sehingga pertumbuhan bandeng lebih cepat.
Bahkan, panjang bandeng meningkat 2 cm hanya dalam 15 hari, sedangkan bandeng dari tambak biasa butuh waktu satu bulan. Kelebihan lain penggunaan enzim adalah memungkinkan pemakaian pakan berprotein rendah, yang lebih murah.
Petambak biasanya menggunakan pakan dengan protein 25% seharga Rp7.500/kg, tetapi dengan enzim, mereka bisa memakai pakan 14–16% seharga Rp5.500/kg. Dalam satu siklus budidaya, petambak bisa menghemat hingga Rp6 juta biaya pakan.
Dengan kebutuhan 3 ton pakan untuk 6.000 bandeng, penghematan ini mencapai 27%. Biaya pembelian enzim pun tidak memberatkan karena satu kilogram cukup untuk 4 ton pakan, dan hasil panen cukup untuk menutup semua biaya.