Thursday, December 12, 2024

Tip Panen Bawang Daun Tetap Optimal Saat Musim Hujan

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Serangan Alternaria porri penyebab bercak ungu dan Pseudoperonospora cubensis biang keladi penyakit embun bulu pada bawang daun. Keduanya hadir pada musim hujan lantaran menyukai kelembapan tinggi.

“Jika hujan turun setiap hari selama 7 hari berturut-turut, tingkat serangan bisa mencapai 100%,” ujar dosen di Fakultas Pertanian, IPB University Prof Dr Ir Suryo Wiyono.

Itu sebabnya puncak serangan penyakit terjadi pada puncak musim hujan, sekitar Oktober—Januari. Petanipun banyak beralih menanam komoditas lain seperti kentang, tomat, atau cabai.

Serangan lain pada bawang daun itu seperti busuk daun dan akar akibat kehadiran cendawan Phytophthora infestans dan Fomes noxius. Sejatinya bawang daun masih dapat berproduksi yakni dengan budi daya secara intensif.

Anda dapat  menggunakan kotoran ayam sebagai sumber hara. Untuk menghalau serangan cendawan atau bakteri dengan larutan pestisida nabati berisi urine kelinci, rimpang jahe, dan biji sirsak.

Petani bawang daun Fariadi mengandalkan nutrisi itu. Saat menanam di lahan 1.000 m2, sebelum menanam, ia membuat bedengan setinggi 30 cm selebar 1,5 m dengan panjang menyesuaikan kondisi lahan. Setiap bedengan terpisah oleh parit selebar 30 cm.

Sebelum tanam, ia pun  membenamkan 1 kg pupuk kandang per lubang tanam alias 1 ton per 1.000 m2. Menurutnya dengan kotoran unggas, gulma tidak cepat muncul sehingga tidak perlu sering menyiangi.

Selanjutnya ia menanam 3 benih per lubang tanam. Untuk lahan 1.000 m2, ia menanam 50 kg benih dalam 4.000 lubang tanam alias populasi 12.000 tanaman. Untuk mengurangi kelembapan, ia merenggangkan jarak antarlubang tanam menjadi 50 cm x 50 cm.

“Pada musim kemarau, jarak antarlubang tanam cukup 30 cm x 30 cm alias populasi 33.000 tanaman per 1.000 m2,” ujarnya.

Sebulan pascatanam  saat bawang daun setinggi 45—50 cm, ia menyemprotkan campuran pestisida nabati yang terdiri dari tumbukan halus 15 biji sirsak, 100 g parutan jahe, dan 200 ml urine kelinci.

Ia memasukkan bahan-bahan itu dalam tangki semprot berkapasitas 14 l lalu mengisi air sampai penuh. Penyemprotan itu sebulan sekali sampai tanaman menjelang panen alias berumur 4 bulan pascatanam.

Selain itu juga bisa berupa campuran 100 kg pupuk kotoran sapi atau kambing dan 0,5 kg tepung cangkang rajungan lalu ditutup rapat agar terfermentasi. Seminggu kemudian, ia menambahkan air ke 30 kg campuran itu sampai volumenya 100 l.

Ia memasukkan 700 ml larutan itu ke dalam tabung semprot 14 l, menambahkan air sampai penuh, lalu menyemprotkan ke daun dan tanah seminggu sekali pada pagi hari.

“Jika tampak gejala penyakit, tingkatkan penyemprotan menjadi 2 kali seminggu,” ujarnya petani di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat itu.

Dari lahan 1.000 m2 ia menuai 3 ton daun bawang. Selain itu, pestisida nabati ala Fariadi terbukti cespleng. Dari 33.000 tanaman, hanya 3.000 alias 10% yang terserang. 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kementan Ungkap Strategi Komunikasi dan Promosi Produk Susu Organik

Trubus.id–Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan  Pemerintah Denmark dalam program...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img