Monday, March 3, 2025

Panen Berlipat Pakan Hemat, Ini Langkah Budidaya Akuaponik dan Bioflok Lele

Rekomendasi

Trubus.id–Peternak berpeluang mengadopsi akuaponik—budidaya sayuran dan ikan sekaligus. Khusus budidaya lele juga dapat menggunakan teknologi bioflok.

Air dari kolam lele akan dipompa ke tandon yang posisinya lebih tinggi daripada wadah tanam sayuran. Di dalam tandon terjadi penyaringan air, lalu air mengalir ke wadah tanam secara gravitasi. Air kolam yang berlebih kembali mengalir ke dalam kolam lele, begitu seterusnya.

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya pernah menyajikan kombinasi teknologi budidaya lele sistem bioflok dan yumina atau akuaponik.

Pengelola teknologi itu, Mohammad Aji Urohim menambahkan probiotik yang mengandung beberapa jenis bakteri, seperti Lactobacillus sp.   Pemberian prebiotik sejak sebelum tebar benih. 

Sebelum diberi prebiotik, Aji mencampurkan 500 ml larutan molase atau tetes tebu ke dalam kolam berkapasitas 6 m3. Setelah itu ia membiarkan air selama 1—2 hari untuk menstabilkan komposisi kimia. 

Aji memberi 16 ml larutan probiotik ke dalam kolam. Aji baru memasukkan benih lele sekitar 10 hari setelah pemberian molase. Menurutnya dengan teknik bioflok jumlah benih saat tebar bisa mencapai 500— 1.000 ekor per m3.

Ia kembali memberikan larutan prebiotik sepekan pascatebar benih berdosis sama. Pemberian prebiotik berikutnya setiap lima hari. Pada hari ke-24 setelah tebar, interval pemberian menjadi setiap 4 hari.

Menurut Aji setelah menerapkan teknik bioflok, rasio konversi pakan (FCR) menjadi hanya 1. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg lele membutuhkan 1 kg pakan. 

“Nilai FCR itu lebih rendah daripada budidaya konvensional yang mencapai 1,2,” tutur pria yang juga peternak lele di Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu. 

Aji menuturkan, dengan adanya tambahan pakan alami berupa flok, peternak memungkinkan untuk membudidayakan lele dengan tingkat kepadatan tinggi. 

Berdasarkan hasil penelitian Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya, dalam sistem bioflok padat tebar benih bisa mencapai 500— 1.000 ekor per m3 , konvensional maksimal 100 ekor per m3 .

Namun, budidaya dengan tingkat kepadatan tinggi akan berhasil jika oksigen yang terlarut dalam air cukup. Oleh sebab itu, pada budidaya lele dengan sistem bioflok perlu pompa aerasi.

Untuk kolam tabung berdiameter 3 m sedalam 1 m memerlukan sebuah pompa aerasi berdaya 25 watt.  Fungsi lain pompa mengaduk air agar pakan tambahan untuk bioflok tercampur merata. 

Berdasarkan hasil perhitungan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya, jika saat panen ukuran lele sekilogram isi 8—9 ekor, maka produktivitas panen dari kolam berkapasitas 6 m3 mencapai 40—80 kg/m3

Produksi itu jauh lebih tinggi ketimbang hasil budidaya konvensional yang hanya 10 kg/m3 . Jumlah pakan yang lebih hemat dan produktivitas panen yang meningkat membuat biaya produksi lele dengan sistem bioflok menjadi lebih efisien.

Aji juga memanfaatkan air dalam kolam sebagai sumber nutrisi bagi sayuran. Ia menyedot air kolam menggunakan pompa ke tandon berupa drum plastik berkapasitas 200 liter yang dibagi dua. 

Posisi tandon lebih tinggi daripada deretan tanaman. Dari tandon itu air kolam mengalir ke masing-masing wadah tanaman melalui pipa secara gravitasi. Air yang berlebih keluar dari dasar polibag dan ditampung ember yang menjadi wadah polibag.

Bagian bawah ember berlubang dan terpasangi pipa. Air kolam yang berlebih akan keluar dari ember melalui pipa dan mengalir kembali ke dalam kolam. Begitu seterusnya.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img