Trubus.id—Inggit Nalendra Zaniar menggeluti bisnis minyak asiri sejak 2018. Menurut Inggit bisnis asiri berpeluang besar karena permintaan dari dalam dan luar negeri sangat tinggi.
Penyuling di Pandeglang, Provinsi Banten, itu mengatakan, permintaan minyak cengkih dari eksportir 80—100 tonper tahun. Sementara permintaan minyak pala 80—90 ton per tahun. Kapasitas ketel miliknya 1 ton daun hanya mampu menghasilkan 800— 1.000 kg minyak cengkih tiap bulan.
Penyulingan pala hanya mampu menampung 300 kg buah pala. Inggit menuai 400 kg minyak pala per bulan. Rendemen minyak cengkih rata-rata hanya 1,5—1,8%. Artinya dalam 1 ton daun cengkih hanya menghasilkan 15—18 kg minyak cengkih.
Sementara rendemen minyak pala hanya 5—14%. Artinya dalam 1 ton buah pala hanya menghasilkan 50—140 kg minyak. Menyuling cengkih dan pala menjadi pilihan Inggit. Alasannya dua komoditas itu melimpah di sekitar tempat tinggalnya di Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.
Pria kelahiran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu mengatakan, tujuan membangun penyulingan cengkih di Pandeglang karena ingin menyejahterakan petani. Saat itu penjualan daun cengkih hasil panen amat rendah.
Dengan adanya penyulingan yang lebih dekat dengan petani, bahan baku akan lebih cepat diproses dan menguntungkan bagi semua pihak baik petani dan penyuling. Niat hati membantu petani, ternyata Inggit pun mendapat laba dari perniagaan daun cengkih.
Pada 2020 Inggit melebarkan sayap membangun penyulingan minyak pala di Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hingga kini, ia sebagai satu-satunya penyuling pala di Kabupaten Ciamis.
Berbeda dengan cengkih, latar belakang Inggit untuk membangun penyulingan pala karena ingin menghasilkan minyak pala dengan mutu baik. Harap mafhum pasar menghendaki spesifikasi mutu minyak pala yang cukup ketat.
Menurut alumnus Jurusan Kimia, Universitas Islam Indonesia itu mutu minyak pala dari tiap penyulingan yang beragam masih sedikit yang lolos dengan kriteria yang dikehendaki pasar.
