Wednesday, December 11, 2024

Pemanfaatan Mikoriza pada Budidaya Tanaman Kayu Putih

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Kayu putih salah satu tanaman yang adaptif di lahan kritis sehingga menjadi pilihan untuk penanaman di lahan miskin hara. Meski begitu bukan berarti penanaman kayu putih di lahan kritis tanpa perawatan.

Pemupukan dan pemeliharaan tanaman yang cukup diperlukan agar tanaman dapat tumbuh optimal. Sejauh ini, pemupukan menggunakan NPK dan TSP agar pertumbuhan biomassa daun tetap optimal.

Upaya lainnya menggunakan kompos daun kayu putih sisa penyulingan. Upaya peningkatan produksi daun kayu putih melalui peningkatan kualitas lahan juga dapat diupayakan secara ramah lingkungan dengan memanfaatkan bioteknologi mikroorganisme yakni mikoriza.

Mikoriza khususnya fungi mikoriza arbuskular (FMA) menjadi pasangan yang cocok dengan kayu putih. Asosiasi mikoriza merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara jamur pembentuk mikoriza dengan tanaman yang terjadi di daerah perakaran.

Tanaman mendapatkan peningkatan serapan nutrisi dan air serta terlindunginya akar dari patogen tanah. Adapun cendawan mikoriza arbuskular memperoleh karbon sebagai sumber energi dari tanaman.

Mikoriza juga dapat meningkatkan hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh atau auksin. Hormon itu mendukung keberlangsungan fungsi akar sebagai penyerap unsur hara dan air yang diperlukan tanaman.

Peran mikoriza juga meningkatkan pertumbuhan pucuk dan akar setelah 1 tahun inokulasi. Kandungan fosfor tersedia, aktivitas fosfatase, serta daya hantar listrik pada rizosfer tanah tempat tumbuh tanaman yang diinokulasi lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi.

FMA mampu meningkatkan eksistensi jasad renik pendukung produktivitas lahan. Asosiasi mikoriza yang terbentuk, terbukti secara ilmiah menjaga produktivitas kayu putih tetap optimal di kondisi lahan yang marginal.

Terhadap ancaman kebakaran misalnya, kayu putih menunjukkan kemampuan bertahan dengan keberadaan FMA pada area rizosfer. Penelitian Yulia Citra dari Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, Sumatra Selatan, pada 2021 membuktikannya.

Riset itu menunjukkan bahwa pada kondisi batang pasca kebakaran dengan persentase terbakar 50% pada kulit batang, perkembangan FMA masih kondusif.

Jumlah populasi FMA tidak berbeda nyata dengan yang tidak terbakar. Artinya, pengembangan tanaman kayu putih pada kondisi apapun perlu mendapat dukungan mikoriza karena dihadapkan dengan karakteristik lahan yang beragam.

Lokasi-lokasi penanaman tidak seluruhnya ideal untuk mendukung pertumbuhan tanaman kayu putih. Implementasi pemanfaatan bioteknologi mikoriza pada tanaman kayu putih perlu diwujudkan secara nyata oleh pelaku rehabilitasi lahan kritis di Indonesia.

Penting untuk memasukkan inokulasi mikoriza sebagai komponen pendukung di skala pembibitan. Hal itu didukung sepenuhnya dengan dukungan ketersediaan inokulan starter berkualitas dan teruji.

Dengan demikian, tanaman rehabilitasi siap tempur dengan kondisi lahan yang beragam demi keberhasilan rehabilitasi lahan kritis. Pendekatan rehabilitasi lahan kritis yang memungkinkan untuk dilakukan yaitu pemilihan jenis tanaman dan manipulasi lingkungan.

Kayu putih menjadi pilihan tepat karena mampu tumbuh di tempat yang mempunyai faktor pembatas cekaman kekeringan. Hal itu sesuai dengan habitat asli kayu putih yang banyak tersebar di Maluku, Nusa Tengara Timur, Sulawesi Tenggara, Bali, dan Papua.

Harap mafhum, lokasi-lokasi itu merupakan daerah kering di Indonesia bagian timur. Tak hanya adaptif, kayu putih juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kementan Ungkap Strategi Komunikasi dan Promosi Produk Susu Organik

Trubus.id–Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan  Pemerintah Denmark dalam program...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img