Trubus.id— Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta, Sutardi, S.P., M.Si., dan Cirus, S.T., menemukan perangkap hama tenaga surya. Mereka mengembangkan alat itu sejak 2008.
Kehadiran alat itu membantu petani untuk mengatasi hama. Alat itu bisa diterapkan pada komoditas seperti cabai dan bawang merah. Dengan perangkap hama bertenaga surya itu, petani bisa mengamankan laba.
Sebetulnya, Sutardi dan Cirus merakit peranti itu untuk menjebak wereng cokelat pada padi. Lalu keduanya mendapatkan paten pada 2018. Seiring waktu, banyak petani mencoba menggunakan perangkap kreasi Sutardi dan Cirus untuk komoditas lain seperti bawang merah dan cabai.
Perangkap hama menggunakan tenaga surya terdiri atas panel solar cell berukuran 10 cm, baterai 600 m Ah, lampu light emitting diode (LED) berdiameter 5 mm tipe dengan kapasitas 30 lumens.
Perangkap berbentuk pipa berbahan polivinil klorida (PVC) atau besi nirkarat dan pengatur waktu otomatis selama 5 jam. Panel solar cell berdiameter 5 cm. Saat siang menangkap sinar matahari untuk menghasilkan energi listrik, lalu menyalurkannya pada baterai, dan menyimpan energi itu.
Baterai dihubungkan pada lampu LED dan dipasang alat pengatur waktu selama 5 jam (18.00—22.00). Sebagai penyangga, alat itu disambung pada pipa PVC atau besi nirkarat. Tinggi tiang lampu 0,5—2 meter dari permukaan tanah.
Di bawah lampu terdapat wadah berdiameter 30—100 cm berisi cairan. Petani dapat mengisi wadah itu dengan larutan. Petani bisa memilih salah satu larutan dari soda, detergen, minyak tanah, minyak goreng, oli, atraktan, atau lem perekat.
Ketika malam, lampu pada perangkap akan menyala sehingga menarik imago atau serangga dewasa yang menjadi hama. Mereka akhirnya jatuh di wadah dan gagal terbang.
Sutardi yang kini menjadi Ahli Peneliti Utama di Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, perangkap hama bertenaga matahari itu mengurangi hingga 90% kerusakan tanaman akibat serangan hama.