Leni – nama samaran – mengeluh demam, nyeri dan pusing diiringi muntah sejak Februari 2011. Hasil pemeriksaan dokter, Leni mengalami gangguan asam lambung berlebih. Meski mengonsumsi obat dari dokter, kesembuhan seakan jauh dari genggaman. Ia malah sering pingsan.
Leni pun kembali memeriksakan diri ke dokter. Kali ini ia dirujuk untuk menjalani biopsi di rumahsakit umum di Medan, Sematera Utara. Hasilnya sungguh membuat ia terguncang, di pankreasnya bersarang sel kanker stadium IV. Di saluran empedu – antara limpa dan empedu – juga terjadi penyumbatan. Untuk membuka penyumbatan ia mesti operasi pemasangan ring di saluran kantong empedu.
Dua herbal
Kanker pankreas banyak dijumpai pada orang usia lanjut, 80% menyerang usia 60 – 80 tahun. Angka kematian yang diakibatkan penyakit ini mencapai 98%. “Penyebab kanker pankreas masih belum jelas,” kata dr Anton Budiono. Gejala yang menyertai penyakit itu sakit perut, berat badan turun, kembung, mual, muntah, dan lemah.
Kondisi Leni di Rantauprapat, Labuhanbatu, Sumatera Utara itu pun makin memburuk. Setiap kali makan, semua yang ditelan dimuntahkan lagi. Leni juga mengeluarkan feses berdarah saat buang air besar. Keluarga memutuskan untuk mencari pengobatan alternatif karena biaya tindakan medis mahal.
Pada Juni 2011 perempuan 55 tahun itu mulai mengonsumsi 3 jenis obat: ekstrak daun sirsak, serta kapsul dan sirop ekstrak kulit manggis seperti diresepkan seorang herbalis. Leni menelan masing-masing dua kapsul ekstrak daun sirsak empat kali sehari. Sementara dosis konsumsi ekstrak kulit manggis dua kapsul, tiga kali sehari. Siropnya diminum empat kali sehari sebanyak 30 ml per konsumsi. Kombinasi dua herbal itu karena stadium kanker sudah lanjut.
Albertha, herbalis di Medan yang menangani Leni, juga menyarankan untuk mengonsumsi 2 sendok makan madu 3 kali sehari. Madu menetralisir efek detoksifikasi akibat kinerja herbal. Berbarengan itu, Leni berpantang makan daging dan hasil laut. “Kandungan protein pada kedua makanan dikhawatirkan memicu perkembangan kanker,” tutur Bertha.
Buah dan Sayuran
Dua minggu mengonsumsi herbal kondisi Leni berangsur-angsur membaik. Kulit yang tadinya pucat kembali cerah. Nafsu makan pun kembali bangkit sehingga bobot tubuhnya naik hingga 15 kg. Pusing dan muntah juga hilang. Hasil pemindahan sebanyak dua kali seperti diceritakan Bertha menunjukkan sel kanker tidak lagi terdeteksi di pankreas. Penyumbatan di saluran empedu kian berkurang. “Ini seperti mukjizat Tuhan,” tutur Leni seraya tak henti mengucap syukur. Operasi yang disarankan dokter pun batal.
Hasil riset Jerry Mc Laughlin, PhD dan Prof Dr Soelaksono Sastromihardjo dari Institut Teknologi Bandung menunjukkan daun sirsak kaya acetogenins. Senyawa itu mampu menghambat adenosina trifosfat (ATP), sumber energi bagi sel kanker. Ketika asupan energi sel kanker terganggu, sel pun gagal berkembang. Penelitian Yukihiro Akao dari Institut Bioteknologi Gifu, Jepang, menyebut xanthone dalam kulit manggis juga efektif mengatasi sel kanker. Menurutnya, α−mangostin – senyawa dalam kelompok xanthone – membunuh sel kanker dengan mekanisme apoptosis atau bunuh diri sel. Senyawa α−mangostin memaksa sel memuntahkan cairan dalam mitokondria sehingga sel kanker mati.
Menurut dr Anton Budiono, dari RSAL Mintohardjo, Bendunganhilir, Jakarta Pusat, banyak faktor mempengaruhi kesembuhan pasien kanker, seperti pola makan, kondisi fisik, dan juga dukungan keluarga. “Kanker pankreas sebetulnya dapat dicegah dengan banyak konsumsi buah dan sayuran,” kata Anton.
Meski kondisinya sudah jauh membaik, Leni tetap mengonsumsi kedua herbal itu dengan dosis sama hingga 2 bulan. Pada bulan ketiga, dosis dikurangi menjadi 3 kali sehari. Bulan berikutnya dosis dikurangi lagi menjadi 2 kali sehari. Pada bulan ke-6 konsumsi herbal cukup sekali sehari sampai 6 bulan. “Pengobatan kanker paling tidak membutuhkan waktu minimal 1 tahun, enam bulan pengobatan dan enam bulan lagi perawatan,” tutur Bertha herbalis selama 10 tahun terakhir ini. Toh Leni siap bertahan demi terlepas dari kanker pankreas. (Desi Sayyidati Rahimah)