Lima belas kelompok dari 5 kotamadya di Provinsi DKI Jakarta berlomba menanam sayuran daun dan cabai dalam polibag selama 7 bulan.
Gang selebar 4 m itu tampak hijau oleh kehadiran 700 polibag sayuran dan dan 1.000 polibag cabai. Tanaman-tanaman itu tumbuh subur dan tertata rapi di atas bambu penyangga selebar 1,4 m dan panjang 50 m di kanan dan kiri jalan. Itulah karya anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Cempaka. Tidak jauh dari sana, terpampang papan yang bertuliskan data hasil panen sayuran dan nominal uang hasil penjualan sayuran dan cabai.
Kesuburan tanaman, kerapian, dan ketertiban pencatatan itu menorehkan penilaian tinggi bagi PKK Cempaka dalam lomba urban farming. Lomba itu merupakan rangkaian kegiatan pendampingan urban farming yang diinisiasi Bank Indonesia bekerja sama dengan Trubus dan PKK Provinsi DKI Jakarta. Tim juri yang diketuai, Agus Setiyono, mengganjar dengan nilai tertinggi sehingga Kelompok PKK di Kelurahan Sunteragung, Kecamatan Tanjungpriok, Kota Jakarta Utara, itu menjadi juara pertama lomba pertanian perkotaan. Bagi ketua kelompok PKK Cempaka, Lilis, penghargaan itu klimaks jerih payah mereka 7 bulan terakhir.
Penilaian
Lilis mengatakan, “Walaupun hampir putus asa karena kecapaian, hasilnya sangat membahagiakan. Kami ingin melanjutkan penanaman sayuran walaupun lomba sudah berakhir.” Program urban farming kerja sama Bank Indonesia, PT Trubus Swadaya (penerbit Majalah Trubus), dan PKK se-DKI Jakarta itu berlangsung pada Juni—Desember 2015. Sebanyak 15 kelompok PKK dari 5 Kotamadya di Jakarta berpacu merawat tanaman masing-masing.
Setiap kelompok memperoleh 700 polibag tanaman sayuran daun dan 1.000 polibag cabai. Tim lapang dari Trubus memantau perkembangan setiap kelompok setiap pekan. Indikator penilaian ada 5 kriteria: ketertiban administrasi, kekompakan kelompok, kondisi tanaman, hasil panen, dan lanskap. Poin ketertiban administrasi menilai kelengkapan laporan hasil pemantauan selama masa penanaman hingga panen.
Sementara kriteria kekompakan kelompok menilai keterlibatan tiap anggota kelompok yang terdaftar. Kriteria lain yang menjadi bahan penilaian adalah kondisi tanaman meliputi tingkat kesuburan, kesehatan tanaman, produktivitas, kebersihan lingkungan, keragaman tanaman, dan keragaman cara tanam seperti polibag maupun vertikultur. Kriteria hasil panen dinilai dari akumulasi hasil panen pertama hingga terakhir.
Adapun kriteria terakhir, lanskap, mengacu kepada kesesuaian dengan standar operasi yang dianjurkan, keindahan, serta kreativitas peserta memanfaatkan lahan yang tersedia. Total skor kelima kriteria itu menjadi nilai masing-masing kelompok. Pakar pertanian perkotaan sekaligus ketua juri perlombaan urban farming, Agus Setiyono, menyatakan, latar belakang peserta mempengaruhi keberhasilan penanaman.
“Yang berpengalaman dalam budidaya maka hasilnya relatif lebih bagus,” ujarnya. Secara keseluruhan, Agus mengapresiasi kegiatan pertanian perkotaan sayuran dan cabai itu karena memberikan banyak manfaat kepada anggota kelompok maupun masyarakat sekitar. Penilaian lomba berlangsung pada 7—15 Desember 2015. Untuk meramaikan penilaian, tim PKK Cempaka membuat gapura bertuliskan BI TRUBUS Cabai Ceria di mulut gang komplek Al Mutaqien jalan Ancol Selatan, Sunter, Jakarta Utara.
Olahan cabai
Suasana semakin ramai ketika Wakil Ketua PKK DKI, Erna Maharanto, menggunting pita sebagai tanda dimulainya penilaian untuk kegiatan pertanian perkotaan. Pengumuman pemenang lomba pada 21 Desember 2015 di Gedung PKK Melati Jaya, Pasarminggu, Jakarta Selatan. PKK Mawar dari Kelurahan Kebonkosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, dan PKK Bercahaya dari Kelurahan Malakasari, Durensawit, Jakarta Timur, masing-masing menjadi juara ke-2 dan ke-3.
Selain pertanian perkotaan, lomba juga dimeriahkan 3 kategori lain, yaitu olahan cabai, duta pertanian perkotaan 2015, dan penggiat hatinya PKK. Lomba olahan dilaksanakan pada 21 Desember 2015. Setiap kelompok membuat olahan dari cabai hasil panen selama kegiatan lomba berlangsung dan dikemas dengan cantik. Kebanyakan membuat saus dan sambal. Penilaian dan pengumuman pemenang berlangsung hari itu juga.
Juri dari 3 perwakilan, yaitu Jeanny Raintung dari PKK DKI, Kinanti Roospitasari (Majalah Trubus), dan Mirza Afifa dari Bank Indonesia. Penilaian yang berlangsung selama satu jam itu akhirnya memutuskan kelompok PKK Citra Fatmawati menjadi juara kesatu. PKK dari Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan, itu mengolah cabai menjadi empat jenis olahan yang dikemas di dalam botol.
Sementara itu PKK Ibu Bercahaya dari Kelurahan Malakasari, Jakarta Timur, dan PKK Pandan Sepuluh dari Pondoklabu, Jakarta Selatan, masing-masing menjadi juara ke-2 dan ke-3. Pada kategori duta pertanian perkotaan menilai individu yang menjadi penggerak di setiap kelompok. Sere Rohana dari Kelurahan Malakasari terpilih menjadi duta pertanian perkotaan karena sukses memotori kelompoknya.
Selain itu ia juga menginspirasi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya untuk aktif menanam dan merawat tanaman. Sere juga mampu mengadopsi inovasi yang ada serta menularkan ke anggota kelompok lain. Penghargaan penggiat hatinya PKK di diberikan kepada Haryati dari PKK Jakarta Selatan. Haryati sukses mengkoordinir kelompok binaan, membangkitkan semangat, memotivasi kelompok dalam menjalankan program PKK, dan membangun kekompakan.
Lomba pertanian perkotaan itu membuktikan bahwa di Jakarta sejatinya masih tersisa tempat untuk menanam tanaman produktif. Masyarakat Jakarta juga terbukti mampu merawat tanaman sampai panen dan berproduksi. Mereka antusias untuk kembali menanam beragam sayuran di lahan sempit meski lomba pertanian perkotaan telah usai. (Muhamad Fajar Ramadhan & Ian Purnama Sari).