Trubus.id — Purwaceng biasa dimanfaatkan sebagai obat dasar beragam ramuan kesehatan, termasuk untuk pasien kanker. Purwaceng yang dipilih merupakan purwaceng terbaik. Purwaceng di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, dikenal sebagai purwaceng terbaik.
Dr. Otih Rostiana, M.Sc., peneliti di Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, purwaceng di Dieng paling bagus karena endemik.
Karakteristik Dieng ada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, sejuk, dan memiliki tanah yang subur. Otih belum mengetahui apakah sulfur dari kawah sekitar Dieng berpengaruh pada kualitas purwaceng. Alasannya, belum ada penelitian terkait hal itu.
“Purwaceng memang sekarang yang terbaik di Dieng, tetapi bukan berarti tidak bisa ditanam di tempat lain. Bisa baik di tempat lain asal cari lokasi yang sama dengan agroekologi di Dieng,” kata Otih.
Pada mulanya, purwaceng yang ditanam di tempat lain tidak langsung memberikan performa yang sama dengan daerah asal. Ada daya adaptasi baru bisa memberikan produksi yang bagus, kualitas yang sama, dan manfaat yang bagus.
Hal ini karena sifat bioaktif dalam purwaceng berinteraksi dengan lingkungan. Setelah beradaptasi 1–3 tahun, tanaman baru memberikan potensi genetik yang muncul di daerah budidaya baru sehingga akhirnya performa purwaceng sama dengan di daerah endemik.
Ciri purwaceng terbaik
Menurut Otih, purwaceng berkualitas baik dipanen tepat waktu yakni saat tanaman mulai berbunga sekitar usia 6 bulan. Purwaceng juga bebas kotoran dan tidak ada campuran tanaman lain.
Purwaceng merupakan tanaman rendah kecil yang berada di bawah. Jika ditanam di tanah langsung, kemungkinan tumbuh gulma. Jadi, pastikan betul saat panen tidak ada tanaman lain tercabut.
Ciri purwaceng lainnya adalah daun berwarna hijau meski kering. Yang betul kering, ketika diremas langsung hancur.
Purwaceng berkualitas bagus juga tidak berbau apek, masih segar meski dikeringkan. Otih mengatakan minimal purwaceng dipanen saat berumur 6 bulan.
“Makin tua, makin besar akarnya, dan semakin tinggi kandungan bioaktifnya,” kata doktor bidang Ilmu Produksi Tanaman alumnus Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang, itu. Sitosterol, stigmasterol, dan saponin beberapa kandungan bioaktif dalam purwaceng. Ketiga kandungan itu paling banyak terdapat di akar.
Oleh karena itu, jangan dipanen terlalu muda. Jika memanen daun, sebaiknya ambil ketika tanaman mulai berbunga. Hindari memanen daun saat bunga banyak karena saat itu daun sedikit dan mengecil.