Ekstrak rambut jagung mencegah osteoporosis atau tulang rapuh.
Di usia setengah baya, Sri Sumarni kerap mengalami nyeri sendi, lebih cepat lelah, insomnia, dan kepala pusing. Sri memasuki menopause alias berhenti mengalami menstruasi sejak 3 tahun silam. Terhentinya menstruasi menandakan berakhirnya produksi sel telur pada perempuan. Lantaran tidak lagi memproduksi sel telur, tubuh pun berhenti membentuk hormon esterogen—yang berfungsi mengaktifkan indung telur.
Kekurangan esterogen, selain menyebabkan nyeri sendi, lebih cepat lelah, insomnia dan kepala pusing, juga menyebabkan osteoporosis. Maklum, esterogen berperan penting dalam pembentukan tulang. Menurut dr A Artanto Dibyosubroto SpOT FICS dari Rumahsakit Umum Kudus, Jawa Tengah, osteoporosis rentan terjadi pada perempuan yang memasuki masa menopause karena berkurangnya produksi hormon esterogen.
Sulih hormon
Ketika memasuki masa menopause rahim tempat produksi estrogen terbanyak tidak dapat berproduksi lagi. ”Pada sebagian orang, nyeri osteoporosis berlanjut menjadi kronis,” kata dr A Artanto. Solusi yang ditawarkan oleh dunia medis untuk mengatasi pengeroposan tulang adalah dengan penggunaan Hormone Replacement Therapy (HRT) yaitu pemberian asupan esterogen.
Namun, Artanto menyatakan bahwa terapi sulih hormon dalam jangka panjang mempunyai efek samping berupa obesitas, sakit kepala, nyeri di payudara, bahkan berisiko penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan kanker payudara. Itu sebabnya fitoesterogen alam menjadi alternatif yang menjanjikan. Fitoesterogen artinya esterogen asal tumbuhan. Salah satu sumber fitoesterogen itu adalah rambut jagung.
Selama ini serabut mirip rambut yang sejatinya sisa tangkai putik bunga jagung Zea mays itu terbuang sia-sia. Padahal, rambut dalam tongkol jagung itu mengandung senyawa hasil metabolit sekunder yang bernama stigmasterol, zat golongan fitosterol yang merupakan hormon tumbuhan. Dalam tubuh manusia, fitosterol menimbulkan efek mirip esterogen sehingga disebut fitoesterogen.
Faedah rambut jagung untuk terapi osteoporosis itu terbukti ilmiah sebagaimana hasil penelitian Amelia Miranda dan rekan dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Amelia mengekstrak rambut jagung manis dengan etanol. Sebagai hewan uji, ia membagi 35 tikus putih betina menjadi 7 kelompok perlakuan. Hewan uji itu ia ovariektomi—pengangkatan ovarium—sehingga tikus mengalami defisiensi esterogen.
Tulang padat
Sebulan pascaovariektomi, setiap kelompok tikus memperoleh perlakuan berbeda. Dua kelompok pertama (baseline diovariektomi & baseline shame ovariektomi) sebagai kontrol pembedahan. Baseline diovariektomi hewan uji yang dioperasi dan diambil ovariumnya, kemudian ditutup lagi kulitnya. Baseline shame ovariektomi adalah perlakuan pada hewan uji, dibuka perutnya, tidak diambil ovariumnya, kemudian ditutup kembali.
Kedua kelompok uji itu tidak diberikan perlakuan dengan obat atau ekstrak dan dibiarkan sembuh sendiri. Sementara 2 kelompok memperoleh ekstrak etanol rambut jagung dengan dosis berturut-turut 500 mg dan 1.000 mg per kg bobot tubuh. Dua kelompok lain memperoleh perlakuan berturut-turut plasebo dengan larutan CMC-Na dan estradiol 2 mikrogram.
Estradiol adalah obat yang biasa digunakan di dunia medis untuk pengganti hormon estrogen yang diproduksi oleh tubuh saat tubuh tidak mampu lagi memproduksi estrogen dalam jumlah yang cukup. Sementara kelompok terakhir menjadi kontrol ovariektomi, tanpa perlakuan lain. Pada hari ke 31, para periset mengambil tulang paha kanan dan kiri tikus. Mereka mengamati kedua tulang itu dengan sinar rontgen dan mengukur kepadatannya.
Hasilnya pemberian 500 mg ekstrak etanol rambut jagung per kg bobot tubuh meningkatkan kepadatan tulang tikus tervariektomi sampai setara dengan tikus normal (lihat grafik Densitas Tulang). Sementara pengamatan matriks tulang menunjukkan bahwa tulang tikus yang memperoleh ekstrak rambut jagung setara dengan kelompok yang memperoleh estradiol. Itu membuktikan ekstrak etanol rambut jagung memperbaiki kepadatan tulang.
Dosis besar
Dosen Farmasi Universitas Gadjah Mada yang membimbing penelitian itu, Dr Rar Net Endang Lukitaningsih MSi Apt, menjelaskan bahwa pengobatan osteoporosis hanya dengan pemberian kalsium kerap tidak efektif. “Sebagian besar tidak terserap, hanya lewat dan lebih banyak yang terbuang,” kata alumnus Fakultas Farmasi Universitas Woerzburg, Jerman, itu.
Esterogen menjadi penghubung menempelnya kalsium di tulang yang keropos, sehingga terjadi penambahan massa tulang. Masalahnya pemberian ekstrak memerlukan dosis yang sangat besar, mencapai 0,25—0,5 kg untuk orang berbobot 50 kg. Untuk menguranginya, Endang menyarankan pemurnian. Cara lain, “Konsumsi lebih sering,” kata Endang.
Untuk mengonsumsi, pisahkan rambut dari tongkol jagung hingga 50—100 gram. Kemudian rebus dalam 3 gelas air dengan api kecil hingga tersisa segelas. Setelah itu saring dan minum rutin hasil rebusan itu setiap hari. Terdapat ratusan tanaman, terutama dari keluarga Fabaceae alias kacang-kacangan, yang mengandung fitoestrogen. Beberapa yang terkenal meliputi akar manis Glycyrrhiza glabra, bengkuang Pachyrhizus erosus, kedelai Glycine max, dan cengkih merah Syzygium aromaticum.
Herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina Indrajati, mengatakan. “Konsumsi makanan mengandung fitoestrogen mengurangi risiko osteoporosis.” Untuk mengatasi osteoporosis, Valentina meramu beberapa jenis herbal. Ia menyarankan pasien osteoporosis mengonsumsi 15 gram serbuk bengkuang, 10 gram daun barucina, dan 10 gram temuputih 3 kali sehari. Biasanya setelah 3 bulan, perbaikan mulai tampak. (Muhammad Awaluddin)