Thursday, March 6, 2025

Rame, Bolong, dan Permen Tiga Andalan Enrekang

Rekomendasi

Tulisan SALAK RAME, di depannya memancing rasa penasaran pengunjung. “Wow, rasanya pas banget di lidah,” ujar seorang pengunjung yang menjadi juru icip-icip.

Tak heran bila selama pameran salak rame menjadi primadona. Pengunjung berlomba-lomba memesan salak itu. “Kalau pameran sudah selesai, saya minta dibungkus ya,” ucap Murni, SP, dari Dinas pertanian Kabupaten Enrekang, meniru perkataan pengunjung. Sehari sebelum pameran usai 5—6 tandan setara 150—240 buah ludes tak bersisa.

Salak rame memang primadona. Tak hanya mania asal Sulawesi Selatan, penggemar dari luar pulau pun terkesan. Itu lantaran rame tampil unik. Saat matang sosoknya mengerucut. Bagian bawah bulat dan semakin ke atas kian kecil. Selain bentuknya unik, rame cantik karena kulit cokelat kekuningan dan mengkilap. Itulah sebabnya ia disebut rame (artinya cokelat kekuningan dalam bahasa Duri, Kabupaten Enrekang, red)

Saat kulit dibuka, ujung buah tampak berpasir. “Itu tanda buah telah matang penuh,” ujar Ir Rohani Toto MM, kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang. Daging buah berwarna putih terang dan agak lonjong. Saat daging tebal itu dilahap, rasa manis dominan langsung menggoyang lidah. “Berair dan berpasir dengan sedikit rasa kecut. Itu yang disukai orang,” tambahnya. Menurut kelahiran Enrekang 51 tahun silam itu biji salak rame besar berwarna cokelat kehitaman.

Uniknya, tingkat kemanisan salak rame sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Di Desa Singki, Kecamatan Angeraja, misalnya. Lantaran terletak di balik gunung, pohon jarang terkena sinar matahari. Akibatnya rasa kecut dominan. “Proses asimilasi pembentukan karbohidrat dan glukosa terhambat. Kecut yang lebih terasa,” ujar Rohani.

Menurut alumnus Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Akademi Penyuluhan Pertanian, Gowa, Sulawesi Selatan, jika dibandingkan dengan salak rame yang ditanam di Desa Bontongan, Kecamatan Baraka, rasanya jauh lebih manis karena sinar matahari tidak terhalang barisan pegunungan.

Bolong, si hitam manis

Tak hanya rame yang diincar mania salak saat pameran berlangsung. Salak bolong (hitam kosa kata Bugis, red) juga diborong pengunjung. Sosoknya seram lantaran seluruh buah diselimuti sisik hitam legam. Itu sebabnya ia juga disebut salak lotong (hitam legam, red). Warna pada kulit itu muncul sejak kecil hingga buah siap panen. “Warna itu tidak berubah-ubah. Hitam terus sampai panen,” ujar Rughaiyah, pekebun salak.

Walaupun berkulit hitam, tetapi sosoknya menarik. Buah bongsor dan membulat dibanding salak rame. Soal rasa pun ia tak kalah dibanding salak pondoh. “Sangat manis walaupun ada sepat sedikit,” ujarnya. Toh, kombinasi rasa itu tetap disukai.

Itu terbukti saat Trubus mencicipi langsung snakefruit asli Enrekang itu. Saat dibuka, daging buah berwarna kuning gading langsung terlihat. Kala digigit tekstur renyah dan gurih. “Dibanding salak Enrekang lain dia yang paling renyah karena kadar air cukup tinggi,” ucap Rohani. Istimewanya, daging tebal itu tidak melekat pada biji. Pantas jika buah digoyang, bunyi klotak-klotak pasti terdengar.

Salak permen

Enrekang yang berjarak 4—6 jam perjalanan dari Makassar itu kaya salak. Di sana tak hanya rame dan bolong yang diincar. Salak golla-golla juga buah favorit. Ia disebut golla-golla (permen dalam bahasa Bugis, red) lantaran manis seperti permen.

Bukan tanpa alasan penggemar salak menyukai golla-golla. Selain manis, sosok luarnya pun berbeda dengan salak lain. Kulit luar golla-golla berwarna cokelat kekuningan dan mengkilap. Biasanya bila tertimpa matahari kulit terlihat sedikit kehijauan. Penampilan itu berbeda dengan kulit salak pondoh yang cokelat kehitaman.

Golla-golla bersosok lebih kecil bila dibanding 2 saudaranya. Bentuk buah agak membulat dengan panjang kirakira 6—7 cm. Lantaran kecil daging buahnya pun tipis. Saat mencicipi salak berdaging buah putih itu rasa manis langsung terasa. Sayang rasa manis itu terasa kurang tajam dan sedikit hambar. “Masih ada sepat dan kecutnya,” kata Ir Muhammad Sayuti, staf lain.

Bila berkunjung ke kebun salak, sosok pohon golla-golla lebih kecil, ramping, dan tidak rimbun dibanding dengan rame dan bolong. Ia tampil lebih pendek dengan pelepah kecil. Produktivitas per tandan pun tak sebanyak rame dan bolong, hanya 20—30 buah; rame dan bolong, 30—40 buah/tandan. Itu lantaran jumlah tandan golla-golla 2—3 per rumpun; rame dan bolong, 5 tandan/rumpun.

Buah andalan

Salak menjadi andalan kabupaten yang terletak 235 km dari Makassar itu. Hampir di setiap kecamatan seperti Alla, Baraka, Angeraja, Curio, Maiwa, dan Enrekang terdapat ratusan ribu rumpun yang ditanam di lahan 710—712 ha. Di Kecamatan Alla, misalnya, penanaman salak mencapai 440.705 rumpun yang tersebar di 8 desa. Itu belum termasuk sentra lain seperti Kecamatan Baraka 128.587 rumpun. “Setiap penduduk menanam salak turun temurun. Selain di pekarangan, umumnya ditanam di daerah gunung,” ucap Rohani. Rata-rata penduduk minimal memiliki 30—50 pohon bahkan ada 500—1.000 rumpun salak per orang.

Di kabupaten seluas 1.786 km2 itu tiga salak—rame, bolong, dan golla-golla—andalan ditanam bercampur aduk. Dalam 1 lahan ditemui 3 jenis salak dengan jarak tanam rapat, 2,5 m x 2,5 m. “Jadi setiap sentra umumnya memiliki 3 jenis itu,” katanya. Wajar bila perkawinan silang pun mudah terjadi.

Menurut alumnus Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Hasanuddin itu, salak enrekang tidak dibudidayakan secara intensif dan teratur. Namun, setiap tahun pohon salak berumur 15—30 tahun itu tetap berproduksi. “Sekali setahun panen raya,” kata Rohani. Musim panen sangat ditentukan oleh hujan.

Bila hujan turun pada Oktober, November, atau Desember itulah saat tepat untuk mengawinkan salak. Lima bulan kemudian Salacca edulis pun dapat dipanen. “Biasanya Januari—Maret panen raya,” tambahnya. Bila panen tiba, salak rame, bolong, dan golla-golla melancong hingga Sulawesi Tengah, Kalimantan, Manado, dan Ambon. (Rahmansyah Dermawan)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kelompok Tani Karya Baru: Inovasi Olahan Cabai Hiyung dari Tapin

Trubus.id–Kelompok Tani Karya Baru merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Hortikultura  yang mengembangkan produk cabai...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img