Queen of Fire karya Varick Simenon meraih juara pertama di kontes merangkai bunga internasional, Singapore Dream Ball 2017.
Trubus — Model bergaun merah itu tengah mengusung 16 tangkai api yang sedang berkobar di punggungnya. Api itu berasal dari kembang sungsang Gloriosa superba yang dikombinasikan dengan bulu ayam berwarna jingga sebagai nyala api. Begitulah rangkaian bunga karya Varick Simenon bertema “Ratu Api”. Perangkai asal Surabaya, Jawa Timur, itu mengombinasikan dengan gaun hijau berhias bulu ayam yang juga sedang “menyala”.

International Hotel & Shangri-La Hotel Singapore.
Varick juga menampilkan aneka bunga lain seperti anggrek golden shower sebagai filler untuk menambah keindahan rangkaian. Ada pula anggrek mokara sebagai dasar dari tangkai api. Rok berasal dari green bell thlaspi silver dolar, cemara norflok, dan bulu ayam berwarna kuning, jingga, dan merah sebagai warna api. “Warna merah identik dengan api berkobar. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa jenis bunga,” ujar Varick Simenon.
Flora Nusantara
Agar lebih elok, Varick menambahkan ornamen tambahan. Hiasan bergaya oriental yang tersemat di punggung membuat penampilannya semakin menawan. Anak ke-2 dari 3 bersaudara itu menambahkan bunga protea mutant (leucospermum) kalanchoe, gloriosa, anggrek mokara, dan daun cemara norflok. Varick menyelesaikan rangkaian gaun dengan teknik menenun dan menempel selama 30 jam.
Buah dari kerja kerasnya, pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 17 April 1992 itu berhasil meraih juara pertama pada acara Singapore Dream Ball 2017. Acara berlangsung di RELC International Hotel & Shangri-la Hotel Singapore. Tema acara itu, “Live Your Dreams” dibagi dalam dua kategori untuk invitational designer dan kategori sirkus untuk peserta kompetisi.
Kegiatan Dream Ball merupakan ajang bagi seniman bunga tanahair untuk pamer dan menguji kemahiran merangkai bunga. Varick membuktikan flora khas Nusantara patut diperhitungkan dalam dunia merangkai bunga. “Saya sangat beruntung tinggal di negara yang menyimpan ribuan ide untuk dituangkan pada rangkaian. Flora-flora khas Nusantara memberikan sentuhan berbeda di setiap karya,” ujar perangkai sejak 2015 itu.

Djajahadiatmadja dengan busana hasil
karyanya dengan tema “The Chronicles of Borneo”.
Selain Varick, perangkai lain yang ikut berkompetisi ialah Benedictus Herlambang Ari Nugroho Djajahadiatmadja. Perangkai asal Yogyakarta itu mengambil tema “The Chronicles of Borneo”. Tema itu tercermin dari motif mandau, simbol kekuatan dan kekuasaan pada seorang pria Kalimantan. Untuk itu Beny—sapaan Benedictus—menggunakan rose spray berwarna merah, jingga, dan kuning untuk membentuk pola dasar gaun.
Untuk tambahan jubah, pria kelahiran Jayapura, 15 September 1994 itu menggunakan anggrek bulan Phalaenopsis amabilis dan daun ivi untuk membentuk motif mandau, ciri khas Pulau Kalimantan. Bunga kalalili dan tulip untuk merancang hiasan di kepala. Ia membutuhkan waktu 14 jam untuk menyelesaikan rangkaian karyanya. Proses pembuatan rangkaian tergolong mudah.
Beni menyiapkan rangkaian setengah jadi sejak di tanahair. Semua bahan rangkaian disiapkan oleh panitia Dream Ball 2017 dan Floral Designer Society Singapore (FDSS). “Untuk kompetisi ini saya menggunakan model wanita. Itu untuk mendukung kesetaraan gender dan perlakuan yang sama antara wanita dan pria,” ujar mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Panggung dunia

Pemilihan warna yang cerah seperti merah, kuning, jingga, dan hijau terinspirasi dari Jayapura, Papua. Kegiatan dua tahunan itu diikuti oleh desainer bunga berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Sebanyak 12 perancang dari 10 negara mengikuti lomba itu. Menurut Varick kriteria utama dalam acara itu pada pemilihan warna. Dengan konsep sirkus, warna yang digunakan harus sesuai.
Kemudian kesesuaian desain atau sketsa yang dikirim dengan wujud asli baju saat peragaan busana floral. Di samping itu, tidak boleh ada bunga yang jatuh pada saat peragaan busana, nyaman digunakan oleh model, dan terlihat apik. Peserta boleh mendesain dan menentukan materi flora yang akan digunakan sejak masih di tanahair. Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) bangga menunaikan tugas sebagai duta bangsa.
Keindahan Nusantara pun mempesona pada ajang bertaraf internasional. Kami berharap Indonesia sebagai salah satu gudang kekayaan flora dunia mampu menggelar acara serupa. Selain sebagai sarana belajar bagi para perancang bunga, acara yang dikemas kreatif dan profesional itu mampu mendatangkan banyak wisatawan. (Tiffani Dias Anggraeni)