Thursday, January 23, 2025

Ratu Buah Tanpa Getah

Rekomendasi
- Advertisement -

Pemberian air dan pupuk kalsium mengurangi serangan penyakit getah kuning manggis.

Nilai ekspor buah manggis paling tinggi dibandingkan dengan jenis buah lain.
Nilai ekspor buah manggis paling tinggi dibandingkan dengan jenis buah lain.

Nilai ekspor manggis Garcinia mangostana paling tinggi dibandingkan nilai ekspor buah lokal lain. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor manggis pada 2013 mencapai US$5,7-juta atau Rp57-miliar (kurs US$1 = Rp10.000). Nilai ekspor itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor salak dan mangga yang masing-masing hanya US$1,74-juta dan US$1,4-juta.

Pasar ekspor manggis adalah Malaysia, Hongkong, dan Vietnam. Jumlah ekspor manggis sejatinya dapat ditingkatkan bila manggis yang dihasilkan berkualitas prima. Menurut guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto MSc, hanya 20% dari total produksi manggis Indonesia yang layak ekspor. Salah satu penyebab anjloknya mutu manggis adalah serangan penyakit getah kuning.

Irigasi tetes
Getah kuning atau gamboge disorder adalah cairan atau eksudat yang keluar dari pembuluh getah kulit buah manggis. Gangguan getah kuning menyebabkan daging buah berlumur getah kuning. Dampak negatif lain kulit buah menjadi keras sehingga sukar dibuka. Daging buah yang bergetah kuning rasanya menjadi tidak enak, pahit, sehingga tidak layak ekspor.

Menurut Roedhy masalah getah kuning pada si ratu buah—sebutan buah manggis—sebetulnya diteliti sejak lebih dari satu dekade terakhir. Namun, sampai kini penyebabnya belum diketahui secara pasti. Ada yang berpendapat getah kuning muncul akibat adanya luka mekanis seperti benturan dan gesekan buah atau karena tusukan serangga yang menginduksi keluarnya getah dari pembuluh.

Pendapat lain getah kuning akibat pecahnya dinding sel akibat perubahan tekanan turgor sel-sel penyusun kulit buah yang disebabkan perubahan lingkungan secara ekstrem. Berbagai upaya untuk mengatasi gangguan penyakit getah kuning juga sudah dilakukan. Salah satunya dalam penelitian yang dilakukan Drs Mohammad Jawal Anwarudin Syah MS, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu), Solok, Sumatera Barat.

Dalam penelitian itu Jawal memberikan air secara terus-menerus pada tanaman manggis yang sedang dalam proses perkembangan buah menggunakan irigasi tetes. Jawal melakukan penelitian di dua lokasi di Sumatera Barat, yaitu di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah buah dari pohon kontrol yang tidak diberi air melalui irigasi tetes bergetah kuning masing-masing mencapai 44% dan 52%.

Adapun jumlah buah dari tanaman manggis yang mendapatkan pasokan air terus-menerus masing-masing hanya 21% dan 33%. Pemberian air secara terus-menerus selama fase pembuahan menyebabkan kandungan air tanah pada proses perkembangan buah tidak berfluktuasi. Dengan begitu tekanan turgor pada sel-sel yang menyusun kulit buah manggis menjadi stabil sehingga mengurangi pecahnya dinding sel karena pengembangan dan pengempisan sel tidak terjadi secara ekstrem.

Pupuk kalsium
Keberhasilan itu belum menyelesaikan masalah karena persentase buah yang terkena getah kuning masih tinggi. Menurut guru besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof Dr Ir I Nyoman Rai MS, pemberian air saja tidak cukup untuk mengatasi gangguan getah kuning. Ia mengatakan turgor sel kulit buah memang stabil karena pemberian air pada fase perkembangan buah.

Gangguan getah kuning dapat diatasi dengan pemberian pupuk kalsium.
Gangguan getah kuning dapat diatasi dengan pemberian pupuk kalsium.

Namun, menurut Nyoman Rai perlu diimbangi dengan peningkatan kekuatan dinding sel agar buah tahan gangguan fisiologis maupun mekanis. Menurut Nyoman salah satu unsur hara yang berperan sangat penting untuk memperkuat dinding sel adalah kalsium (Ca). Kalsium hara yang paling penting untuk memelihara integritas dinding sel dan elastisitas membran sel pada tanaman buah.

Membran sel tanaman yang kekurangan kalsium biasanya lemah dan mudah bocor. Akibatnya, buah mudah lembek dan busuk, terserang hama penyakit, dan tidak tahan simpan. Organ buah pada tanaman buah sangat mudah mengalami defisiensi kalsium karena terjadi persaingan yang tinggi untuk memperebutkan kalsium antara organ vegetatif dan buah selama fase pekembangan buah.

Dalam persaingan itu organ vegetatif kemampuannya jauh lebih kuat. Oleh sebab itu pada fase perkembangan buah, tanaman sebaiknya mendapatkan pupuk tambahan berupa kalsium. Nyoman dan rekan meneliti di Desa Mundukbestala, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Dalam penelitian itu Nyoman menguji coba terhadap pohon manggis berumur 30—35 tahun.

Tambahan gipsum
Ia membagi pohon-pohon manggis itu menjadi 2 kelompok uji. Pada kelompok I Nyoman memberi perlakuan berupa pemberian air secara terus-menerus melalui irigasi tetes. Kelompok I terdiri atas dua bagian yaitu pohon kontrol atau tanpa perlakuan, dan pohon yang ditetesi air terus-menerus pada kapasitas lapang. Nyoman menyiapkan instalasi irigasi tetes dengan merangkai drum penampung air dengan selang distribusi dan nozel penetes air.

Nyoman mengalirkan air dari sumbernya lalu menampungnya dalam bak penampung berkapasitas 650 liter. Setelah itu, Nyoman memompa air ke bak penampung kedua berkapasitas 250 liter yang ditempatkan di ketinggian 10 m di atas permukaan tanah. Dari bak penampung kedua itulah air mengalir melalui selang ke masing-masing tanaman sampel secara gravitasi.

Pemberian air secara terus-menerus dengan irigasi tetes dapat mengurangi gangguan getah kuning.
Pemberian air secara terus-menerus dengan irigasi tetes dapat mengurangi gangguan getah kuning.

Selang melingkari batang tanaman dengan jarak 1 m dari pangkal pohon. Selang dilubangi kecil-kecil sebanyak 8 lubang per pohon. Pada setiap lubang itu dipasangi nozel penetes air. Selanjutnya Nyoman mengatur nozel sedemikian rupa agar air yang menetes tidak melebihi kapasitas lapang, yaitu sebesar 19,26%. Air diberikan saat tanaman memasuki transisi dari fase bunga menjadi buah.

Pada kelompok II Nyoman memberi perlakuan pupuk tambahan kalsium berupa gipsum (CaSO4.2H2O) dengan dosis berbeda-beda, yaitu 0 kg per pohon (kontrol), 3 kg, dan 6 kg. Ia menaburkan gipsum di lubang parit berkedalaman 20 cm dan lebar 30 cm yang dibuat melingkar di bawah tajuk. Setelah gipsum disebarkan merata, timbun parit dengan tanah secara tipis. Ia memberikan gipsum saat tanaman mulai berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan irigasi tetes menghasilkan buah yang kulit luarnya tidak bergetah kuning (kulit buah mulus) sebanyak 89,63% dan daging buah tidak bergetah kuning 83,70%. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada kontrol yang hanya menghasilkan 62,22% buah yang kulitnya tidak bergetah kuning dan 36,30% buah yang daging buahnya tidak bergetah kuning.

Hasil penelitian itu sesuai dengan hasil penelitian Jawal di Sumatera Barat. Sementara pada kelompok tanaman yang diberi gipsum, jumlah buah terbanyak yang kulitnya tidak bergetah kuning adalah pohon yang diberi gipsum berdosis 6 kg per pohon, yakni mencapai 80%. Pohon yang diberi gipsum 6 kg per pohon juga menghasilkan buah yang dagingnya tidak bergetah kuning terbanyak, yakni mencapai 70.00%.

Nyoman menyimpulkan bahwa pemberian gipsum mampu mengurangi persentase buah yang bergetah kuning. Itu terjadi karena gipsum dapat meningkatkan kandungan Ca daun dan Ca kulit buah. Semakin tinggi dosis gipsum, maka kandungan Ca daun dan Ca kulit buah juga semakin tinggi. Pada kelompok kontrol kandungan Ca daun dan Ca kulit buah masing-masing hanya 0,46% dan 0,75%. Pada dosis 3 kg gipsum per pohon masing-masing 0,58% dan 0,78%, serta pada dosis 6 kg gipsum per pohon masing-masing 0,67% dan 0,81%. (Imam Wiguna)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Sang Juara  Festival II Durian Padang Ulak Tanding

Trubus.id–Festival Durian II yang berlangsung di Pasar Padang Ulak Tanding (PUT),  Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu pada 19–20 Januari 2025...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img