Friday, March 29, 2024

Satu Nama Beda Rupa

Rekomendasi
- Advertisement -

 

Perbedaan daun dan buah antara miracle fruit berdaun lebar (kanan) dengan miracle fruit berdaun keritingHamparan miracle fruit berdaun keriting milik EddyPuluhan bibit yang tertata rapi di salah satu sudut kebun seluas 7.000 m2 di kawasan Pabuaran, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu mengundang perhatian Trubus. Maklum, pada beberapa tanaman terlihat buah berwarna merah seukuran melinjo menyembul di sela-sela tajuk. Sosok buahnya mirip miracle fruit Synsepalum dulficum. “Itu memang miracle fruit,” ujar Eddy Soesanto, si empunya tanaman.

Namun, sosok miracle fruit yang dikembangkan Eddy berbeda dengan sosok tanaman buah ajaib yang populer pada 2005 itu. Tepi daunnya terlihat bergelombang. Sementara miracle fruit yang diimpor dari Taiwan dan Thailand yang kini banyak beredar di pasaran tepi daunnya cenderung rata dan lebar. Ukuran daun juga lebih mungil, tapi tersusun lebih rapat sehingga tajuk tanaman terlihat apik meski tanpa buah. Ukuran buah juga lebih kecil.

Sawo afrika

Menurut Eddy, miracle fruit berdaun keriting itu sejatinya sudah dikenal para pemain tanaman hias sejak lebih dari 20 tahun silam. Mereka kerap menyebutnya magic fruit atau sawo afrika. Disebut demikian karena anggota famili Sapotaceae itu didatangkan dari Afrika. “Tapi tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali mendatangkan,” ujar Eddy.

Ketika itu kerabat sawo itu kerap dijadikan sebagai bahan bonsai. Ia disukai hobiis bonsai lantaran berdaun kecil dan rajin berbuah. Penampilan bonsai istimewa bila tengah berbuah lebat. Menurut ahli botani di Bogor, Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali, miracle fruit berdaun keriting itu diduga merupakan salah satu varian akibat mutasi.

Eddy sendiri baru mendapatkan si buah ajaib itu pada 2005. “Saya mendapatkannya dari teman yang hobi tanaman hias,” kata alumnus Institut Kesenian Jakarta itu. Oleh sang pemilik, tanaman itu dianggap sudah tidak menarik karena tidak dapat dibentuk lagi menjadi bonsai. Eddy lalu menyimpannya di kebun di Kelapadua, Depok, Jawa Barat. Dua tahun berselang, tanaman berumur 10 tahun yang tumbuh dalam pot itu berbuah lebat dan serentak. Sekali berbuah Eddy memanen 800 buah. “Dalam setahun bisa 3 kali berbuah,” ujarnya.

Sejak itu Eddy memperbanyak miracle fruit berdaun keriting dari biji. Tingkat keberhasilan cara itu lebih tinggi ketimbang setek. “Dengan setek lebih banyak gagal,” katanya. Pendapat serupa dilontarkan kepala produksi buah Taman Wisata Mekarsari, AF Margianasari. Keberhasilan setek tergantung keterampilan dan keahlian si penangkar. Eddy juga enggan memperbanyak dengan cangkok karena bibit yang dihasilkan sedikit. Dari induk berumur 10 tahun itu, Eddy memperkirakan hanya mampu menghasilkan 30 bibit cangkok.

Genjah

Meski diperbanyak dari biji, buah ajaib berdaun keriting itu cepat belajar berbuah yaitu pada umur 1,5 tahun. Sedangkan miracle fruit asal Taiwan asal biji baru berbuah umur 2,5-3 tahun. Dengan berbagai keunggulan itu pantas bila kolektor tanaman buah dari Bandung dan Surabaya tergiur untuk membeli pohon induk. Namun, ketika itu Eddy bergeming. “Saya hanya mau menjual kalau sudah punya tanaman induk lain,” katanya ketika itu.

Baru pada 2009 Eddy tak kuasa menahan tawaran pembeli yang bersedia membayar Rp8,5-juta untuk indukan miracle fruit berdaun keriting itu. Itu karena Eddy sudah mendapatkan tanaman induk baru berumur 7 tahun.

Tanaman induk kedua itu ternyata lebih istimewa ketimbang pohon induk pertama. Ia berbuah terus-menerus. Eddy memanen setiap 2 pekan hingga 100 buah saat panen, begitu seterusnya. Dari situlah Eddy semakin getol memperbanyak tanaman hingga kini berjumlah 600 bibit.

Keunggulan miracle fruit berdaun keriting itu tentu saja menjadi kabar gembira bagi para kolektor si buah ajaib. Maklum, selama ini banyak hobiis di Jakarta yang mengeluh miracle fruit impor sulit berbuah. Selama ini miracle berry impor asal Thailand dan Taiwan berbuah lebat di daerah yang berkelembapan 60-70% dan berhawa sejuk seperti di kawasan Ciawi (Bogor), Puncak (Cianjur), dan Ciater (Bandung).

Di Bangkok, Thailand, yang berhawa panas, ledidi-sebutannya di Afrika Barat-berbuah lebat karena disimpan di bawah naungan 55%. Artinya, cahaya yang diterima hanya 45%. “Ia memang butuh naungan. Dengan cahaya penuh, miracle stres. Bila tanaman lain stres lalu berbuah, miracle malah kering karena pertumbuhan vegetatif terhambat,” tutur Margianasari.

Greg Hambali menduga miracle fruit berdaun keriting lebih adaptif di daerah panas dan terpapar cahaya matahari penuh karena sudah lebih lama berkembang biak di tanahair. Dengan begitu tanaman sudah beradaptasi dengan kondisi iklim Indonesia yang sebagian besar merupakan kawasan dataran rendah dan panas. (Andari Titisari)

 

 

Rawat Magic Fruit

Tanam bibit umur 6 bulan dalam polibag berdiameter 15 cm, beri ½ sendok teh NPK per bulan

Pada umur 1 tahun, pindahkan tanaman ke dalam polibag berdiameter 20 cm dengan media tanam baru, beri 5 gram NPK per bulan

Pada umur 1,5 tahun, pindahkan ke dalam polibag berdiameter 25 cm, media tanam baru, beri 7,5 gram NPK per bulan

Pada umur 2 tahun, pindahkan dalam polibag berdiameter 30 cm, media tanam baru, beri 10 gram NPK per bulan

Pada umur 2,5 tahun ke atas, pindahkan dalam pot, media tanam baru, beri 10 gram NPK per bulan

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img