Trubus.id— Queenlet tergolong semangka premium. Semangka tanpa biji itu memiliki warna buah hijau tua dan daging buah merah mentereng. Tingkat kemanisan 12—13º brix.
Erik Susanto, salah seorang petani yang terpikat membudidayakan semangka queenlet. Petani di Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, itu menanam 1.200 semangka produksi perusahaan asal Taiwan itu di lahan 2.000—2.500 m².
Setiap tanaman menghasilkan 3 buah. Jadi, Erik memanen 3.600 buah semangka queenlet. Sebanyak 78—80% hasil panen tergolong kelas super yaitu berbobot lebih dari 2,5—3,2 kg per buah. Adapun sisanya berukuran lebih kecil dan biasanya disebut under grade.
Erik menjual hasil panen kepada pemasok dengan sistem kontrak harga, yaitu Rp5.000 per kg. Yang diterima ke pemasok hanya yang grade super.
Sementara penjualan semangka bukan grade super ke toko buah. Harga toko bisa jadi lebih mahal ketimbang harga pemasok, tetapi adakalanya lebih rendah.
“Kalau dijual ke pemasok ada kepastian harga,” kata Erik.
Pemasok mensyaratkan semangka itu tidak boleh ada cacat dan ada warna kuningnya. Buah harus hijau tua kehitaman dan mulus. Oleh karena itu, harus menggunakan turus untuk menggantung buah, bukan dihampar di permukaan tanah seperti semangka biasa.
Pemasok juga mensyaratkan agar buah harus dilap hingga mengilap. Semua itu dilakukan demi penampilan semangka yang eksklusif.
