Survei biofisika dan sosio-ekonomi terbaru yang diinisiasi Proyek USAID Sustainable Ecosystems Advanced (USAID SEA) di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, menemukan sembilan spesies ikan berpotensi baru di kawasan konservasi kabupaten itu. Conservation International (CI) Indonesia selaku mitra pelaksana Proyek USAID SEA melakukan survei di 12 titik berbeda di perairan Fakfak. Survei yang dilaksanakan pada 5—20 Maret 2018 itu langkah penting dalam proses rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi perairan Fakfak.
Harap mafhum Kabupaten Fakfak sudah mencadangkan 350.000 hektare laut untuk dijadikan kawasan konservasi perairan. Sebesar 251.000 hektare dari jumlah itu terletak di Taman Pesisir Teluk Nusalasi Van den Bosch, sedangkan 99.000 hektare ada di Taman Pesisir Teluk Berau. Tujuan survei juga untuk mengumpulkan data tentang kondisi laut di Fakfak yang penting bagi Bentang Laut Kepala Burung.
Hasil dari survei itu akan dimanfaatkan untuk zonasi kawasan konservasi perairan yang berbasis ilmiah serta untuk menentukan pendekatan konservasi yang tepat untuk konteks biofisika lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat Fakfak. Survei merekam ada 640 spesies ikan karang dengan 46% tutupan karang keras dan lunak di wilayah itu. Rata-rata ikan karang di Fakfak memiliki biomassa yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata biomassa ikan karang di Bentang Laut Kepala Burung secara keseluruhan.
Proyek USAID SEA menyampaikan semua hasil survei itu di hadapan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Fakfak, Mohammad Uswanas dan Abraham Sapaheluwakan, serta staf Pemerintah Kabupaten Fakfak di Windter Tuare pada Rabu, 25 April 2018. Bupati Fakfak, Mohammad Uswanas, menyambut baik hasil survei itu dan berharap keanekaragaman hayati di Fakfak bisa menjadi salah satu tujuan pariwisata. “Saya ingin agar warga Fakfak bisa belajar pariwisata di Raja Ampat dan dari masyarakatnya langsung. Dalam beberapa bulan ke depan, beberapa warga kami akan menyaksikan sendiri pariwisata berkelanjutan di Raja Ampat yang sudah berhasil. Kami harap kegiatan itu dapat difasilitasi oleh CI Indonesia di Raja Ampat,” kata Mohammad Uswanas.
Direktur Senior Program Kelautan CI Indonesia, Victor Nikijuluw menjelaskan mengenai pentingnya komitmen pemerintah dalam kawasan konservasi perairan. “Penemuan spesies-spesies itu menandakan potensi keanekaragaman hayati laut di Fakfak tinggi. Beberapa spesies adalah spesies endemik atau tidak ditemukan di luar Fakfak. Kawasan konservasi perairan di Fakfak akan mendukung perlindungan spesies-spesies itu. Jadi perlu pengelolaan kawasan yang efektif agar potensi perikanan dan pariwisata berkelanjutan di Fakfak bisa tercapai,” kata Victor Nikijuluw.