Tuesday, March 4, 2025

Seraiwangi Pelindung Durian

Rekomendasi

Trubus.id— Pemandangan tak lazim nampak pada beberapa titik di kebun milik Ir. Sadar Subagyo di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pasalnya, Sadar sengaja menanam seraiwangi Cymbopogon nardus di antara tanaman durian.

Menurut pria kelahiran Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah itu, penananaman seraiwangi bertujuan untuk mencegah serangan hama di kebun durian. Salah satu hama yang menjadi momok pekebun durian adalah penggerek buah. Penggerek buah menyebabkan daging buah durian menjadi cokelat dan berbau busuk.

Menurut ahli hama penyakit tanaman di Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Widodo, ulat penggerek itu adalah fase larva dari berbagai ngengat. Setidaknya ada 3 ngengat yang menggerek buah durian, yaitu Tirathaba ruptilinea, Conogethes punctiferalis, dan Hypoperigea leprostricta.

Serangan penggerek bisa jadi sejak buah masih pentil. Serangga hama menusukkan ovipositor untuk meletakkan telur. Seiring pertumbuhan buah, telur menetas menjadi larva yang meninggalkan bekas berwarna kecokelatan, masam, dan berbau busuk.

Artinya, pekebun harus jeli dengan rutin mengecek kondisi buah. Upaya lainnya dengan melakukan beragam upaya pencegahan seperti melakukan pembungkusan buah dan menanam tanaman repelent atau pengusir hama.

Menurut peneliti di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Dr. Ir. Mizu Istianto, M.P., menanam seraiwangi di sekitar kebun durian bisa cukup efektif mencegah serangan berbagai perongrong si raja buah.

Menurut Mizu, memang perlu melakukan penelitian lebih lanjut jika mengkaji fokus untuk durian.  Namun, sepengalaman Mizu menguji seraiwangi sebagai tanaman pengusir hama di berbagai komoditas buah seperti pepaya, mangga, dan manggis hasilnya cukup baik sebagai pencegah hama serangga seperti kutu putih dan trips.

“Hasilnya cukup signifikan antara kebun buah tanpa tanaman pelindung dibandingkan dengan yang menggunakan tanaman pelindung seraiwangi,” katanya. Menurut Mizu pencegahan hama akan kian optimal dengan kombinasi minyak asiri asal seraiwangi sebagai biopestisida.

Dosis yang digunakan 2—3 ml minyak asiri seraiwangi dicampur 1 liter air ditambah 3 ml perekat. Menurut Mizu, aplikasi rutin sekali per pekan sama efektifnya dengan aplikasi pestisida sintetis. Namun, hasil dan cara kerjanya berbeda.

Mizu mengatakan cara kerja seraiwangi mengusir hama sehingga membuatnya tidak nyaman. Lebih lanjut akan menggangu aktivitas hama, sulit mencari pakan hingga menggangu reproduksinya. “Memang tidak 100% dari total populasi membunuh hama,” kata peneliti seraiwangi sebagai biopestisida sejak 2010 itu.

Namun, kombinasi biopestisida dan tanaman repelent seraiwangi menjaga serangga yang memiliki peran baik untuk penyerbukan. “Musuh alami hama berupa mikroorganisme di tanah misal trichoderma juga tidak akan mati dengan asiri seraiwangi,” kata Doktor alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

 Selain hama serangga, permasalahan di kebun Sadar adalah serangan burung. Kerap kali burung mematuk buah durian sehingga mutu buah menurun. Menurut Mizu, aplikasi asiri seraiwangi juga secara empiris bisa melindungi tanaman dari serangan burung.

Namun, sepengalaman Mizu aplikasinya baru untuk tanaman padi. “Perlu riset lebih lanjut mengkaji duduk perkara burung tidak mau menyerang hasil tanaman yang telah disemprot asiri seraiwangi,” kata Mizu. 

Lantas apakah penggunaan seraiwangi ekonomis? Menurut hitungan Mizu jika harga per liter seraiwangi Rp300.000 biayanya lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata pestisida sintetis. Harga terkini seraiwangi Rp170.000 per kg.

Artinya aplikasinya tergolong ekonomis. Investasi itu dirasa layak apalagi dengan melihat beberapa faedah positif bagi lingkungan.  Lantas apakah konsep refugia –menanam beragam tanaman bunga untuk menarik hama—yang diterapkan pada tanaman pangan memungkinkan diterapkan pada kebun durian?

Menurut Mizu, konsep itu bisa diterapkan, bunga berwarna terang seperti kenikir bersifat atraktan atau penarik hama.  Mizu mengatakan, “Durian pada dasarnya tanaman hutan pasti adaptif jika melakukan tumpang sari apalagi dengan seraiwangi atau beragam bunga yang bisa berfungsi pengendali serangga hama,” katanya.

Mizu menambahkan, siasat lain pencegahan dengan rutin pemangkasan. “Terpenting sinar matahari bisa masuk di anatara tajuk tanaman,” kata Mizu. Serangkaian upaya itu adalah cara optimal untuk pencegahan. Sebab, upaya pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pengendalian jika sudah telanjur terkena serangan hama.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tip agar Tidak Mudah Lemas Saat Puasa

Trubus.id–Perbanyak konsumsi sayuran, buah, dan herbal sesuai fungsi dan dosis yang dianjurkan membuat badan bugar dan tidak mudah lemas...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img