Memikat walet dengan robot.
Persaingan mengundang walet kian ketat. Twiter, peranti yang mengeluarkan suara persis burung walet, semula sangat efektif mengundang burung penghasil liur itu berdatangan. Namun, ketika semua rumah di sentra walet menggunakan cara serupa efektivitas pemasangan twiter semakin berkurang. Yang terjadi berikutnya sekadar adu keras volume yang cenderung mengusik lingkungan.
Namun, pemasangan twiter itu wajib dilakukan untuk mengundang walet. Untuk meningkatkan efektivitas pemanggilan, Karl Wenas, peternak walet asal Surabaya, Jawa Timur, memasang kertas tebal yang dipotong menyerupai walet di pintu masuk sarang. Kertas yang diberi per itu bergerak ketika tertiup angin. Menurut Karl cara itu menarik perhatian walet karena menganggap kertas berbentuk mirip walet itu adalah kelompoknya.
Robot
Setelah melihat “anggota kelompoknya” mengepakkan sayap, diharapkan walet akan mendekat dan menginap. Sejauh ini metode itu efektif mengundang walet. Menurut Karl cara itu berhasil mengundang walet dan bermukim di rumah yang telah disediakan. Kesuksesan itu terjadi berbagai tempat antara lain di Jawa, Bangka, dan Kalimantan. Namun, Karl belum puas dengan walet tiruan kreasinya yang hanya mengandalkan angin.
Konsultan dan produsen perlengkapan budidaya walet, Harry Wijaya, menerapkan teknik yang mirip. Harry menciptakan robot walet elektrik. Ide itu muncul pada 2009, ketika Harry teringat pengalaman masa kecilnya. Ia kerap melihat orangtuanya—pemilik rumah walet—melemparkan plastik ke udara untuk menarik perhatian walet. Pria kelahiran 46 tahun itu itu lantas membuat robot berbentuk walet sebagai pengganti plastik lempar.
Sayang, percobaan pertama gagal. Robot itu terlalu besar sehingga walet mengira itu adalah musuh. Sewaktu dipasang, walet bergantian menyambar robot hingga rusak. Tak patah arang, ia berusaha untuk menyempurnakan robot bikinannya. Setelah melakukan banyak penyesuaian dan pengujian di beberapa rumah walet, pada pertengahan 2015 pria yang tinggal di Jakarta Barat itu berhasil menciptakan robot walet yang nyaris sempurna.
Kuncinya, Harry menggunakan cetakan robot berdasarkan awetan burung walet sehingga ukurannya menyamai walet asli. “Ukurannya pas 1:1 sehingga robot walet itu dapat diterima di koloni walet dan tidak diserang lagi,” kata Harry. Menggunakan bahan serat kaca yang lentur, robot itu dibuat menyerupai walet yang sedang hinggap di sarang.
Bagian-bagiannya dibuat sedemikian rupa sehingga sayap dapat mengepak, bagian badan walet pun dapat bergoyang sesuai gerakan sayap. Motor penggerak sayap diletakkan dalam cetakan sarang yang kedap air. Untuk meningkatkan efektivitas, Harry memasang satu twiter di bawah sarang robot walet. Gerakan robot diatur oleh adaptor 12 volt yang terhubung dengan jaringan listrik.
Setiap adaptor dapat mengendalikan 2 unit robot walet. Adaptor mengatur kecepatan kepakan sayap robot berdasarkan tegangan listrik. Semakin tinggi tegangan, semakin cepat kepakan sayap. Sementara twiter dikendalikan dengan amplifier terpisah. Robot diletakkan di sisi kanan dan kiri pintu masuk. Perangkat timer mengatur robot agar bergerak hanya pada waktu yang ditentukan, misalnya pada sore hari ketika walet pulang usai mencari pakan.
Walet yang terbang berputar akan tertarik dengan suara dan gerakan robot sehingga mendekat. Selain di dekat pintu masuk, robot itu juga dapat dipasang di ruang bersarang atau nesting room. Dari beberapa pengujian, Harry membuktikan bahwa walet mau datang dan hinggap di dekat robot tanpa merasa asing.
Pendengaran
Perawatan walet elektrik itu sederhana, hanya dengan membersihkan dan melumasi. Harry menyarankan untuk melakukan perawatan minimal sebulan sekali. Walaupun sebagian bahan sudah menggunakan logam nirkarat, pemberian pelumas untuk mengatasi kemacetan gerakan dari robot walet. “Saat pertama digunakan, siramkan aroma sarang burung walet agar aromanya dikenali walet,” kata Harry.
Menurut Harry K Nugroho, konsultan walet di Kelapagading, Jakarta Utara, walet mempunyai sifat berkoloni atau berkelompok. Jika salah satu singgah, semua cenderung mengikuti. Indra penglihatan walet terbatas dan hanya mampu membedakan terang dan gelap. “Untuk mengetahui lokasi atau kondisi lingkungan, walet mengutamakan pendengaran. Perbandingan pendengaran dan penglihatan sekitar 75:25,” kata Nugroho.
Menurut Nugroho walet juga memiliki kemampuan ekolokasi seperti kelelawar. Itu sebabnya walet mampu terbang dan bersarang di tempat gelap. Namun, Harry K Nugroho juga menekankan agar pengguna mengawasi efektivitas alat pengundang. Jika walet tampak terusik, hentikan penggunaan alat itu. Jangan sampai niat mendatangkan walet untuk menambah keuntungan justru mengusir walet yang sudah menetap akibat merasa terganggu. (Muhammad Awaluddin)