Trubus.id— Konsumsi beras mencapai 91 kg per kapita per tahun. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan 25,1 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan pangan 276 juta penduduk (2023).
Luas sawah di Indonesia pada 2019 mencapai 7,46 juta hektare (ha) dan mengalami penurunan saban tahun. Artinya, perlu menghasilkan beras minimal 3—4 ton per ha per tahun demi mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Pemenuhan kebutuhan beras itu kian terkendala karena perubahan iklim. Badan Pangan Dunia (Food and Agricultural Organization, FAO) pun menyatakan Indonesia paling rentan terdampak perubahan iklim.
Koordinator Kerja sama dan Pendayagunaan Hasil Standardisasi, Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi, Dr. Suprihanto, S.P., M.Si., mengatakan, perubahan iklim menyebabkan kesulitan memprediksi musim hujan dan kemarau.
Selain itu serangan hama penyakit meningkat berimbas turunnya panen padi. Fakta menunjukkan perubahan iklim berkaitan erat dengan faktor lain seperti kesuburan tanah rendah dan serangan hama penyakit tinggi yang berperan terhadap penurunan hasil panen padi.
“Dampaknya terjadi kesenjangan antara potensi hasil panen dibandingkan dengan hasil panen aktual,” tuturnya.
Suprihanto mencontohkan potensi panen sawah irigasi dan tadah hujan masing-masing 9,5 ton per ha dan 9,3 ton per ha. Namun, hasil panen aktual masing-masing hanya 6 ton dan 4,7 ton per ha. Artinya, ada kesenjangan 3,5 ton per ha dan 4,6 ton per ha.
Menurutnya salah satu solusi menghadapi perubahan iklim dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB) yang adaptif sesuai dengan agroekosistem. Agroekosistem yakni tempat atau lokasi budidaya padi antara lain sawah, lahan kering, dan rawa.
Setiap agroekosistem berpotensi mengalami penurunan hasil panen imbas perubahan iklim. Contoh saat menghadapi curah hujan tinggi (la nina) bisa menggunakan VUB adaptif toleran banjir atau rendaman. Sebut saja jenis Inpari 29 Rendaman dan Inpari 30 Ciherang Sub 1.
Kedua varietas unggul itu memiliki keunggulan toleran rendaman. Umur panen kedua varietas itu 110—111 hari setelah semai (HSS) dengan potensi panen 9,5—9,6 ton per ha. Sementara VUB untuk menghadapi kekeringan (el nino) antara lain Inpago 8 dan Inpago 9.
Keunggulan dua VUB itu toleran kekeringan dan berpotensi hasil panen masing-masing 8,1 ton dan 8,4 ton per ha. Umur panen 119 HSS dan 109 HSS. Keunggulan lain kedua VUB itu toleran serangan blas atau bercak daun akibat serangan cendawan Pyricularia grisea dan wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens).