Trubus.id— Lazimnya petani menanam cabai di lahan terbuka. Namun, berbeda dengan Atmaja, S.Ag., petani di Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, itu membudidayakan cabai rawit dengan sistem irigasi tetes hidroponik.
Atmaja bersama kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Kemacatan Limo, Kota Depok menanam cabai di rumah tanam semiotomatis sejak Desember 2022. Ia menanam ratusan pot tanaman cabai rawit di dalam rumah tanam (screen house) seluas 400 m².
Rumah tanam berangka galvanis itu memiliki tinggi sekitar 6,5 m. Bagian bawah rumah tanam setinggi 1,5 m tertutup plastik ultraviolet. Adapun sisanya berbahan jaring. Atmaja mendapatkan program hibah dari Bank Indonesia. Total jenderal ada 696 tanaman cabai rawit varietas sigantung.
Ia hanya mengisi pot berdiameter 20 cm itu dengan serbuk sabut kelapa (cocopeat). Posisi pot di lubang kotak atau bak tidak terpakai bervolume 8 l yang ditutupi polibag berwarna hitam atau gelap.
Vendor sekaligus pendamping rumah tanam (screen house) cabai itu, Charlie Tjendapati, mengatakan, tujuan menggunakan tutup polibag untuk menghindari lumut. Jadi, matahari tidak masuk secara langsung, lumut makan nutrisi banyak.
Pot yang menyembul di permukaan hanya 1/3. Posisi pot seperti menggantung supaya ada ruang bagi pertumbuhan akar. Atmaja meletakan pot di atas meja berbahan baja. Total ada 29 rak sepanjang 6 m dan lebar 1 m di rumah tanam itu.
Setiap rak terisi 24 pot dengan jarak antara rak 80 cm. Budidaya tanaman cabai itu menggunakan sistem irigasi tetes hidroponik Dengan teknik itu air menetes perlahan ke akar tanaman, baik ke permukaan media tanam atau langsung ke zona akar.
“Kelebihannya bisa menyalurkan air dengan mudah dibandingkan dengan metode sumbu,” tutur Charlie.
Nutrisi AB mix mengalir secara otomatis 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore. Tingkat kepekatan nutrisi AB mix mencapai 1.000 ppm. Sementara tingkat kepekatan nutrisi untuk pesemaian 200 ppm.
Atmaja menanam cabai rawit dari hasil pesemaian selama 1—1,5 bulan dengan media tanam rockwool. Ia menyemai di lahan seluas 4 m × 2 m berkapasitas semai 4.800 bibit. Pesemaian menggunakan sistem hidroponik nutrient film technique (NFT).
Sumber nutrisi mengalir dari 4 tandon. Satu tandon untuk persemaian (500 liter), dan 3 lainnya untuk masing-masing rak di screen house (masing-masing 1.000 liter). Penggunaan listrik 550 watt per tandon.
Atmaja menyemprotkan pestisida racikan sendiri untuk mengendalikan hama. Pestisida nabati ala Atmaja berupa berbahan tembakau dan rimpang jahe. Atmaja menghaluskan 1—2 kg kedua bahan itu, melarutkan dalam air 2 liter, dan memfermentasi seharian.
Sebelum pemakaian, ia melarutkan 200 ml larutan pestisida dalam 10 l air bersih. Sekali penyemprotan sekitar 1 liter. Frekuensi penyemprotannya sepekan 3 kali. Perawatan lain yakni pemangkasan 3—4 daun saat tinggi tanaman 20—25 cm untuk memperbanyak cabang.
Atmaja memasang ajir setinggi 1,5 meter dan tali agar cabai tidak rebah. Harap mafhum cabai berumur 60 HST setinggi 110 cm. Pada petikan pertama ia menuai 5 cabai setara 100 gram per tanaman. Total jenderal ia memanen 6,96 kg per sekali petik. Atmaja optimis bisa memanen 2 kali lipat pada petikan kedua atau sekitar 13,92 kg.