Trubus.id—Produksi buah Indonesia cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2021 produksi buah Indonesia mencapai 26 ton meningkat menjadi 28.175.533 ton. Setahun berselang produksi melonjak, pada 2023 produksi kembali melambung 28.667.648 ton. Kenaikan produksi buah rata-rata nasional mencapai 4,87%. Dari jumlah itu melon menyumbang 0,47%.
Menurut BPS luas tanam melon pada 2023 mencapai 7.039 hektare dengan produksi 117.794 ton. Namun, BPS tidak memisahkan luas penanaman melon hasil budidaya di lahan terbuka dan di rumah tanam alias greenhouse. Direktur Direktorat Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Dr. Liferdi Lukman, M.S. mengatakan, di Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, keduanya di Provinsi Jawa Timur, masing-masing terdapat 300 rumah tanam dan 320 rumah tanam untuk budidaya melon premium.
Manis 14o brix
Selain kedua daerah itu (Malang dan Blitar), sentra penanaman lain melon premium tersebar di berbagai wilayah seperti di Bondowoso, Bojonegoro, Jombang, Kediri, Nganjuk, Situbondo—semua di di Provinsi Jawa Timur. Sentra penanaman di Provinsi Jawa Tengah seperti di Kabupaten Grobogan, Kebumen, Purworejo, Rembang, Temanggung. Keruan saja di luar wilayah itu juga berkembang budidaya melon premium.
Sekadar contoh di Kabupaten Bogor terdapat 4 unit rumah tanam, Kabupaten Tangerang (20), Sampang (3), Pandeglang (1) untuk penanaman melon berkualitas tinggi. Mereka mengebunkan jenis inthanon, sweet hami, sweet net, golden aroma, honey white, chamoe, fujisawa, japanese cantaloupe, dan lavender untuk memasok pasar modern.
Menurut Liferdi Lukman pemerintah juga mengembangkan program Kampung Melon. Kementan mensyaratkan luas lahan budidaya melon di sebuah desa minimal 5 hekatre dan rumah tanam minimal 200 m2. Petani yang mengikuti program Kampung Melon memperoleh pendampingan dari hulu hingga hilir, termasuk permodalan, mekanisasi, pengairan, hingga pemasaran.
Selain itu Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika berupa dukungan internet of things (IoT) di rumah tanam untuk penerapan pertanian cerdas. Pengguanaan IoT itu berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembapan lingkungan; mengukur parameter media tanam; peracikan pupuk otomatis; serta penyiraman dan pemupukan otomatis. Selain itu IoT juga untuk pendinginan suhu lingkungan dan kelembaban lingkungan; serta perangkat mekanisasi irigasi.
Tren melon premium
Setahun terakhir melon premium menjadi tren. Periset di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Nunung Nurhadi, menyatakan bahwa melon disebut berkualitas premium antara lain jika tingkat kemanisan mencapai minimal 14o brix. Pada umumnya tingkat kemanisan melon di Indonesia 8—10o brix. Artinya melon (Cucumis melo) bermutu premium jauh lebih manis dibandingkan dengan melon lain pada umumnya.
Liferdi menyebutkan salah satu produsen melon premium itu adalah PT Sweet Greens Indonesia yang mengelola lahan 15 ha di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Perusahaan itu mengembangkan melon jenis anba, marakaito, dan shitorin di lahan 4 ha—belum semua lahan dimanfaatkan. Pada Agustus 2024 Sweet Greens memanen 3,5 ton melon premium untuk memasok pasar ekspor. Ekspor perdana ke Singapura pada 19 Juli 2024 sebanyak 1,5 ton.
Menurut Liferdi pasar Singapura meminta pasokan 4 ton melon per bulan dari perusahaan itu. Pada 2003 Sweet Greens memanen 54 ton melon premium. Liferdi mengatakan hal itu saat acara Perhorti Talks Seri ke-7 pada Kamis, 29/8. Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) Prof. Dr. Dewi Sukma, M.S. membuka acara yang diikuti oleh 300-an peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.
Liferdi mengatakan, pengembangan melon premium menghadapi banyak tantangan seperti skala usaha kecil dan menyebar, tidak memenuhi aspek kualitas, kuantitas, kontinuitas. Dampaknya kurang berdaya saing. Tantangan lain berupa keterbatasan sarana dan prasarana pertanian termasuk screenhouse, irigasi, mekanisasi, dan perbenihan. Preferensi konsumen dominan produk segar dan adanya permintaan tinggi pada waktu tertentu.
Usaha budidaya melon juga berisiko tinggi karena ketergantungan cuaca, serangan hama dan penyakit, serta belum adanya jaminan pasar. Produktivitas melon belum maksimal, masa simpan pendek, dan kehilangan hasil masih tinggi menjadi tantangan tersendiri. Menurut Liferdi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terbatas dan lemahnya akses permodalan serta kapasitas kelembagaan.
Di sisi lain kurangnya minat generasi muda untuk bekerja pada sektor pertanian. Kementerian Pertanian mencatat konsumsi melon di Indonesia baru 0,52 kg per kapita per tahun. Konsumsi buah dan sayuran di Indonesia baru 180 gram per kapita per hari. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan 400 gram per kapita per hari. Konsumsi buah melon yang hanya 0,52 kg perkapita per tahun sangat jauh dibawah standar. (Sardi Duryatmo, Ketua 3 Perhimpunan Hortikultura Indonesia)