Thursday, December 5, 2024

Tiada Lele, Suree pun Boleh

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Kafe di sisi Sungai Kuala Idi di Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, itu masih ramai menjelang tengah malam pada 7 November 2024. Di halaman kafe itu berkumpul Manager of Field Relations and Security PT Medco E&P Malaka, Andri Hapsari, Furqan, Abdul Hamid—juga dari PT Medco E&P Malaka, Oktin Catur Palupi (Medco Foundation), dan beberapa yang lain. Di sisi kanopi ketapang kencana (Terminalia mantaly) mereka menikmati minuman dan aneka penganan seperti nasi goreng dan soto.

Malam merayap perlahan saat mereka juga mendiskusikan banyak hal, termasuk pengembangan pertanian untuk masyarakat di sekitar lokasi penambangan gas PT Medco. Andri fokus pada pemberdayaan masyarakat di lingkar satu perusahaan gas di wlayah Blok A. Menurut Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), PT Medco E&P Malaka sebagai perusahaan minyak dan gas pertama yang sukses mengembangkan gas di Blok A, Kecamatan Julok, Aceh Timur, setelah perdamaian Aceh.

Perusahaan itu mengembangkan lebih dari 450 kaki kubik (BCF) cadangan gas untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk di Aceh dan industri lainnya di Sumatra Utara. Lokasi pertambangan di Blok A kira-kira 30 km arah barat dari ibukota Kabupaten Aceh Timur, yakni Idi Rayeuk.

Proses cepat

Ketika diskusi itu Andri Hapsari memperoleh informasi bahwa peserta pelatihan juga akan membuat abon berbahan baku daging lele. Belum lama ini PT Medco, Medco Foundation, dan Majalah Trubus mengadakan pelatihan bagi masyarakat di sekitar tambang gas. Pelatihan berlangsung di Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA), Desa Ladangbaro, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Peserta belajar dan praktik membuat abon berbahan baku lele.

Manager of Field Relations and Security PT Medco E&P Malaka, Andri Hapsari.

Sebetulnya ia senang mendapat informasi itu karena menandakan keterampilan masyarakat di Kecamatan Julok makin berkembang.  Persoalannya kadang-kadang sulit menemukan lele sebagai bahan baku di wilayah Aceh Timur. Itulah sebabnya Andri bertanya bahan baku pembuatan abon. “Apakah tongkol juga berpeluang dijadikan abon?” Produsen abon berbahan baku lele di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Lina T. Gempur, yang hadir di kafe itu mengatakan, pada dasarnya beragam ikan, termasuk tongkol, dapat diolah menjadi abon.

Pengolahan tongkol menjadi abon untuk menyelamatkan harga ketika anjlok. (Foto: Sardi Duryatmo)

Inovasi itu sejatinya menjadi solusi ketika harga tongkol anjlok. Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi, Kabupaten Aceh Timur, Ermansyah, seperti dikutip Bisnis Indonesia (24 Mei 2024) menyebutkan produksi tongkol di Aceh Timur mencapai 4,45 juta ton per tahun. Celakanya harga anjlok ketika  produksi melimpah. Sebagai gambaran  harga tongkol di pasaran semula Rp18.000 menjadi Rp10.000 per kilogram. Bahkan harga tongkol kecil (masyarakat menyebutnya jeureubok)  ketka anjlok hanya Rp5.000 per kg.

Memperoleh kepastian bahwa tongkol berpeluang diolah menjadi abon, malam itu juga Andri melalui telepon menghubunggi rekannya untuk menyediakan 3 kg eungkot suree—sebutan ikan tongkol di Aceh Timur (eungkot bermakna ikan, suree berarti tongkol) sebagai uji coba produksi abon. Keesokan harinya, 3 kg tongkol segar itu tersedia di dapur RPIA.

Lina segera mengolah ikan anggota famili  Scombridae itu. Mula-mula ia merebus tongkol hingga matang lalu memisahkan daging dari duri dan bagian kepala. Lina menyuwir daging tongkol dengan garpu hingga ukurannya lebih kecil dan memanjang. Bumbu, cara pengolahan, sama saja dengan pembuatan abon berbahan baku daging lele (Clarias batrachus). Pembedanya hanya bahan baku, kali ini bahan baku berupa daging ikan tongkol alias suree.

Lina menyiapkan bumbu yakni serai, daun salam, garam, gula merah, dan santan. Pengusaha aneka olahan lele itu menggoreng suwiran daging tongkol dan mencampurkan dengan aneka bumbu. Setelah matang, Lina juga meniriskan abon tongkol dengan mesin spinner berkapasitas 3 liiter agar kadar minyak berkurang signifikan. Bahan baku 3 kg tongkol menghasilkan 1,2 kg abon. Dalam 30 menit, abon pun siap dinikmati.

Proses penirisan abon ikan tongkol dengan mesin spinner berkapasitas 3 liter. (Foto: Sardi Duryatmo)

Maya dari Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) mencicipi abon suree untuk kali pertama. Ia mengambil sesendok, menyuapkan ke mulutnya, lalu berucap satu kata, “Enak.” Andri yang pada hari berikutnya mengunjungi RPIA bungah menerima abon ikan tongkol yang dikemas apik. Abdul Hamid dari PT Medco mengambil kemasan abon tongkol, mengangkat hingga sejajar dengan kedua matanya, kemudian mengamati sekilas. “Jika begini tinggal diberi label, merek, siap dipasarkan,” kata Hamid. Jadi, ibarat peribahasa tak ada rotan akar pun jadi. Maka tiada lele, suree pun boleh.   (Sardi Duryatmo)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Harga Pangan 04 Desember 2024:  Bawang dan Cabai Kompak Naik

Trubus.id–Sejumlah harga pangan pada 04 Desember 2024 berdasarkan Panel Harga Pangan, Badan Pangan Nasional pukul 12.40 WIB mengalami kenaikan. Harga...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img