Menjelang Idul Adha kambing silangan ini, boerka, boerawa, dan boerja cocok untuk penggemukan.
Trubus — Adhan Subhar jatuh hati pada kambing boer saat mengunjungi situs dunia maya Universitas Brawijaya pada 2011. “Semua peternak dan pencinta kambing pasti terkesan dengan sosok boer yang gagah,” kata peternak kambing di Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu. Menurut guru besar Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Prof. Siti Chuzaemi, boer unggul karena penambahan bobot tubuh 200—300 g per ekor per hari.
Itu pun dengan pakan sederhana. Bandingkan dengan penambahan bobot kambing lokal sekitar 50—70 g per ekor per hari. Bobot boer dewasa mencapai 90—100 kg. Keunggulan lainnya, “Kemampuan adaptasi kambing itu sangat baik,” tutur alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Adhan pun segera membeli 3 boer betina F1. Kambing itu tidak murni bergenetik boer, tapi anakan hasil perkawinan boer dengan kambing kacang (boerka).
Pemeliharaan mudah
Harap mafhum saat itu harga pejantan mahal dan tidak dijual bebas. Meski begitu kambing peranakan boer itu lebih unggul ketimbang kambing kacang. “Boerka berumur setahun berbobot 35 kg, sedangkan kacang berbobot 25 kg,” kata pria kelahiran Surabaya, 14 November 1982 itu. Hasil riset Fera Mahmilia dan Meruwald Doloksaribu dari Loka Penelitian Kambing Potong, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, meneguhkan pernyataan Adhan.
Penelitian itu mengungkapkan boerka lebih unggul daripada kambing kacang mulai dari bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot harian prasapih. Bobot lahir boerka mencapai 2,06—2,042 kg, sedangkan kacang hanya 1,69 kg. Boerka berbobot sapih 7,80—9,08 kg. Bandingkan bobot sapih kacang yang hanya 5,87 kg. Untuk pertambahan bobot harian prasapih kambing boerka 62,62—70,02 g per hari. Sementara kacang hanya 45,67 g per hari.
Peternak kambing di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Christian Triangga Bayu, juga membuktikan penambahan bobot boerka tinggi. Boerka berumur kurang dari setahun berbobot lebih dari 30 kg, bahkan mencapai 40 kg. Bayu mendapati bobot itu ketika memelihara cempe atau anakan kambing yang menyusu 2—4 bulan kepada induk hingga tuntas atau induk berhenti menyusui karena kembali berahi.
Ia membiarkan cempe yang mulai belajar memakan hijauan atau pakan tambahan. Setelah itu Bayu mengumpulkan cempe pascasapih dalam kandang khusus untuk mempermudah perawatan dan pengawasan. Masa pembesaran sekitar 10—12 bulan. Selain boerka, kambing persilangan antara boer jantan dan peranakan ettawa (PE) betina (boerawa) pun cocok untuk penggemukan. Kenaikan bobot tubuh boerawa mencapai 160—200 g per ekor per hari.
Hasil riset Moch Nasich dari Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, menunjukkan bahwa bobot lahir boerawa 3,17 kg dan berat sapih 13,56 kg. Bandingkan dengan berat sapih PE yang hanya 11,3 kg. Sementara pertambahan bobot tubuh PE 115,42 g per hari. Keunggulan lain boerawa yaitu adaptasi dan pemeliharaan mudah. “Kambing dapat tumbuh baik dengan pakan sederhana berupa rumput gajah, daun leguminosa, dan sedikit konsentrat,” kata Siti Chuzaemi.
Boerja
Peternak kambing di Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Iska Susan Priatna, lebih memilih kambing silangan boer dan jawa (boerja). Iska mengembangkan boerja karena peningkatan bobot harian tinggi mencapai 4 kg per bulan, sedangkan kambing lokal hanya 1—2 kg. Selain itu, karkas atau daging yang dapat dikonumsi pada kabing burja juga tinggi yakni 51—53%, sedangkan kambing lokal 37—39%.
Iska menjual 800 bakalan boerja seharga Rp2-juta—Rp5-juta per ekor setiap bulan. “Keuntungannya lebih dari 30% dari penjualan bibit,” kata Iska. Peneliti kambing di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Bogor, Jawa Barat, Ir. Bambang Setiadi, M.S., mengungkapkan kambing silangan boer memang lebih unggul dibanding dengan kambing lokal.
“Peningkatan bobot kambing lokal 50—70 g per hari, sedangkan kambing silangan boer dengan jawa mencapai 100—120 g per hari,” kata Bambang. Selain itu boerja berumur 8 bulan berbobot 32 kg, sedangkan kambing lokal dewasa hanya 25 kg. Oleh karena itu, kambing silangan boer memang jempolan dan masih menjadi primadona peternak kambing di Indonesia. (Bondan Setyawan/Peliput: Argohartono Arie Raharjo, Muhammad Fajar Ramadhan, dan Riefza Vebriansyah)