Trubus.id — Dunia sedang dihadapkan pada potensi krisis pangan global. Selain karena persoalan geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, hal tersebut juga disebabkan oleh dampak perubahan iklim (climate change) yang mengganggu produksi pangan. Untuk menyikapi hal ini, Menteri Pertanian (Mentan) sudah menyiapkan tiga strategi.
Strategi itu menyasar 15 komoditas pangan, yakni cabai, bawang merah, kedelai, gula tebu, daging sapi, ubi kayu, sorgum, sagu, gula nontebu, daging kambing/domba, itik/ayam lokal, sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan ketiga strategi yang telah disiapkannya sebagai berikut. Pertama, peningkatan kapasitas produksi pangan untuk menekan inflasi (cabai, bawang merah) dan mengurangi impor (kedelai, gula, daging sapi).
Kedua, pengembangan pangan substitusi impor gandum (ubi kayu, sorgum, sagu), substitusi impor daging sapi (daging kambing/domba, itik/ayam lokal), dan substitusi impor gula tebu (gula nontebu, seperti stevia, aren, lontar, dan lain-lain).
Ketiga, peningkatan ekspor produk yang sedang diminati pasar (sarang burung walet, porang, ayam, telur). “Saat ini, sarang burung walet, porang, ayam, dan telur sangat diminati, permintaan banyak,” tutur Syahrul, dikutip dari laman Indonesia.go.id.
Mentan Syahrul juga mengingatkan agar pemangku kepentingan di sektor itu melakukan intervensi teknologi mekanisasi pertanian. Intervensi teknologi mekanisasi sangat penting dalam meningkatkan produksi pangan nasional.
Untuk itu, Mentan Syahrul mendorong jajaran Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan untuk memperluas penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) di seluruh Indonesia, salah satunya melalui program Taksi Alsintan.
“Pada Maret nanti, harapannya perluasan Taksi Alsintan sudah selesai. Taksi Alsintan harus kita implementasikan untuk membantu petani meningkatkan produksi,” kata Syahrul.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, Mentan Syahrul juga menyebutkan pentingnya tata kelola air serta mitigasi iklim dan cuaca di sektor pertanian. Pemantauan cuaca dapat dilakukan dengan mengoptimalkan data dan informasi iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Selain itu, Mentan Syahrul juga mengingatkan pihaknya ihwal tantangan yang tengah dihadapi sektor pertanian Indonesia, yakni alih fungsi lahan. Kementan telah melakukan berbagai upaya pencegahan sebagai tindak lanjut UU Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
Mentan Syahrul meminta, pemerintah daerah turut aktif demi mengurangi laju alih fungsi lahan. Pemerintah daerah harus memiliki ketegasan serta perencanaan yang baik dalam menjaga lahan pertanian dan alokasi lahan untuk kegiatan pembangunan lainnya. Hal ini penting demi menjaga produktivitas lahan pertanian.