Trubus.id—Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi krisan potong Indonesia mencapai sekitar 323 juta tangkai pada 2022. Sentra produksi krisan di Indonesia tersebar di berbagai daerah.
Sentra itu meliputi Provinsi Jawa Barat (Bandung, Cianjur, Sukabumi, Lembang, Bogor dan Garut), Provinsi Jawa Tengah (Semarang, Magelang, Karanganyar dan Sukoharjo), dan Provinsi Jawa Timur (Malang dan Pasuruan).
Adapun sentra krisan di luar Pulau Jawa meliputi Provinsi Sumatra Utara (Berastagi) dan Sulawesi Utara (Tomohon). Krisan termasuk 5 besar bunga yang paling banyak diekspor disusul mawar dan anggrek. Volume ekspor krisan naik dari 49,52 ton menjadi 59,111 ton pada 2018.
Dalam jurnal Ekonomi dan Pertanian Agribisnis, Lucia Desy Sukmayanti dan rekan dari Universitas Diponegoro, menyatakan, bahwa krisan merupakan tanaman hias dengan produksi paling tinggi dibandingkan dengan tanaman hias lainnya.
Namun, nilai ekspor krisan Indonesia di pasar internasional mengalami fluktuasi sepanjang 10 tahun terakhir. Musababnya daya saing krisan di pasar internasional belum memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.
Oleh sebab itu, diperlukan strategi budi daya krisan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor krisan. Baca inovasi giberelin untuk krisan.
Menurut petani krisan di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Ketut Suwarjana, budi daya intensif penting untuk mencetak krisan premium standar ekspor. Keruan saja bunga krisan produksi Ketut Suwarjana berkualitas istimewa.
Saat mekar sempurna, diameter mahkota bunga mencapai 15 cm. Ketahanan bunga hingga 20 hari setelah panen. Itu juga yang membuat pembeli asal Jepang kesengsem krisan dari kebun milik Ketut.
Pekebun di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, itu rutin mengirim 28.000 tangkai krisan salju putih ke Jepang setiap bulan sejak 2017. Permintaan krisan ke Negeri Sakura meningkat dua kali lipat pada Juni—Desember.
“Musim gugur membuat mereka tidak bisa berproduksi sehingga mengandalkan pasokan krisan impor,” kata Ketut.
Ia menuturkan meski saat pandemi Covid-19 membuat ekspor krisan macet. Namun, Ketut tetap memperoleh pendapatan melimpah dari penjualan krisan premium itu. Musababnya pasar lokal pun mencari krisan berkualitas.
Ia bekerja sama untuk memasok 8.000 krisan potong di salah satu perusahaan florikultura di Jakarta saban pekan. Pria berusia 55 tahun itu juga memasok 8.000 krisan ke salah satu rumah duka di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, setiap pekan.