Friday, September 22, 2023

Tumbuh Besar Berkat Ubi Jalar

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Hutang ratusan juta rupiah terbayar berkat berbisnis ubi jalar. Odang akan memperluas  penanaman, karena permintaan ubi cenderung meningkat. Odang rutin menjual minimal 12 ton ubi jalar setiap bulan. Harga jual Rp9.000 per kg, sehingga ia beromzet Rp108 juta.

Setelah dikurangi ongkos produksi, Odang mengantongi laba bersih Rp18 juta saban bulan. Pendapatan itu lebih tinggi 5 kali lipat dibandingkan dengan upah minimum regional (UMR) Kabupaten Sumedang yang hanya Rp3,2 juta. Laba perniagaan ubi jalar (Ipomoea batatas) itu disisihkan untuk melunasi utang.

Bisnis sapi perah meninggalkan kerugian besar, hingga Rp650 juta bagi Odang.  “Banyak  sapi mati setelah melahirkan,” kata warga Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, itu mengenang kejadian pada 2011.

Ia terlilit utang. Namun, Odang tak patah semangat. Ia  beralih menekuni bisnis ubi jalar hingga utang terlunasi. Bisnis ubi jalar terus berkembang hingga sekarang.

Prospek bagus

Konsumen Odang merupakan kios-kios ubi jalar di Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pekalongan, ketiganya di Jawa Tengah. Pasar menghendaki ubi rancing berkulit krem dan berdaging kuning.

“Rasa ubi rancing manis dan gurih ketika diolah,” kata pebisnis ubi jalar sejak 2011 itu.

Terkait bobot  tidak ada persyaratan khusus. Odang menerima berapa pun bobot ubi, asal ubi tidak busuk. Terdapat 5 kelas ubi di tempat Odang yakni A, PO super, PO biasa, PO kecil, dan pilus.

Ubi kelas A berbobot minimal 250 g. Makin jauh dari kelas A, makin kecil ukuran ubi. Kelas A terdiri atas 4 ubi per kg, sedangkan kelas pilus rata-rata 15 ubi per kg. Semua kelas itu laku terjual.

Ia menerima ubi bersih siap kirim dan ubi yang belum dibersihkan. Harga beli ubi bersih lebih tinggi daripada ubi kotor. Selisih harga keduanya Rp500—Rp1.000 per kg.

Odang mendapatkan pasokan ubi dari 10 petani yang tersebar di berbagai daerah seperti Bandung, Jawa Barat, dan Madiun (Jawa Timur).  Mayoritas pasokan ubi berasal dari kebun milik petani lain. Odang mengandalkan pasokan ubi dari petani mitra.

Menurut Odang tidak memungkinkan jika mengandalkan pasokan ubi dari Desa Cilembu. Musababnya luas penanaman ubi jalar di desa itu hanya 60—70 ha yang terbagi di 3 titik.

Selain itu luas  lahannya terbatas, hanya 1—2  hektare (ha). Pada 2022 Odang menanam ubi jalar di lahan 2 ha. Menurut Odang budidaya ubi jalar relatif mudah dan bisa dipelajari bagi awam.

Lazimnya petani kelahiran 13 Oktober 1959 itu  mendapatkan bibit dari tanaman hasil budidaya sebelumnya. Ia memotong batang ubi jalar sepanjang 15 cm sebagai bibit. Satu tanaman hanya satu potongan.

Populasi tanaman mencapai 36.000 batang per ha. Setelah bedengan siap, petani  ubi jalar sejak 2015 itu menaburkan 2,5 pupuk kandang per ha. Berselang 25—30 hari setelah tanam, ia memberikan 250 kg pupuk NPK.

Agar pertumbuhan ubi maksimal, ia memastikan pasokan air tetap terjaga saat kemarau. Masa budidaya ubi jalar 4—5 bulan. Menurut Odang hasil panen mencapai 12—20 ton per ha.  Hasil panen bisa lebih tinggi jika penanaman ubi jalar di lahan yang belum ditanami ubi sama sekali.

“Hasil panen di tanah baru seluas 1.400 m2 mencapai 2,5 ton,” kata pria berumur 63 tahun itu.

Sementara itu produksi ubi di lahan ubi milik Odang saat ini 1 ton per 1.400 m2. Menurut Odang penurunan produksi karena tanah jenuh. Penyebabnya penanaman ubi jalar terus-menerus di lahan sama. Idealnya ada penanaman tanaman sela seperti padi atau jagung ketika selesai pemanenan ubi.

Modal usaha

Selain itu, tantangan berkebun ubi jalar yang dialami Odang yakni serangan tikus. Selain itu hujan terus-menerus pun menurunkan hasil panen. Meski demikian Odang optimis bisnis ubi jalar pada masa mendatang tetap bagus.

Sebetulnya jika Odang menjual 20 ton ubi jalar per bulan pun pasti terserap pasar. Namun, ia memilih memasok minimal 12—15 ton per bulan.  Alasannya, “Dicukupkan saja supaya keuangan lancar. Biar sedikit tetapi lancar,” kata Odang.

Anggota Kelompok Tani Sawah Lega itu mengatakan, ada pihak yang meminta pasokan ubi kualitas ekspor. Sayang, ia belum menyanggupi permintaan itu karena terkendala modal.

Tentu kesuksesan bisnis penjualan ubi jalar Odang tidak terjadi seketika. Banyak aral yang mesti dihadapi seperti hama dan cuaca yang tidak menentu. Meski begitu Odang tetap menjalani bisnis dengan sabar dan percaya diri.

Beberapa pihak seperti dinas pertanian setempat pun memberikan bantuan seperti sumur bor untuk pengairan, mesin pembajak tanah, dan pupuk.  Sementara itu untuk permodalan Odang mengandalkan salah satu program BRI yakni Kupedes.

Kupedes merupakan kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi. Program itu ditunjukan kepada individual (badan usaha atau perorangan) yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit dan Teras BRI.

Oleh karena itu, Odang mempersiapkan beberapa dokumen seperti surat keterangan usaha dari lurah/pasar, identitas diri (KTP/SIM), dan pengalaman usaha minimal 1 tahun sebelum mendaftar Kupedes.

Program lain BRI yang berguna mendukung permodalan petani ubi jalar yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).  KUR merupakan program pemerintah untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang disalurkan melalui lembaga keuangan seperti BRI. Odang berencana menambah luas kebun dengan modal itu. Begitulah ia tumbuh besar bersama ubi jalar. (Riefza Vebriansyah/Peliput: Muhamad Fajar Ramadhan)

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Babak Baru Bisnis Durian

Trubus - Bisnis durian Indonesia kini berkembang pesat. Namun mengapa industri durian dunia masih dikuasai Thailand dan Malaysia? Bagaimanakah cara...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img