Trubus.id — Lezatnya singkong telah dinikmati sejak lama. Semakin ke sini, banyak pengembangan olahan singkong dengan varian modern. Seperti halnya Kampung Singkong di Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, memiliki 158 varian produk singkong dan produk turunannya yang amat lezat.
Pemerintah Kota Salatiga meresmikan Kelurahan Ledok menjadi Kampung Singkong pada 2021. Di Kelurahan Ledok terdapat 35 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengolah singkong.
Luas lahan singkong di Kelurahan Ledok memang hanya 1 hektare. Meskipun begitu, produsen olahan di kampung singkong itu sangat banyak, hingga 150 orang.
Singkong-singkong itulah yang kemudian diolah menjadi beragam penganan lezat seperti burger. Pantas jika Ledok menjadi “surga” bagi para pencinta kuliner, terutama kuliner singkong. Tentu saja inovasi itu mengangkat derajat umbi singkong naik kelas.
Arifin Lambaga, Ketua Umum Masyarakat Singkong Indonesia, mengatakan, MSI akan mengembangkan dan menduplikasikan Kampung Singkong Salatiga ke wilayah-wilayah lain di Indonesia yang berpotensi.
Ia menargetkan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sebagai lokasi Kampung Singkong berikutnya. Di Sukabumi terbangun ekosistem perniagaan bahan baku singkong hingga industri pengolahannya. MSI menyiapkan lahan produksi bibit singkong seluas 5–10 hektare di Sukabumi.
“Singkong harus dipopulerkan agar permintaan meningkat,” kata Arifin
MSI bercita-cita menjadikan singkong sebagai makanan pokok dan bukan lagi menjadi makanan selingan.
Sayangnya, produksi singkong nasional turun. Pada 2018–2019 produktivitas singkong Indonesia di urutan ke-6 setelah Nigeria, Kongo, Thailand, Ghana, dan Brasil.
Semula pada 2017, Indonesia urutan ke-4 mengalahkan Ghana dan Brasil. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, produktivitas singkong pada 2016–2020 rata-rata 24 ton per hektare.
Agar produktivitas singkong meningkat, MSI mengharapkan dorongan dan bantuan dari pemerintah terkait subsidi pupuk serta subsidi bibit varietas unggul secara cuma-cuma. Dengan demikian, Indonesia mampu meningkatkan produktivitas mencapai 30 ton per hektare.