Thursday, March 6, 2025

Upaya Mendongkrak Panen Vannamei

Rekomendasi
Alat SPIPE tanpa listrik dan tingkatkan oksigen terlarut di air tambak udang.

Aerator tanpa listrik untuk meningkatkan kadar oksigen tambak udang agar produktivitas meningkat.

Trubus — Data Pembangunan Kelautan dan Perikanan riset kesejahteraan 2012, produktivitas udang vannamei di Indonesia rata-rata baru 267 kg per hektare. Bandingkan dengan Tiongkok 538 kg, India 750 kg, dan Thailand 2.444 kg per hektare. “Kita kalah dengan negara-negara itu,” ujar Yuli Widiastutik. Mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya itu membuat aerator pada Oktober 2016 untuk mendongkrak produksi vannamei.

Yuli menggandeng rekannya Ahmad Abdul Muklis, Dewi Ermawati, Af’idatul Lutfita, Shofiatur Rizka, dan Satriyo Pandunusawan. Alat itu membantu pembudidaya udang meraih produktivitas yang maksimal plus keuntungan lebih tinggi. “Kami membuat aerator tanpa listrik sehingga memangkas biaya produksi para pembudidaya udang,” ujar Yuli. Mereka menamainya Shrimp’s Spiral Pump Aerator (SPIPE).

Oksigen naik

Para periset dari Universitas Brawijaya. Dari kiri: Satriyo Pandunusawan, Af’idatul Lutfita, Dewi Ermawati, Yuli Widiastutik, dan Ahmad Abdul Muklis

Selain hemat biaya listrik, alat itu mampu meningkatkan kualitas air tambak. Menurut Yuli salah satu penyebab produktivitas udang rendah adalah kualitas air tambak rendah. “Rendahnya kualitas air tambak salah satunya akibat sedikitnya kadar oksigen,” ujar Yuli. Harap maklum, kadar oksigen terlarut (DO) yang rendah di air tambak menyebabkan pembusukkan dan akan berakumulasi menjadi gas beracun seperti karbondioksida, amonia, dan nitrit.

“Gas-gas beracun itu membuat udang stres, sehingga mengganggu produktivitas,” ujar perempuan kelahiran Ngawi, Jawa Timur, itu. Hasil uji coba Yuli dan rekan, alat itu terbukti meningkatkan kadar oksigen air tambak udang. “Sebelum menggunakan SPIPE kadar oksigen hanya 5.508 mg per liter. Setelah dipasang SPIPE, meningkat menjadi 7.588 mg per liter,” ujar Yuli.

Menurut Yuli meski belum signifikan, pertambahan kadar oksigen itu membantu mengurangi tingkat stres udang. Penggunaannya pun mudah. Pembudidaya udang hanya meletakkan alat SPIPE ke tambak udang. Alat itu akan bekerja sendiri ketika angin berembus.

Yuli menuturkan, keunggulan SPIPE menggunakan sumber tenaga angin atau energi terbarukan, aerasi ganda dari kincir air dan semburan air melalui nozel. Itulah sebabnya, biaya lebih murah karena tidak menggunakan listrik plus lebih aman pula. Keunggulan lain, penggunaan dan pemeliharaan alat relatif mudah. Peternak awam pun mampu menggunakannya.

Cara kerja

(Dok. Yuli Widiastutik)

Menurut Satriyo Pandunusawan cara kerja SPIPE cukup sederhana. “Baling-baling menangkap angin, sehingga akan memutar gear. Gear yang berputar akan menggerakkan selang spiral. “Selang spiral akan mengambil air tambak dan akan dikeluarkan kembali melalui nozel. Air yang dikeluarkan mengandung oksigen baru,” ujar Satriyo.

“SPIPE masih berupa prototipe, sehingga kami berharap bisa lebih berkembang dan digemari para pembudidaya udang,” ujar Yuli. SPIPE terdiri atas tujuh bagian yaitu baling-baling atau kincir angin, kerangka alat, kincir air, gear payung, pelampung, selang spiral, dan nozel. Panjang alat 2,43 m, lebar 1,02 m, dan tinggi 1,66 m. Aerator konvensional terkadang hanya menggunakan kincir air, tetapi Yuli menambahkan nozel.

Perakitan alat SPIPE.

Adanya semburan air dari nozel, Yuli berharap jangkauan aerasinya lebih luas. Hal itu juga membantu meningkatkan kadar oksigen tambak udang. Melihat komponen-komponen SPIPE, menurut Yuli sangat memungkinkan pembudidaya membuat alat itu sendiri. “Bahan-bahan dan alat-alatnya mudah didapat, sehingga bisa dibuat sendiri,” ujarnya. Pengalaman Yuli dan rekan, untuk membuat sebuah SPIPE membutuhkan biaya sekitar 3 juta rupiah.

Menurut dosen pembimbing mereka, Dr. Ir. Gunomo Djojowasito M.S., alat itu masih belum optimal. “Ketika SPIPE bekerja sekitar setengah jam, maka tambak udang seperti diaduk. Hal itu membuat lumpur naik sehingga air keruh. Sebagian lumpur yang bercampur air itu masuk kedalam pipa spiral sehingga memberatkan putarannya. Lumpur juga masuk ke dalam nozel sehingga akan menyumbat nozel. Sekarang sedang kami kembangkan yang lebih mutakhir lagi untuk menyempurnakan SPIPE,” ujar Gunomo. (Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kelompok Tani Karya Baru: Inovasi Olahan Cabai Hiyung dari Tapin

Trubus.id–Kelompok Tani Karya Baru merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Hortikultura  yang mengembangkan produk cabai...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img