Sunday, February 9, 2025

Vati Singkong Top

Rekomendasi
- Advertisement -
Kadar pati singkong baru vati 1 mencapai 21, 92%.

Dua singkong baru yang produktif, berkadar pati tinggi, dan genjah.

Trubus — Ngarbito memanen 8 ton singkong dari lahan 1/3 hektare pada panenan Februari 2019. Masa budidaya juga lebih singkat. “Singkong itu saya panen umur 7 bulan. Padahal budidaya sebelumnya panen umur 10 bulan dengan hasil panen yang sama,” ujar petani singkong di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, itu. Keruan saja Ngarbito lebih untung karena lebih cepat panen. Masa budidaya singkat dan produksi tinggi itu karena ia menanam singkong baru bernama vati 1.

Singkong baru vati 2 memiliki produktivitas 42,5 ton per hektare. (Dok. Balitkabi)

Vati 1—singkatan dari cassava dan pati—singkong ungul hasil pemuliaan peneliti di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Dr. Kartika Noerwijati. Kartika merakit anggota famili Euphorbiaceae itu sejak 2002. Vati 1 hasil persilangan MLG-10098 sebagai tetua betina dengan MLG-10025 sebagai pejantan. Kedua tetua itu plasma nutfah koleksi Balitkabi.

Tahan hama

Menurut Kartika kedua induk itu unggul dari segi produktivitas dan kadar pati yang tinggi. Karakter itu cocok untuk kebutuhan industri singkong seperti produsen tapioka. Produktivitas vati 1 rata-rata 37,46 ton per hektare, sementara potensi hasilnya mencapai 46,88 ton per hektare. Bandingkan dengan produktivitas rata-rata nasional yang hanya 20—25 ton per hektare. Kadar pati vati 1 mencapai 21,92%.

Peneliti di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Dr. Kartika Noerwijati (Dok. Balitkabi)

“Singkong yang bagus dan cocok untuk memenuhi kebutuhan industri jika kadar patinya di atas 20%,” ujar periset kelahiran 10 Mei 1972 itu. Selain itu, karakter tanaman vati 1 tidak bercabang sehingga memudahkan perawatan. “Umbi vati 1 juga bagus. Karakter umbinya tidak terlalu panjang dan sebarannya bagus, menumpuk sehingga memudahkan petani mencabut ketika panen,” tutur alumnus Program Studi Pemuliaan Tanaman Universitas Gadjah Mada itu.

Kartika juga merakit vati 2 dengan kadar pati 20,53%. Keunggulan utama vati 2 produktivitasnya yang rata-rata mencapai 42,5 ton per hektare dengan potensi hasil 66,7 ton per per hektare. Produktivitas itu lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembandingnya adira 4 yang rata-rata hanya 35 ton per hektare dan UJ5 yang potensi hasilnya 38 ton per hektare. Vati 2 hasil persilangan tetua betina adira 4 dan tetua jantan UJ4.

Produktivitas singkong baru vati 1 ratarata 37,46 ton per hektare. Potensi hasilnya mencapai 46,88 ton per hektare. (Dok. Balitkabi)

Kedua tetua itu produktif plus berkadar pati tinggi. Selain itu, adira 4 terbukti tahan tungau merah, hama utama tanaman singkong. Hama itu kerap menyerang tanaman muda berumur di bawah 4 bulan. Serangan itu menurunkan produktivitas hingga 50%. Hama itu merusak daun, sehingga fotosintesis tanaman terhambat. Akibatnya produktivitas tanaman menurun. Vati 1 dan vati 2 masuk kategori agak tahan terhadap hama tungau merah.

Kebutuhan industri

Kedua singkong unggul baru itu lolos uji multilokasi di 8 tempat yaitu Kediri, Tuban, Lamongan, dua tempat di Malang, Blitar, Probolinggo (semuanya di Provinsi Jawa Timur), dan Pati (Jawa Tengah). “Hasil uji multilokasi terbaik di Kediri, karena struktur tanahnya berpasir, remah sekali, sehingga umbi bisa berkembang dengan leluasa,” ujar Kartika. Seperti halnya varietas singkong lain, vati 1 dan 2 cocok dibudidayakan di dataran rendah atau ketinggian tempat dibawah 400 meter di atas permukaan laut.

Petani singkong di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Ngarbito. (Dok. Balitkabi)

“Di dataran tinggi bisa tumbuh, tetapi umbinya tidak maksimal,” kata peneliti yang pernah bekerja di perkebunan bunga potong itu. Peruntukan vati 1 dan 2 memang untuk industri seperti tepung tapioka, bukan pangan seperti keripik. Itu karena kadar hidrogen sianida (HCN) atau asam sianida kedua singkong itu tergolong tinggi. Kadar HCN vati 1 mencapai 34,61 ppm, sementara vati 2 mencapai 32,22 ppm.

Padahal, untuk pangan kadar HCN maksimal 20 ppm. Kadar HCN tinggi membuat singkong terasa pahit, sehingga kurang enak. Kartika berharap dua singkong unggul baru itu disukai petani, diadopsi, dan berkembang luas di masyarakat. “Ke mana-mana kalau ada kegiatan di petani singkong, bibitnya saya bawa dan saya kenalkan ke mereka. Saya yakin para petani akan suka, terutama yang memenuhi kebutuhan tepung tapioka,” kata Kartika Noerwijati. (Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Sukses Rehabilitasi Kakao: Suwardi Tingkatkan Panen hingga 200%

Trubus.id–Tanaman kakao milik pekebun di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, Suwardi tumbuh subur dan berbatang kekar. Ia mengganti...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img