
Riset menunjukkan kolostrum efektif menangkal HIV.
Sejak ditemukan oleh ahli mikrobiologi Perancis, Luc Montagnier, pada 1983, virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) tersebar kian meluas. Riset Institut Kesehatan Metrik dan Evaluasi, Universitas Washington, Amerika Serikat, menyebutkan, angka kematian akibat HIV meningkat di lebih dari separuh 187 negara survei. Di Asia tenggara, negara yang mengalami peningkatan kematian akibat HIV adalah Indonesia, Laos, Filipina, Srilanka, dan Vietnam.
Jumlah penderita HIV di Indonesia memang semakin meningkat. Data Kementerian Kesehatan RI 2013 menunjukkan, dalam tiga bulan (Januari—Maret 2013), penderita HIV “baru” mencapai 5.369 orang. Total jenderal penderita HIV dari 2005 sampai Maret 2013 sebanyak 103.759 orang. Lokasi penyebarannya paling tinggi di Jakarta (23.792 orang), Jawa Timur (13.599 orang), Papua (10.881), Jawa Barat (7.621 orang), dan Bali (6.819). Intensitas serangan terbanyak pada kelompok umur 25—49 tahun (74,2%).

Gempur imun
Menurut dr Willie Japaries MARS, konsultan terapi dan akupunktur di Jakarta, virus HIV menggempur sistem imun. “Pertama kali masuk dalam tubuh, gejala sakit tidak langsung tampak,” ujar Willie. Bisa jadi 10 tahun pascainfeksi, gejala baru terlihat. Itu tergantung perilaku hidup penderita. Virus HIV memiliki dua tipe, HIV tipe 1 dan tipe 2. Perbedaan keduanya pada struktur genetik dan penularannya. HIV tipe 2 lebih susah menular dan menimbulkan fase AIDS yang lebih panjang. Oleh sebab itu yang banyak berkembang HIV tipe 1.
Karena sistem imun penderita HIV rendah, serangan berbagai penyakit kerap muncul. Saat serangan beragam penyakit terjadi bersamaan, penderita disebut menderita AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). HIV menular melalui pertukaran cairan tubuh melalui aktivitas seksual. Namun, “Sedikit sekali kemungkinan disebabkan oleh air liur,” ujar Willie. Penderita HIV dianjurkan menyantap makanan lunak dan banyak mengandung cairan, seperti buah dan sayuran.
Kini ada secercah harapan bagi penderita HIV: konsumsi kolostrum. Kolostrum merupakan cairan prasusu yang dihasilkan kelenjar susu mamalia seperti sapi, kambing, dan kuda. Ia diproduksi pada tahap akhir masa bunting hingga beberapa hari pascamelahirkan. Kolostrum pertama kali ditemukan dr Albert Sabin pada 1950. Keampuhan kolostrum menangkal virus HIV itu karena kandungan imunoglobulin.

Marit Kramski dan rekan dari Departemen Mikrobiologi dan Imunologi, Universitas Melbourne, Australia, membuktikan kolostrum membantu tubuh memproduksi antibodi yang dapat mencegah infeksi HIV tipe 1. Dalam riset yang termuat dalam European Journal of Immunology itu, Marit memberikan 100 µg enzim yang membantu penyerapan zat gizi kepada sapi bunting. Setelah sapi beranak, ia mengambil kolostrum. Kolostrum sapi mengandung 50 mg/ml IgG dan 4 mg/ml IgA. Dosis IgG kolostrum yang digunakan 0,01 mg; 0,02 mg; 0,04 mg; 0,05 mg; 0,1 mg; dan 0,5 mg/ml.
Mereka menguji kolostrum ke serum HIV tipe 1. Hasil riset menunjukkan, semakin tinggi kandungan IgG dalam kolostrum, persentase monosit semakin besar. Pemberian IgG kolostrum dengan dosis 0,5 mg/ml menghasilkan persentase monosit 40%. Dengan dosis sama, pemberian susu sapi tanpa IgG hanya menghasilkan persentase monosit 10%. Monosit adalah jenis sel darah putih dan bagian dari sistem imunitas.
Imunoglobulin
Menurut dr Zen Djaya MD, dokter di Malang, Jawa Timur, imunoglobulin membantu pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Senyawa imunoglobulin terdiri atas IgG (imunoglobulin G) dan IgF (insulin-like growth factor). IgG meningkatkan fagositosis untuk menetralkan racun. Sementara IgF berperan dalam proses pertumbuhan serta perkembangan sel, termasuk sistem organ tubuh.
Selain itu, kolostrum juga kaya protein. Dr Caribu Hadi Prayitno di Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, memaparkan protein kolostrum mencapai 10 kali lipat protein susu. Kadar protein susu rata-rata 3,2%. Itu artinya protein kolostrum bisa mencapai 32%. Protein berperan dalam proses regenerasi sel.
Di kalangan herbalis, kolostrum bukan hal baru. Maria Andjarwati, herbalis di Jakarta, menggunakan kolostrum sebagai obat sejak kecil. Ia meresepkan kolostrum untuk mengatasi penyakit yang berkaitan dengan sistem imun tubuh seperti lupus, HIV/AIDS, tuberkulosis paru dan tulang. “Kolostrum baik untuk kekebalan tubuh,” ungkap Anjdarwati.
Cara konsumsinya mudah, seduh 2 sendok makan kolostrum dalam satu gelas air. Konsumsi sehari 2 kali. Bila memiliki riwayat penyakit, konsumsi bisa 3—4 kali. Kolostrum yang berkhasiat hasil pemerahan 6 jam pertama pascamelahirkan. Setelah 6 jam, kadar protein, kasein, dan albumin dalam kolostrum berkurang. Sebaliknya, jumlah lemak dan laktosa penyebab kegemukan meningkat tajam. (Desi Sayyidati Rahimah)
Tingkatkan Imunitas
Kolostrum mengandung IgG (imunoglobulin G) dan IgF (insulin-like growth factor). Senyawa IgG meningkatkan fagositosis untuk menetralkan racun, sedangkan IgF berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sel. Akibatnya, daya tahan tubuh penderita HIV meningkat.