Pakan fermentasi meningkatkan bobot seekor sapi 1,6 kg per hari.
Hanya dalam 90 hari, bobot sapi rote ongole (RO) itu bertambah 144 kg per ekor. Soengkarna Wirya membeli sapi-sapi berbobot rata-rata 200 kg per ekor. Penambahan bobot 1,4—1,6 kg per hari. Peningkatan bobot itu termasuk besar, lazimnya 0,8 kg per hari. Itu bukan hanya pada satu atau dua ekor. Soengkarna Wirya memelihara 60 sapi RO. Sebelumnya peternak itu juga memelihara sapi sumbawa ongole (SO) dan peranakan ongole (PO).
Peningkatan bobot satwa anggota famili Bovidae itu juga sama 1,4—1,6 kg per ekor per hari. Menurut peternak di Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu penambahan bobot karena penggunaan campuran pakan hi-fer+ dan konsentrat. Menurut Kepala Pusat Studi Hewan Tropika Insititut Pertanian Bogor, Dr Ir Suryahadi DEA, hi-fer+ kepanjangan dari high fermentation process. Sebab dalam proses pembuatannya melalui fermentasi.
Bukan lemak
Hi-fer+ berupa hijauan fermentasi dalam kemasan komersial yang menggunakan aditif fermentasi. Bahan baku hi-fer+ rumput gajah. Namun, hijauan lain seperti jerami, limbah panen jagung, dan ubi jalar, bisa digunakan. “Makin baik kualitas hijauan, semakin bagus mutu hi-fer+,” kata doktor Mikrobiologi Rumen alumnus Universite Science et Technique du Languedoc (USTL) Mont Pellier II Perancis itu.
Wirya mengatakan sapi jenis apa pun dapat mengonsumsi pakan itu untuk meningkatkan bobot yang signifikan. Idealnya sapi berumur minimal 2 tahun berbobot rata-rata 200 kg per ekor siap dibesarkan dengan pakan itu.
Pada bulan pertama Wirya memberikan pakan total 7 kg hi-fer+ dan 4,8 kg konsentrat per ekor per hari. Pemberian pakan terus menerus sampai habis dan berseling. Misal pada pagi diberi konsentrat, 1 jam kemudian sapi mengonsumsi hi-fer+. Peternak dapat memberikan 1,2 kg konsentrat terlebih dahulu. Setelah habis, barulah 1,75 kg hi-fer+ diberikan. Pemberian konsentrat dan hi-fer+ bisa berselang-seling. Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari.
“Lebih banyak makan, sapi semakin bagus,” kata Wirya. Sementara pada bulan kedua masing-masing sapi mengonsumsi 7 kg hi-fer+ dan 6 kg konsentrat per hari. Asupan 8 kg hi-fer+ dan 5 kg konsentrat diterima sapi setiap hari pada bulan ketiga. Wirya menempatkan sapi di kandang koloni berukuran 20 m x 15 m dan beratap seng aluminium. Kandang seluas 1.500 m2 itu mampu menampung 600 ekor. Lantai kandang beralas serbuk kayu setebal 5 cm.
Menurut Suryahadi hi-fer+ mempercepat pertumbuhan bakteri baik dan menekan perkembangan bakteri patogen terutama bakteri pembusuk. “Gabungan hi-fer+ dan konsentrat bisa menggemukkan sapi,” kata Suryahadi. Wirya mengatakan tidak hanya pakan yang mempengaruhi bobot sapi. “Kebersihan dan petugas yang ramah membuat sapi nyaman sehingga tidak stres dan tumbuh optimal,” tutur Wirya. Konstruksi kandang juga berpengaruh. Sapi Bos taurus lebih rileks berada di dalam kandang koloni ketimbang kandang sekat.
Praktis
Pusat Studi Hewan Tropika IPB pertama kali memperkenalkan hi-fer+ ke masyarakat pada 23 November 2013 di peternakan sapi potong Anugrah Farm di Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain sapi pedaging, hi-fer+ juga baik untuk sapi perah, domba, dan kambing. Menurut Suryahadi hi-fer+ memiliki keunggulan lain selain meningkatkan bobot tubuh.
Kelebihan lain hi-fer+ yaitu mutu hijauan lebih stabil, kandang lebih bersih, mudah diangkut, dan disimpan. Dengan hi-fer+ hijauan tahan simpan hingga 6—12 bulan tanpa merusak nutrisi. “Yang paling penting adalah peternak tidak perlu selalu mengarit rumput sehingga memiliki waktu luang untuk menambah populasi ternak,” ucap Suryahadi. Harga hi-fer mencapai Rp800—Rp1.000 per kg.
Wirya mengatakan ongkos produksi menggunakan hi-fer+ lebih tinggi 30% ketimbang hijauan segar. Jika menggunakan hi-fer+ dan konsentrat ia merogoh kocek Rp26.000, sedangkan hijauan segar dan konsentrat Rp20.000 per hari per ekor. Meski begitu Suryahadi mengatakan penggunaan hi-fer lebih irit dibandingkan dengan hijauan segar. Sapi berbobot 200 kg memerlukan 40 kg hijauan segar sehari. Jika peternak menggunakan hi-fer+, sapi cukup mendapat 20—25 kg.
Hi-fer juga menjadi solusi peternak yang kesulitan mendapat hijauan terutama pada musim kemarau. Wirya mengatakan pakan hijauan penting karena mengandung serat kasar yang diperlukan ternak. Pembuatan hi-fer relatif mudah. Peternak memotong kecil rumput gajah, menambahkan larutan aditif fermentasi, menyimpan pada wadah tertentu, lalu siap diberikan ke ternak.
Lazimnya Wirya menggunakan rumput gajah berumur 50 hari sebagai bahan baku. Sebab, kadar air masih relatif tinggi sehingga rumput tahan kering. Meski begitu sebelum memotong, ia melayukan rumput semalam agar kadar air lebih sedikit. Untuk 100 kg rumput gajah, Wirya menambahkan 7 l larutan aditif.
Meluas
Menurut bagian pemasaran Anugrah Farm, Ilham Al-Haq, peternak di beberapa daerah seperti seperti Purwakarta (Jawa Barat), Temanggung (Jawa Tengah), Lampung, dan Betung (Sumatera Selatan) juga menggunakan hi-fer+. “Respons konsumen bagus,” kata Ilham. Anugrah Farm tidak menjual hi-fer+ jadi. Mereka hanya menjual cairan aditif fermentasi dalam jeriken bervolume 23,5 l seharga Rp188.000.
“Kami belum bisa menjual hi-fer+ siap pakai karena lahan rumput yang ada hanya mencukupi kebutuhan sendiri,” ujar Ilham. Selain mendapat zat aditif fermentasi, konsumen juga mendapat buku petunjuk mengolah hi-fer+. “Semua orang pasti bisa membuat hi-fer+ karena mudah pembuatannya,” ujar pria kelahiran Jakarta itu. (Riefza Vebriansyah)