
Nutrisi organik tambahan agar pertumbuhan tanaman akuaponik lebih optimal.
Hasrat Wanto Adi Susilo memanen cabai, tomat, dan terung sirna sudah. Pertumbuhan ketiga tanaman anggota famili Solanaceae itu mandek dan tak kunjung berbuah. Tanaman kemudian layu dan akhirnya meregang nyawa. Cabai memang mampu berbuah. Namun, pehobi akuaponik di Balikpapan, Kalimantan Timur, itu kecewa karena buahnya berukuran mungil.
Adi membudidayakan ketiga tanaman sayuran buah itu dalam pot berisi media tanam pecahan batu bata merah. Sebagai sumber nutrisi ia mengandalkan air dari kolam berukuran 4 m x 2 m dan kedalaman 50 cm yang dihuni 100 nila. Adi mengucurkan air kolam ke pot melalui pipa. Ia merancang pot sedemikian rupa agar air kolam sebagian tetap menggenangi media tanam untuk cadangan ketika listrik mati, dan selebihnya kembali ke kolam ikan.

Kurang nutrisi
Di perangkat akuaponik milik Adi tanaman sayuran daun seperti bayam dan kangkung tumbuh subur dengan media tanam sama dan sama-sama mengandalkan air kolam sebagai sumber nutrisi. Adi menduga pertumbuhan tanaman sayuran buah kurang optimal karena kekurangan nutrisi. Menurut Adi nutrisi dari air kolam sebagian besar menghasilkan nitrogen hasil nitrifikasi kotoran ikan.
“Nitrogen mungkin hanya cukup untuk menumbuhkan sayuran daun, tapi kalau sayuran buah perlu tambahan nutrisi. Tanamannya kurus-kurus,” ujar pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu. Menurut ahli hidroponik di Jakarta, Yos Sutiyoso, untuk memunculkan buah perlu sumber nutrisi lain seperti fosfor (P) dan kalium (K). Fosfor merupakan unsur penting penyusun adenosin trifosfat (ATP).
Senyawa itu secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energi dalam metabolisme tanaman. Tanaman memerlukan fosfor terutama pada saat awal pertumbuhan. Pada fase itu fosfor berfungsi memacu pembentukan akar dan penambahan jumlah anakan. Selain itu fosfor juga berfungsi mempercepat pembungaan. Sementara unsur kalium berkaitan dengan penggunaan nitrogen dalam memacu pembentukan karbohidrat dan protein.
Kadar karbohidrat tinggi meningkatkan rasio karbon (C) dan nitrogen (N). Pada kondisi itu, fase pertumbuhan tanaman beralih dari vegetatif ke generatif yang ditandai dengan munculnya bunga. Tak ingin kegagalan berulang, Adi baru memasukkan tanaman tomat dan terung ke dalam sistem akuaponik setelah tanaman mulai berbunga. “Kalau tanaman sudah sebesar itu pertumbuhannya bagus,” ujar Adi. Sebelumnya Adi menanam bibit tomat dan terung hasil semai.

Nutrisi organik
Adi kini juga tengah mencoba menambahkan ramuan pupuk organik bikinan sendiri. Untuk membuat 5 liter larutan pupuk organik konsultan perminyakan di Balikpapan, Kalimantan Timur, itu mencampurkan 1 liter air kelapa, 1 liter air cucian beras, 100 ml larutan mikroorganisme efektif, 1 kg daun kipait Tithonia diversifolia, 20 cacing tanah, dan kotorannya (kascing). Ia lalu menambahkan air hingga total larutan menjadi 5 liter.
“Daun kipait kaya fosfor dan kalium,” ujar Adi. Setelah itu ia menyimpan larutan dalam jeriken selama 2 pekan. “Setiap dua hari tutup jeriken dibuka untuk membuang gas agar tidak meledak,” ujar Adi. Sebelum menggunakan, Adi mengencerkan larutan pupuk organik dengan konsentrasi 2 tutup botol atau setara 20 ml per liter air. Ia menyiramkan larutan itu ke dalam media tanam tomat dan terong.
Ia menuturkan untuk mengatasi kekurangan hara pada sayuran buah, beberapa praktikus akuaponik menambahkan pupuk NPK sintetis kimia. “Penambahan pupuk itu memang tidak mengganggu kehidupan ikan, tapi tujuan untuk memperoleh sayuran organik menjadi tidak tercapai,” tuturnya. Apalagi kini Adi berencana menjalin kerja sama dengan sebuah rumahsakit di Balikpapan untuk mengelola percontohan budidaya sayuran organik dengan teknik akuaponik.

Oleh sebab itu berbagai cara ditempuh para praktikus akuaponik untuk mencegah kekurangan unsur hara menggunakan bahan organik. Andri Aswara, di Balikpapan misalnya, mencacah limbah kulit buah, lalu merendamnya dalam larutan probiotik untuk membantu mempercepat penguraian. Setelah itu ia memasukkannya ke dalam kaos kaki bekas dan merendamnya dalam kolam ikan.
Hasilnya, “Cabai dan paprika sekarang sedang berbunga,” ujar Andri. Beberapa rekan Andri ada juga yang menambahkan kulit telur dan cacahan kulit pisang di media tanam sebagai sumber kalsium dan kalium. Menurut ahli pertanian organik dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Dr Nurzaman, tanaman memerlukan unsur hara lengkap baik makro maupun mikro agar pertumbuhannya optimal.
Pada akuaponik seluruh unsur hara itu bisa diperoleh melalui beberapa bahan organik. Sebagai sumber nitrogen, Nurzaman menyarankan untuk menggunakan 2 kg kacang hijau atau kacang tanah atau azola, atau campuran ketiganya. “Jika tidak ada daun kacang bisa juga gunakan daun ubi jalar,” ujar ketua umum Jaringan Komunitas Masyarakat Peduli Perikanan, Pertanian, dan Peternakan (JKMP4) Pusat itu.
Usus belut
Sebagai sumber fosfor Nurzaman menyarankan untuk menambahkan 1kg kulit pisang yang sudah matang, 1 buah nanas yang sudah busuk, 1 kg batang pisang yang sudah dicacah kecil-kecil, dan 1 kg kotoran puyuh. Sementara sumber kalium berupa 1 kg serabut sabut kelapa yang disuwir. Nurzaman juga menambahkan 250 g tepung beras sebagai sumber karbohidrat dan protein dan usus belut dari 1 kg belut sebagai sumber bakteri probiotik.

Campur seluruh bahan dalam drum lalu tambahkan 5 liter air kelapa dan larutan 500 g molase atau gula merah yang telah dilarutkan dalam 2 liter air panas. “Pada saat ditambahkan larutan molase atau gula merah harus sudah dingin,” ujar Nurzaman. Setelah itu fermentasi seluruh bahan selama dua pekan dalam wadah tertutup agar proses fermentasi berlangsung anaerob.
Nurzaman menuturkan konsentrasi pemakaian disesuaikan dengan jenis sayuran. Untuk sayuran daun konsentrasi 100 ml per 10 liter air kolam dengan frekuensi pemberian sepekan sekali. Sebelum diberikan tambahkan 1—2 sendok gula. “Jika tanaman tidak tumbuh pesat tingkatkan konsentrasi hingga 150 ml,” ujarnya. Sementara untuk sayuran buah konsentrasi 1 liter per 10 liter air kolam. “Dengan ramuan organik itu diharapkan pertumbuhan tanaman bisa optimal,” katanya. (Imam Wiguna)