Trubus — Anggia Murni mampu mempertahankan perusahaannya, PT Tropica Greeneris yang berdiri pada 2002 hingga kini. Untuk memenuhi permintaan ekspor, Murni mencari tanaman ke berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Meski demikian mencari beberapa jenis tanaman hias seperti palem waregu dan palem kuning relatif sulit karena tidak ada yang menanam secara khusus.

Itulah sebabnya ia mengajak petani menanam tanaman hias itu. “Kalau mau tanam, nanti saya yang beli,” kata perempuan 53 tahun itu kepada petani. Ia lalu mengajari mereka menanam dan merangkainya sesuai keinginan konsumen di Belanda. Kini setidaknya Murni bermitra dengan 25 petani di Malang, Jawa Timur. Petani menanam waregu secara monokultur. Pada umur 2 tahun, mereka memanennya. Murni lantas membawa tanaman itu ke kebun penampungan untuk penyehatan selama 6 bulan sebelum mengirim ke mancanegara.
Meski usaha ekspor berjalan lancar, tetapi ada saja kendala yang dihadapi. Murni pernah mengirimkan sejumlah tanaman ke Napoli, Italia. Namun, setelah menerima tanaman permintaannya, importir itu ingkar membayar. Murni pun mendatangi perusahaan itu di Napoli. Namun, konsumen itu mengatakan baru saja mengirim uang ke Indonesia. Ternyata saat tiba di Indonesia, pembayarannya belum masuk ke rekening.
“Saya juga salah, tidak mengecek kredibilitas kolega baru itu,” kata Murni yang rugi hingga ratusan juta rupiah. Itu bukan satu-satunya pil pahit bagi Murni. Importir Korea Selatan melakukan hal serupa yang merugikan Murni. Murni juga pernah memberi uang muka Rp100 juta kepada petani untuk pengadaan tanaman aneka tanaman lanskap. Namun, ternyata tanaman yang dijanjikan tidak pernah ada. “Sudahlah, mereka menutup sendiri rezekinya,” tutur Murni. (Syah Angkasa)