Monday, May 5, 2025

Benih Setek Berakar, Solusi Ekonomis dan Efisien untuk Budidaya Kentang

Rekomendasi

Trubus.id – Di luar Pulau Jawa, ketersediaan benih kentang bermutu yang tepat waktu dan jumlahnya masih menjadi kendala. Hal ini diperparah dengan industri perbenihan yang masih terpusat di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat.

Petani biasanya menggunakan benih sebar berupa umbi G-2 yang proses produksinya memakan waktu panjang. Dari planlet hingga menjadi benih sebar memerlukan waktu minimal 19 bulan.

Benih umbi memiliki sifat bulky yang membutuhkan tempat luas dan sulit dikirim jarak jauh. Akibatnya, biaya transportasi dan penyimpanan menjadi mahal.

Penggunaan benih setek berakar menjadi solusi alternatif untuk mengatasi hambatan tersebut. Teknologi ini mampu memangkas biaya produksi serta mempercepat ketersediaan benih.

Benih setek berakar hanya membutuhkan waktu perbanyakan 3–5 bulan. Waktu tersebut 4–6 kali lebih cepat dibandingkan perbanyakan menggunakan umbi.

Dari sisi distribusi, benih setek berakar jauh lebih praktis dan ekonomis. Pengangkutan jarak dekat bisa dilakukan langsung dengan nampan persemaian.

Untuk distribusi jarak jauh, benih bisa dicabut dari nampan dan dikemas sederhana. Cukup dibungkus koran bekas lalu dimasukkan ke kotak penyimpanan lembap.

Hasil pertanaman dari setek berakar memiliki vigor yang baik dan produksi tinggi. Pada 2018, hasil di Kecamatan Lembang mencapai 15,6 ton per hektare.

Sementara itu, budidaya dengan umbi hanya sedikit lebih tinggi yaitu 16,4 ton per hektare. Asalkan ketersediaan air cukup di awal tanam, produktivitas tetap terjaga.

Teknik penanaman setek berakar sama seperti cabai dan tomat, terutama dalam masa kritis setelah tanam. Diperlukan persiapan bibit cadangan untuk mengganti tanaman yang mati.

Selanjutnya, perawatan tanaman dari setek berakar serupa dengan benih umbi. Keunggulannya, harga setek lebih murah yaitu sekitar Rp1.000 per bibit.

Sebagai perbandingan, harga benih dasar berupa umbi G-0 bisa mencapai Rp1.500 hingga Rp3.500 per knol. Ini menjadikan setek berakar lebih terjangkau bagi petani.

Baik benih setek maupun umbi, kebutuhan per hektare sama yakni sekitar 40.000 bibit. Petani di sentra kentang seperti Garut, Bandung, Purbalingga, dan Banjarnegara sudah menerapkan metode ini.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pasar Tanaman Hias Aglaonema Berkelanjutan

Trubus.id-Variasi yang semakin bertambah dalam dunia tanaman hias menjadi daya tarik tersendiri untuk memikat pehobi. Sebagi contoh jenis tanaman...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img