Trubus.id-Variasi yang semakin bertambah dalam dunia tanaman hias menjadi daya tarik tersendiri untuk memikat pehobi. Sebagi contoh jenis tanaman hias aglaonema yang semakin berkembang dari masa ke masa. Selain itu adanya jenis baru atau hibrida baru akan memperluas pasar.
Menurut penangkar dan pebisnis tanaman hias di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, R. Agus Choliq, S.E., M.M., “pasar aglaonema itu berkelanjutan.” Ia konsisten membudi dayakan aglaonema sejak 2016. Choliq—sapaan akrab R. Agus Choliq—menyukai tanaman aglaonema lantaran memiliki beragam warna daun yang menarik.
Jenisnya pun bervariasi dan selalu berkembang popularitas aglaonema di Indonesia. Sebenarnya Choliq menyukai tanaman anggota famili Araceae itu lebih dari 20 tahun silam. Keindahan daun aglaonema itu bertahan sepanjang masa. Daun baru susul menyusul tanpa jeda.
Wajar saja beberapa pehobi memberikan julukan aglaonema sebagai tanaman ratu daun. Karena keindahan daunnya yang memang begitu memikat. Keterpikatan itu menggerakkan Choliq untuk mendirikan sebuah taman aglaonema yang indah. Awalnya taman yang dikelola oleh Bumdes Tridadi Makmur, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, itu berisi tanaman semusim seperti celosia.
Choliq menata ulang konsep taman dan menggantinya dengan aglaonema. Selain tanaman aglaonema indah, Choliq mempertimbangkan juga dari segi ekonomis. Ia memilih aglaonema lantaran lebih praktis. Tidak perlu penanaman ulang secara terus menerus. Itu menjadi bukti bahwa tanaman aglaonema berkelanjutan.
Ornamental
Berpotensi sebagai ornamental plant yang selalu dibutuhkan dalam setiap pembangunan taman. Menurut Choliq selain memiliki daun yang indah tanaman aglaonema juga sangat fleksibel. Tanaman tidak mudah rusak saat perjalanan. Terbukti memiliki ketahanan yang baik saat pengiriman via transportasi darat maupun udara.
Berarti dari nilai bisnis itu sangat menguntungkan. Choliq membudidayakan aglaonema dengan cara setek. Biaya produksi yang dibutuhkan pun tidak terlalu tinggi yakni Rp6.700 per pot. Segmen pasar aglaonema juga sangat luas. Meliputi segala kalangan. Baik dari kelas menengah ke bawah hingga menengah ke atas.
Selain membuka bisnis taman edukasi, Choliq juga memfasilitasi pengunjung apabila tertarik ingin mengoleksi aglaonema di rumah. Ia menjual aglaonema dengan berbagai variasi harga. Beberapa aglaonema jenis ekonomis dijual mulai dari harga Rp30.000 per tanaman.
Ada juga kategori tanaman koleksi seperti golden hope, lotus delight, dan rinjani yang dijual dengan harga Rp1 juta—Rp1,5 juta per tanaman. Choliq membuat contoh analisis sederhana penjualan tanaman dari tanaman aglaonema yang dikelola. Anggap saja setiap hari terdapat 25—39 pot aglaonema yang terjual.
Setidaknya sebulan terdapat lebih dari 750 pot yang terjual. Itu hanya kebutuhan pelanggan yang beli saat berwisata. Apabila mendapatkan pesanan untuk ornamental plant, jumlah yang dibutuhkan tentunya bisa lebih banyak. Keberhasilan yang diperoleh Choliq merupakan buah manis dari ketekunannya.
Choliq memang selalu memburu jenis aglaonema baru yang baru rilis. Choliq rutin membeli jenis aglaonema baru karya mendiang pemulia tanaman hias yang ada di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali. Ia biasanya membawa pulang tanaman dalam paket yang berisi beberapa pot tanaman.
Setiap memperoleh jenis baru Choliq tidak serta merta langsung menjualnya kembali. Meskipun ia memperoleh tawaran dengan harga yang menggiurkan dari pehobi lain. Musababnya untuk memperoleh aglaonema hibrida baru itu tidak mudah. “Tidak semua pehobi bisa memperoleh undangan saat rilis hibrida baru,” ujar Choliq.
Padahal dalam paket itu terdiri dari beberapa tanaman. Namun, Choliq tetap konsisten untuk melakukan perbanyakan tanaman terlebih dahulu. Hasil budi dayanya itulah nanti yang akan dijual. Konsistensi Choliq membuahkan bisnis yang ditekuninya sejak 2016 itu terbukti bertahan hingga kini.