Ratusan koi di setiap kamar.
Ratusan koi beragam jenis itu berenang ke sana kemari tiada henti. Warnanya amat terang sehingga keelokan koi di air jernih itu mudah tertangkap mata. Padahal, sejak kolam dibangun pada 2010 hingga kini, air di kolam dalam kamar mandi itu tidak pernah diganti. Kolam koi di kamar mandi? Kolam koi itu memang tidak lazim. Di setiap kamar mandi di penginapan Jadul Village itu terdapat sebuah kolam koi berbentuk huruf U. Menurut Martinus Daely dari Jadul Village, semua kamar yang berjumlah 21 unit memiliki kolam koi.
Itulah sensasi yang ditawarkan oleh penginapan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, itu. Kolam sepanjang 5 m berada di ruangan setengah terbuka seluas 20 m2 itu berisi hingga seratus koi beragam ukuran antara 10—20 cm. Koi-koi itu berenang meliuk-liuk di antara bebatuan yang di tata rapi di dasar kolam. “Saya paling suka memberi pakan karena koi-koinya pada berebutan,” ujar Stacia, salah satu tamu Jadul Village yang tengah berbulan madu di Bandung itu.
Awet
Kolam di kamar mandi itu memang menyegarkan mata karena selain kolam koi yang berisi aneka jenis koi seperti sanke, kohaku, dan showa itu, Jadul Village juga menanam beberapa tanaman mengitari pinggir kolam seperti philodendron, anthurium, dan palem. Kehadiran tanaman hias itu diyakini membuat tamu merasa betah. “Kami menyewa konsultan koi untuk merancang sistemnya,” kata Martinus. Sistem itu harus menjamin kualitas air di kolam jernih dan koi-koi yang di dalamnya sehat.
Hal itu bukan tanpa sebab. “Salah satu atraksi andalan kami di sini adalah tamu bisa memberikan pakan langsung kepada koi,” kata Martinus. Hotel yang dibangun pada 2010 itu sudah menyediakan pakan berupa pelet seharga Rp 5.000 per kantung. Bila menghitung semua kamar, maka total luas kolam koi mencapai 200 m2. Itu belum termasuk kolam-kolam yang di bangun di ruang spa dan lobi. Yang disebut terakhir memiliki ukuran paling besar mencapai 150 m2 dan berkedalaman 80 cm.
Dengan ukuran itu sekitar 600 koi berukuran jumbo di atas 30 cm dipelihara di sana. “Lobi sudah menjadi area favorit pengunjung untuk melihat koi,” ujar Martinus. Menurut Handrie, konsultan koi di Bandung, salah satu keistimewaan pemeliharaan koi di Jadul Village adalah minimnya pergantian air. “Hal itu untuk mengurangi beban hotel dalam pemeliharaan,” ujar Handrie Agoestiana praktikus koi yang merancang seluruh filterisasi kolam-kolam itu.
Sebagai gambaran kolam di lobi hotel memanfaatkan sistem filter biologi yang dipadukan dengan vortex. Filter biologi dilengkapi seperangkat alat seperti 4 pompa air, 4 aerator, 16 lampu ultraviolet, dan
150 lembar saringan alias mate yang diimpor langsung dari Jepang. Air yang sudah difilterisasi itu akan dikembalikan ke dalam kolam melalui pipa berdiameter 10 cm. Berikutnya kotoran dari hasil metabolisme ikan dan sisa pakan yang mengendap di dalam vortex berbentuk kerucut akan dibuang melalui saluran backwash.
“Pembuangan kotoran dilakukan setiap hari supaya sistem filter biologi bekerja sempurna,” ujar Handrie. Perangkat filterisasi biologi juga dipakai di setiap kolam koi di kamar dengan pipa masuk berukuran 7,5 cm. Namun di kolam kamar masih ditambahkan sistem filterisasi undergrafle. Sistem filterisasi undergrafle memanfaatkan campuran pasir silika, batu zeolit, dan batu karang sebagai filter. Menurut Handrie sampai 3 tahun berjalan Jadul Village belum pernah sekalipun ia menguras air kolam untuk memperbaiki sistem undergrafle yang terletak di setiap kamar.
Rp170-juta
Menurut Martinus Daely ongkos pembuatan kolam koi di lobi mencapai Rp170-juta dengan biaya pemeliharaan Rp7-juta per bulan. Ongkos mahal itu sebanding dengan kinerja perangkat filterisasi yang dipakai. “Meskipun di tempat terbuka air kolam tetap jernih,” ujar Martinus. Padahal kolam-kolam koi yang berada di luar ruangan biasanya rentan ditumbuhi lumut yang menyebabkan air kolam berwarna kehijauan.
Ratusan koi yang dipelihara sejauh ini jarang sakit. Harap mafhum, Handrie selalu memberikan obat kutu setiap pergantian musim. “Kutu air suka menyerang ikan di saat pergantian musim dan bila dibiarkan bisa membuat ikan sakit lalu mati,” kata Handrie yang biasanya segera mengganti ikan sakit bila dijumpai di saat pengecekan berkala setiap pekan. Selain kualitas air, pakan yang baik turut menunjang warna koi semakin cerah.
“Pakan dengan kandungan spirulina yang tinggi sangat baik untuk warna koi,” ujar Wisnu Wisnawa, Marketing Director PT Prima Nutrisi Satwa Indonesia, produsen pakan koi. Bahan baku dan cara olah pakan itu sangat mempengaruhi kualitas koi. Pembuatan pakan yang asal-asalan akan membuat nutrisi pada bahan baku akan terbuang percuma.
Yang menarik lagi lantaran kualitas koi yang dipelihara juga bagus, pihak hotel sering kali mengikutsertakan koi-koi berukuran jumbo seperti asagi, kohaku, dan shiro utsuri pada lomba koi di Bandung. Meski sejauh ini hanya ada beberapa yang meraih prestasi, setidaknya menurut Martinus itu menjadi bukti bahwa koi-koi yang dipelihara di Jadul Village bukan koi asalan. Menginap atau bulan madu bersama koi di Jadul Village menjadi pengalaman tak terlupakan. (Rizky Fadhilah)
FOTO:
- Filter kolam terletak di bawah jalan yang juga berfungsi sebagai pembatas kolam koi (kiri) dan aligator (kanan)
- Sebanyak 600 koi jumbo di lobi Jadul Village